*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Beberapa pulau besar di provinsi Sulawesi Tenggara adalah pulau Buton, pulau Muna, pulau Kabaena dan pulau Wawonii. Pulau Wawonii sebelumnya pulau di kabupaten Kowane sejak 2013 telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten baru Kabupaten Kowane Kepulauan. Lantas apa pentingnya (pulau) Wawonii? Nah, itu dia. Itu yang perlu diketahui. Yang jelas tempo doeloe pulau Wawonii dimasukkan ke wilayah Konawe, tetapi kini telah dimekarkan menjadi kabupaten sendiri.
Lantas bagaimana sejarah (pulau) Wawonii? Seperti disebut di atas pulau Wawnii kini telah menjadi kabupaten. Suatu kabupaten di pulau Wawonii dengan nama kabupaten Kowane Kepulauan. Yang jelas sejarah suku Wawinii kurang terinformasikan. Dengan nama baru kabupaten Kowane Kepulauan, sejarah Wawoni akan semakin kurang terinformasika, Untuk mengangkat kembali sejarah Wawonii perlu digali lagi sejarahnya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Wawoni: Antara Kowane dan Buton
Nama Wawoni sudah sejak lama dikenal dan sudah masuk dalam dunia, Paling tidak nama Wawony di dalam peta dunia dapat di lihat dalam buku geografi Pieter van der Aa berjudul De wijd-beroemde voyagien na Oost- en West-Indiën, mitsgaders andere gedeeltens des werelds, gedaan door de Engelsen (1706). Dalam buku ini nama Boeton juga disebut, suatu tempat yang berdekatan di jalan menuju Maluku, Jalur Bouton adalah salah satu jalur navigasi pelayaran yang terbilang aman dari Makassar ke Ternate dan Amboina melalui wilayah perairan Wawoni
Jalur Boeton dan Wawoni ini pada dasarnya jalur sempit tetapi aman. Meski demikian jalur ini memiliki bahaya sendiri karena adanya karang dan beberapa titik terdapat perairan dangkal yang membahayagan navigasi. Bahaya ini semakin nyata pada era pemerintahan Hindia Belanda karena tonase kapal yang semakin tinggi. Kapal-kapal angkatan laut pemerintah Hindia Belanda kerap ke kawasan ini karena sering menjadi wilayah pelarian bajak laut yang juga paraa bajak laut sering menggangu penduduk.
Kapal angkatan laut Amsterdam melakukan patroli di sekitar perairan Boeton karena dilaporkan ada aktivitas bajak laut. Untuk mebersihkan jalur dari Makassar ke Amboina kapal itu menyisir ke jalur Buton hingga ke perairan Wawoni namun tidak ditemukan tanda-tanda. Patroli ini baru menedapat jejak bajak laut ini di perairan lebih ke utara dan terjadi tembak menembak (lihat De Oostpost : letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 21-05-1856). Pada tahun 1867 sebuah kapal dalam pelayaran dari Ternate melalui Xula Bessi mengalami serang badai di laut Banda. Kapal ini lalu menyingkir ke perairan Wawoni dan terus ke jalur Boeton dan berlabuh di pelabuhan Boeton (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1867). Dari Makasser, 14 September 1898 dilaporkan kapal perusahaan paket ss Graaf van Bijlandt (kapten van der Lee) telah kandas di terumbu karang di selat Wowoni di utara Boeton. Kapal terendam. Tidak ada kecelakaan pribadi yang terjadi. Juga tidak ada bahaya bagi mereka yang ada di dalamnya (lihat Soerabaijasch handelsblad, 14-09-1898).
Tampaknya pulau Wawoni sejauh ini (sejak era VOC) hanya sebagai penanda navigasi pelayaran. Belum ada keterangan yang melaporkan bagaiman situasi dan kondisi di pulau Wawoni. Sehubungan dengan bahaya pelayaran, paling tidak kasus kandasnya kapal Bijlandt kemudian dilakukan pemetaan laut di sekitar (kawasan) antara pulau Wawoni dan pulau Manoei untuk menentukan titik-titik koordinat yang mana yang harus dihindari dalam pelayaran (lihat De nieuwe courant, 22-08-1901). Dalam perkembangannya diketahui bahwa pulau Wowoni pada dasarnya berada di wilayah Boeton.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Wawoni dari Masa ke Masa
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar