Selasa, 30 Maret 2021

Sejarah Australia (9): Boven Digul, Tanah Merah di Papoea, Tempat Tahanan Politik Indonesia; Mengapa Direlokasi ke Australia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disin 

Ada satu fase dalam sejarah hubungan Indonesia dan Ausralia tentang tanahan politik Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Boven Digoel, Papoea, tetapi kemudian direlokasi ke Australia. Fase ini hanya disinggung sepintas dalam sejarah Indonesia dan tidak ditemukan dalam sejarah Australia. Hal ini boleh jadi karena fase ini di Australia hanya dipandang sebagai sejarah hubungan Indonesia dan Belanda. Namun dalam memahami Sejarah Menjadi Indonesia, pemahaman fase sejarah ini sudah tentu ada gunanya.

Tahanan politik dibedakan dengan tahanan kriminal. Tahanan politik (tapol) adalah seseorang yang ditahan baik di rumah, di penjara atau tempat pembuangan (kamp konsentrasi) karena memiliki ide-ide atau pandangan yang dianggap menentang pemerintah atau membahayakan kekuasaan negara. Tahanan politik Indonesia oleh Belanda sudah berlangsung sejak era VOC (awalnya dibuang ke Afrika Selatan) dan berlangsung hingga selama Pemerintah Hindia Belanda seperti Pangeran Diponegoro dibuang ke Makassar, Pangeran dari Palembang dan pejuang Aceh ke Ternate, Tuanku Imam Bonjol ke Tondano, Tahanan politik yang dibuang ke Digoel dimulai tahun 1920an. Soekarno dibuang ke Flores dan Mohamad Hatta sempat dibuang ke Digoel sebelum direlokasi ke Banda.

Lantas bagaimana sejarah tahanan politik Indonesia di Bovel Digoel direlokasi ke Australia? Satu hal mengapa dipilih Digoel dan hal lainnya mengapa tahanan politik di Digoel direlokasi ke Australia? Semua itu terhubung dengan sejarah Belanda (Hindia Belanda) dan Australia di satu sisi dan sejarah Pemerintah Hindia Belanda dan para revolusiner Indonesia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Tanah Merah, Boven Digoel, Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tahanan Politik Indonesia di Digul Direlokasi ke Australia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar