*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Goesti Raden Mas Dorodjatoen bukanlah orang biasa. Meski
pembawaannya biasa-biasa saja tetapi cara berpikirnya sangat terbuka dan luar
biasa. Pangeran mahkota Jogjakarta ini sejak dini sudah mendapat pergaulan
Eropa, sejak ELS dan HBS (internasional). Ketika melanjutkan pendidikan tinggi
di Belanda tahun 1930, pangeran muda dari Djokjakarta ini bergabung dengan
Perhimpoenan Indonesia. Teman-teman baru yang berasal dari berbagai daerah di
Indonesia membuatnya paham tentang Indonesia yang sebenarnya. Pengalaman itulah
yang menjadi bekalnya ketika menjadi salah satu pemimpin Indonesia kelak.
Siapakah pangeran mahkota tersebut? Hamengkoeboewono IX.
Hamengkoeboewono IX (1940an) |
Ada satu hal yang unik tentang Hamengkoeboewono IX yakni terbuka ke semua orang
tetapi begitu dekat dengan orang-orang Pantai Barat Sumatra terutama orang-orang
Tapanoeli. Mengapa? Nah, itu dia. Tentu saja saja itu bukan mengikuti perkataan
Dr. Soetomo. Seberapa dekat kedekatannya? Tentu hal itu mudah ditebak. Ketika
ibu kota RI dipindahkan dari Djakarta ke Djogjakarta tahun 1946 Soeltan
Hamengkoeboewono memfasilitasi secara serius Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap dan
Kolonel Zulkifli Loebis untuk mendesain pertahanan. Selanjutnya, pada saat militer
Belanda evakuasi dari Djogjakarta Juni 1949 yang diminta Hamengkoeboewono IX untuk
dicari adalah Kolonel TB Simatoepang untuk mengamankan Djokjakarta. Lantas
mengapa yang menjadi ajudan pribadi yang dipilihnya Kapten M Karim Leobis? Nah,
untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Hamengkoeboewono IX adalah salah satu
pemimpin Indonesia terbaik di jamannya.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Goesti
Raden Mas Dorodjatoen
Ada dua peristiwa penting di Djogjakarta pada tahun 1926.
Pertama, Soeltan Djokja menyelenggarakan pertunjukan amal untuk mengunmpulkan
dana bantu gempa yang terjadi di Pantai Barat Sumatra (lihat De Indische
courant, 09-08-1926). Pertunjukkan yang diselenggarakan tersebut adalah wayang
semalam suntuk (menampilkan wayang 1.000 buah). Terkumpul dana sebesar f1.500.
Pertujukan ini dihadiri Residen dan Soeltan yang didampingi anaknya Raden Mas
Dorodjatoen.
De locomotief, 25-05-1926 |
Itulah awal mula nama Raden Mas Dorodjatoen dikenal
publik. Raden Mas Dorodjatoen yang berumur 14 tahun saat pengumpulan dana itu sudah
mengenal arti sharing and caring. Raden Mas Dorodjatoen juga sudah dewasa dan
telah mengenal arti modernisasi. Sebab Raden Mas Dorodjatoen dan dua saudaranya
disunat tidak mengikuti ritual lama menggunakan pisau bambu dan tabung, tetapi
secara sendirian oleh dokter kraton, Dr. Abdoel Kadir menyunat dengan menggunakan
instrumen Eropa dan bahkan menggunakan anestesi. Raden Mas Dorodjatoen sendiri belum lama
diterima di sekolah HBS Semarang (lihat De locomotief, 25-05-1926).
De locomotief: Samarangsch handels blad, 21-08-1902 |
Pada tahun 1929 Raden Mas Dorodjatoen dan abangnya RM
Tingarto diketahui telah mengikuti pendidikan di HBS Bandoeng (lihat
Soerabaijasch handelsblad, 17-10-1929). Disebutkan Raden Mas Dorodjatoen berusia
17 tahun dan RM Tingarto berusia 19
tahun. Jika Raden Mas Dorodjatoen masuk HBS Semarang pada tahun 1926, apakah
setelah HBS tiga tahun di Semarang dilanjutkan ke HBS Bandoeng tidak diketahui
secara jelas. Dalam berita ini juga keduanya akan berangkat pada bulan Maret
1930 ke Belanda untuk melanjutkan studi. Disebutkan bahwa keduanya di Belanda
akan menyelesaikan pendidikan HBS terlebih dahulu. Kepastian keberangkatan
semakin jelas (lihat De locomotief, 25-01-1930). Disebutkan tiket kapal sudah
dipesan. Disebutkan kedua anak Soeltan ini selama di perjalanan dibimbing oleh oleh
JJ. Hofland, administrator dari satu pabrik gula di Jogja, yang mana Raden Mas
Dorodjatoen akan belajar hukum di Hoogeschool di Leiden, sedangkan abangnya akan
menngikuti pendidikan di Lyceum di Haarlem. Di Belanda keduanya di bawah pengawasan dari Ir Maurik
Broekie, direktur HBS di Haarlem, teman lama Soeltan.
Raden
Mas Dorodjatoen dan RM Tingarto berangkat tangggal 5 Maret di pelabuhan
Tandjoeng Priok Batavia dengan kapal ss Christiaan Huygens pada pukul 12 siang
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 04-03-1930). Di dalam
manifest kapal yang terdiri ratusan penumpang tersebut juga terdapat nama JJ
Hofland. Satu kapal dengan mereka adalah Raden Mas Marwata.Mangkoewinoto dan
Dr, M Radjiman. Catatan: Dr. Radjïman Wedjoningrat adalah alumni STOVIA, dokter
terkenal di Solo, salah satu pendiri Boedi Oetomo yang mendapat cuti dari pemerintah
ke Eropa selama dua tahun (lihat De nieuwe vorstenlanden, 02-03-1929). Marwata.Mangkoewinoto
adalah dokter yang bertugas di Palembang yang diberi cuti ke Eropa (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 01-03-1930). Raden Foto Raden Mas Dorodjatoen (Algemeen
Handelsblad, 09-04-1930).
Tidak diketahui kapa kedua anak Soeltan mengikuti HBS di
Belanda dan juga tidak diketahui masing-masing mereka memulai HBS di Belanda
pada kelas berapa. Yang jelas pada libur tahun 1932 mereka kembali ke tanah
air, Pada tanggal 20 Juli mereka berdua kebali ke Belanda dengan kapal ss
Christiaan Huygens (De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 22-07-1932).
Pada bulan Juli 1934 keduanya dinyatakan sama-sama lulus di HBS Haarlem (lihat De
Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 02-07-1934).
De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 02-07-1934 |
Dua bulan kemudian setelah kelulusan HBS, kedua anak
Soeltan diterima pada faculteit van rechten en letteren di Universiteit Leiden (lihat
Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 14-09-1934).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Soeltan
Hamengkoeboewono IX
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar