*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada dua masa sejarah tentang penemuan/identifikasi pulau Borneo (kini Kalimantan). Peta Ptolomeus pada abad ke-2 telah disalah interpretasi seribu tahun kemudian. Hingga sejauah ini seperti yang dicatat Wikipedia, pulau Taprobana itu adalah pulau Sri Lanka. Namun di dalam blog ini sudah diidentifikasi dengan cermat pulau Taprobana itu adalah pulau Kalimantan. (Lihat Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan). Peristiwa kedua pada era Hindia Belanda tentang identifikasi pedalaman pulau Borneo.
Lantas bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman Borneo? Seperti disebut di atas, wilayah pedalaman Borneo menjadi teka-teki sejak era Portugas, era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Hal itu karena tidak seorang pun yang berhasil memberi gambaran yang sebenarnya. Lalu bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman pulau Borneo/Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Pahlawan Indonesia dan Penemuan Pedalaman Borneo: 1824 hingga 1863
Ada dua hal yang selalu diulang-ulang hingga ini hari terkait dengan pulau Kalimantan yang terhubung satu sama lain. Pertama soal paparan Soenda, dimana dipercaya bahwa pulau Sumtara, pulau Jawa dan pulau Kalimantan pada masa lalu menyatu dengan darataa Asia yang disebut paparan Sunda. Apakah masih berlaku teori itu? Kedua, peta kuno yang dibuat Ptolomeus pada abad ke-2 sebagai pulau Tabrobana diyakini sebagai pulau Sri Lanka. Apakah teori tersebut masih berlaku? Sekarang diajukan hipotesis baru.
Hipotesis baru adalah pertama pulau Taprobana adalah pulau Borneo/Kalimantan. (bukan yang lain). Hipotesis kedua adalah daratan Asia tidak pernah menyatu dengan daratan Sumatra. Jawa dan Kalimantan. Satu lagi yang perlu ditambah tetapi akan dibuat artikel sendiri adalah teori proto Melayu dan deutro Melayu..
Merujuk pada artikel di blog ini berjudul Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan; pulau Taprobana yang diterbitkan pada era Ptolomeus adalah pulau Kaimantan pada masa ini. Dengan membandingkan pulau Tabrobana dengan peta pulau Kalimantan masa ini, mengindikasikan bahwa pulau Taprobana (Borneo/Kalimantan) telah meluas ke selatan dan ke barat. Perluasan daratan Taprobana ini disebabkan karena ada proses sedimentasi jangka panjang di perairan (laut/rawa-rawa).
Proses sedimentasi ini karena adanya aktivitas gunung api, aktivitas manusia (pertambangan dan pembakaran huta) serta aktivitas lainnya karena erosi (dialirakan oleh curah hujan). Massa padat (sampah tumbuhan dan lumpur) memenuhi dasar laut di sekitar pantai. Ketinggian dasar laut meningkat (pendangkalan) yang kemudian melewati permukaan laut. Proses peninggian permukaan daratan yang baru terus berlansung karena adanya pelapukan sampah tumbuhan. Lambat laun dalam jangka panjang luas daratan baru terbentuk yang kini menjadi bagian dari wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Timur. Dengan demikian bentuk pulau Kalimantan yang asli (terawal) adalah bentuk pulau Taprobana yang dipetakan pada era Prolomeus pada abad ke-2. Proses sedimentasi jangka panjang (yang membentuk daratan baru) juga terjadi di pulau Sumatra (pantai timur) dan pulau Jawa (pantai utara), serta daratan Indo China (pantai timur).
Di perairan antara pulau Sumatra, Jawa dann Kalimantan dengan wilayah Semenanjung dan Indo China, yang dalam hal ini laut Jawa, selat Karimata dan selat Malaka masih terus berlangsung proses sedimentasi bawah laut. Dengan kata lain proses pendangkalan terus terjadi hingga ini hari. Dalam hal ini laut Jawa dari waktu ke waktu semakin menyempit. Pada suatu waktu di masa yang jauh di masa depan kemungkinan terjadinya penyatuan daratan benua Asia dengan pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan terjadi. Oleh karena itu paparan Soenda itu terjadi di masa depan, bukan di masa lampau (sebagaimana yang diteorikan).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Peta Pulau Taprobana Abad ke-2: Penemuan Pedalaman Borneo
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar