Senin, 12 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (81): Sulawesi, Peta dan Teluk Tomini yang Semakin Luas; Kerajaan Aru, Orang Moor, Pelaut Portugis

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Banyak pulau di Indonesia pada masa kini, bentuknya berbeda jika dibandingkan zaman kuno. Pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan lebih ramping zaman kuno dibandingkan dengan sekarang. Namun sebaliknya pulau Sulawesi awalnya pulau yang gemuk tetapi kemudian bentuknya menjadi lebih ramping. Hal itu karena teluk Tomini semakin melebar. Mengapa bisa demikian? Itu satu hal. Hal yang ingin diperhatikan pada artikel ini adalah bagaiman sejarrah pemetaan pulau Sulawesi?

Pulau Sumatra di bagian timur mulai dari Aceh hingga Lampung telah mengalami pembengkakan sejak zaman kuno. Hal ini diduga karena faktor pengaruh sungai yang membawa massa padat dari hulu di pegunungan yang mengakibatkan terjadinya proses sedimentasi di pantai dan kemudian menjadi daratan. Kota Jambi dan kota Palembang zaman kuno diduga kuat berada di pantai. Jika dibandingkan Sumatra dan Jawa, pembengkakan pulau Kalimantan lebih luas lagi terutama di pantai selatan dan pantai barat. Faktor penyebabnya juga karena sungai. Dalam fase inilah diduga keberadaan pulau Sulawesi terkait dalam navigasi pelayaran perdagangan

Lantas bagaimana sejarah peta Sulawesi? Seperti disebut di atas, sebelah kehadiran pelaut-pelaut Eropa yang dimulai Portugis, tentu saja pelaut-pelaut Portugis tidak datang denga hanya modal peta buta. Pelaut-pelaut terdahulu yang menjadi rujuk peta awal pelaut-pelaut Portugis, seperti pedagang-pedagang Moor beragama Islam yang berasal dari Afrika utara. Lalu apa hubungannya pulau Sulawessi dengan Kerajaan Aru, orang Moor dan pelaut-pelaut Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pulau Sulawesi: Kerajaan Aru, Orang Moor dan Pelaut Portugis

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bentuk Pulau Sulawesi: Dulu dan Sekarang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar