*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Setiap daerah di Indonesia memiliki masakan khas. Makanan khas tentu saja umumnya nasi. Namun untuk mendampingi nasi, berbagai lauk, beragam sayuran dan buah-buahan menyertainya. Diantara menu makanan itu ada yang khas. Masakan khas dalam hal ini adalah makanan spesial yang disajikan apakah untuk makanan harian atau acara tertentu (seperti jamuan makan). Diantara makanan khas yang enak-enak itu, tempo doeloe para bule di Bali merekomendasikan kepada orang Eropa-Belanda lainnya adalah bali yang dipanggang dengan cara diguling-guling (sebut saja babi guling).
Setiap daerah di Indonesia memiliki masakan khas. Makanan khas tentu saja umumnya nasi. Namun untuk mendampingi nasi, berbagai lauk, beragam sayuran dan buah-buahan menyertainya. Diantara menu makanan itu ada yang khas. Masakan khas dalam hal ini adalah makanan spesial yang disajikan apakah untuk makanan harian atau acara tertentu (seperti jamuan makan). Diantara makanan khas yang enak-enak itu, tempo doeloe para bule di Bali merekomendasikan kepada orang Eropa-Belanda lainnya adalah bali yang dipanggang dengan cara diguling-guling (sebut saja babi guling).
Untuk
urusan makan, orang Eropa-Belanda dan orang pribumi tidak ada bedanya.Sama-sama
lahap untuk masakan yang membuatnya nikmat. Yang berbeda adalah jenis makanan
dan cara memasaknya. Orang Eropa-Belanda jika ke daerah apakah untuk tujuan
dinas atau melancong (wisata), dimana tidak ditemukan masakan Eropa, mereka
sudah mengidentifikasi makanan yang akan dipesan (misalnya di pesanggrahan).
Jika tidak bisa memesan seperti di perjamuan atau secara tidak terduga tuan
rumah menyajikan makan siang, pejabat lokal sudah tahu apa yang disiapkan
(karena jarang terjadi) yakni masakan khas yang akan digemari tamu bule. Di
Bali, masakan khas itu salah satu diantaranya adalah babi panggang guling.
Apa saja daftar masakan khas penduduk Bali tempo
doeloe? Nah, itu dia. Tampaknya
belum ada yang menulisnya. Buku yang sudah ada hanya ditulis berdasarkan menu
makanan yang berlaku pada beberapa dekade terakhir. Lantas bagaimana dengan
daftar menu lebih dari satu abad yang lalu?Apakah masih ada yang sama dengan
bebera dekade terakhir? Yang jelas bahwa babi guling dengan rempah-rempah sudah
direkomendasikan para bule lebih dari satu abad yang lalu. Okelah, untuk
menambah pegetahuan tentang masakan khas Bali tempo doeloe, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Produksi dan Menu Masakan Khas Bali
Banyak peneliti Belanda yang melaporkan tentang
situasi dan kondisi di (pulau) Bali.Satu yang terpenting sejak awal adalah
Heinrich Zollinger. Namun dalam laporan-laporannya yang terbit seputar tahun
1846 belum menyinggung perihal sekunder. Heinrich Zollinger sebagai seorang
geolog dan botanis lebih banyak mendeskripsikan keadaan perihal primer seperti produksi
penduduk dalam hubungannya dengan perdagangan. Namun deskripsi Zollinger dapat
dipandang sebagai latar belakang untuk memahami lebih lanjut tentang hal yang terkait
kebutuhan sekunder seperti pariwisata dan kuliner.
Heinrich
Zollinger (1846) menyatakan tanah Bali adalah tanah subur akibat kerja vulkanik
di masa lampau yang meski terbilang pulau kecil tetapi terbilang memiliki
populasi yang besar (padat penduduk). Produksi beras berlebih dan banyak
diekspor ke Cina dan Jawa. Pada urutan kedua perdagangan Bali adalah minyak
kelapa (yang juga banyak diekspor). Minyak kelapa Bali palingdicari di Hindia
karena bersih dan aromanya yang enak. Produksi minyak kelapa Bali sangat besar
karena didukung oleh populasi kelapa yang sangat banyak yang bahkan populasinya
lebih banyak dari seluruh populasi kelapa di Jawa. Minyak kelapa juga digunakan
para lelaki untuk mengolesi rambut. Produksi kapas juga banyak ditemukan. Penanaman
kopi tidak terlalu banyak. Seluruh alam Bali digunakan penduduk untuk budidaya
pertanian. Secara geologis dan vegetasi tidak berbeda dengan pulau Jawa, karena
orang asing jaman kuno, pulau Bali disebut Klein Java (ingat harimau Jawa dan
harimau Bali; tidak ada harimau Lombok). Bali juga sangat kaya dengan ternak
besar. Dalam tahun-tahun terakhir banyak
sapi telah diekspor dari Bali ke Jawa. Populasi kerbau hanya sedikit dan
umumnya digunakan untuk pertanian. Populasi babi, liar dan jinak, serta anjing
dan bebek serta ayam tidak kekurangan. Seperti halnya Melayu di Sumatra dan
Bugis di Celebes, ayam juga digunakan untuk sabung ayam dan adu suara yang
terbilang sangat populer di Bali. Meski anjing tidak terlalu diurus, namun anjing-anjing
tersebut tidak dihina oleh orang Bali Hindu. Babi sedikit mendapat perhatian
karena menghasilkan daging yang paling digemari, karena itu babi atau tjeleng
dianggap sebagai tjelengan (savings). Ikan sangat jarang, ikan datang dari
nelayan-nelayan di pantai, Orang Bali bukan pelaut, karena itu mereka tidak
pernah meninggalkan tanah mereka atas kehendak sendiri. Oleh karena itu
perdagangan antar pulau berada di tangan orang Cina, Bugis dan Eropa. Bali
menghasilkan garam sendiri. Produk konsumsi dari luar yang banyak masuk sebagai
pertukaran ekspor adalah opium, arak, tembakau dan sebagainya.
Heinrich Zollinger juga mengutip sejumlah laporan
para pelancong (pengembara) Eropa yang memasuki pedalaman (pulau) Bali, tetapi
tidak ada yang menceritakan soal makanan atau bagaimana masakan dibuat. Namun
gambaran yang dideskripsikan oleh Heinrich Zollinger sudah cukup menjelaskan
apa yang menjadi makanan pokok orang Bali dan berbagai bahan masakan yang
digunakan.
Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1878 |
Deskripsi soal urusan sekunder-tersier ini baru
muncul dalam laporan-laporan terakhir. Salah satu peneliti yang dapat dikatakan
cukup lengkap memberikan keterangan adalah Dr R van Eck termasuk di dalamnya
hal makanan atau masakan dan bagaimana cara mempersiapkan dan menyajikannya.
Deskripsi tersebut dapat dibaca pada laporan R van Eck yang dimuat pada majalah
Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1878 dengan judul Scheten van het Eiland
Bali.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kuliner Nusantara Tempo Doeloe
Bagaimana cara membuat makanan dan minuman sudah
sejak lama dibukukan. Laporan adanya buku masakan di Hindia Belanda diketahui
pada tahun 1843 (lihat Javasche courant, 11-11-1843). Buku ini ditulis oleh
seorang wanita Belanda yang berisi tentang masakan Eropa dan masakan nusantara.
Buku ini cukup lama bertahan di dalam daftar buku. Buku ini menjadi refernsi
setiap ibu-ibu dan para gadis-gadis Eropa maupun pribumi.
Algemeen Handelsblad, 09-05-1853 |
Setelah sekian lama baru muncul buku masakan
tahun 1887 di Semarang (lihat De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 19-11-1887). Buku
berbahasa Melayu ini menyajikan bagaimana membuat masakan cara Belanda dan cara
Jawa. Dalam buku ini juga disajikan cara membuat berbagai jenis kue, minuman,
manisan dan asinan. Total ada sebanyak 600 jenis makanan/minuman.
Pada
tahun 1900 muncul iklan tiga buku masakan di Medan, yakni buku masakan Belanda
di Hindia dan dua buku masakan nusantara yakni Buku Masakan Hindia Belanda dan
Buku Masakan Kokki Bitja (lihat De Sumatra post, 04-09-1900), Buku Kokki Bitja
ini tampaknya terkenal, sejak muncul tahun 1900 masih diiklankan di Sumatra
post hingga tahun 1905. Buku masakan Kokki Bitja ditulis oleh Nonna Cornelia
sejatinya adalah buku yang terbilang
lama dan telah dicetak berulang kali, Buku ini terbit pertama kali tahun (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
16-11-1859). Buku ini muncul lagi tahun 1927 cetakan ke-16 (lihat Sumatra post,
07-03-1927).
Setelah lama berselang, pada tahun 1934 muncul
buku masakan pertama yang ditulis oleh seorang pribumi diberi judul Boekoe
Masakan (Kookboek) yang ditulis oleh Satiaman P. Harahap. Buku ini ditulis
dalam bahasa Indonesia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1934). Buku
tersebut diterbitkan oleh penerbit Bintang Hindia.
Bataviaasch nieuwsblad, 20-07-1934 |
Sejak munculnya buku masakan karya Satiaman
tersebut baru menyusul buku masakan (kookboek) berjudul Indisch Grechten. Buku
masakan berbahasa Belanda ini diterbitkan oleh pabrik mentega Archa pada tahun
1935. Buku ini berisi 72 jenis masakan yang meliputi berbagai macam jenis
tumis, smoor, nasi, kari, sayur, pindang, sambal dan sebagainya. Setiap jenis
dideskripsikan bahan dan metodenya. Berbagai jenis masakan daerah terdapat
dalam daftar menu tersebut termasuk rendang Padang, masakan khas Betawi antara
lain sajoer asem, tjoetjoer dan keerie telor [baca: kerak telur]. Tentu saja
ada pindang Jawa dan kambing/babi goeling.
Pada
tahun 1938 terbit buku masakan berbahasa Belanda yang baru berjudul De Indisch
Tafel oleh J Braam, penerbit NV Nijgh & van Ditmar, Rotterdam, 1938. Buku
masakan ini disajikan lebih komprehensif, tidak hanya bahan dan metode tetapi
juga deskripsi tentang berbagai bahan baku utama dan rempah-rempah yang
digunakan, seperti tempeh, trassiem lombok, bawang merah, klapper en santen.
Juga diuraikan berbagai takaran. Sebagaimana buku Satiaman dan Archa, dalam
buku ini disajikan bahan dan metode berbagai jenis masakan termasuk sajor
lodeh, sambal goeng telor, sambal oelek, sambal peteh, gulai ajam setan, ajam
laksa, frikadel djagoeng, gado-gado, oerap, rendang Padang, atjar ketimun,
kiemblo, poe jong hay, ketan, lontong, nasi keboelie, nasi oelam, ongol-ongol,
dodol, wadjiek, kolak, piloos, kwee serabie, kwee kelepon, teng teng dan
lainnya. Jenis lainnya adalah minuman seperti tjendol dan wedang djahe. Total
ada sebanyak 216 jenis makanan dan minuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar