*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dalam sejarah Indonesia banyak tokoh yang tercecer, dan tidak terinformasikan. Hal itu karena dalam penulisan narasi sejarah Indonesia umumnya yang digunakan adalah Hukum Bilangan Besar. Tokoh sejarah dari golongan minoritas terbaikan atau sengaja disingkirkan. Namun sejarah adalah sejarah. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data. Nama Go Hwan Tjiang luput dari perhatian para ahli sejarah. Padahal Go Hwan Tjiang sama-sama diwisuda di Universitet Rotterdam.
Lantas bagaimana sejarah Go Hwan Tjiang? Seperti disebut di atas, nama Go Hwan Tjiang nyaris tidak ada yang mengenalnya dan karena itu namanya tidak terinformasilan. Namun sejarah adalah sejarah. Lalu bagaimana sejarah Go Hwan Tjiang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia dan Go Hwan Tjiang di Rotterdam: Mohamad Hatta dan Perhimpoenan Indonesia
Tidak ada angin tidak ada awan, hujan. Itulah sejarah awal Go Hwan Tjiang. Pada tahun 1927 Go Hwan Tjiang lulusan sekolah menengah (HBS) di Den Haag (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 08-07-1927). Siswa yang diterima di HBS adalah lulusan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS). Lulusan MULO diterima di HBS ditenmpatkan di kelas empat. Secara keseluruhan lama studi di HBS lima tahun. Lulusan HBS dapat melanjutkan studi ke fakultas/universitas.
Go Hwan Tjiang melanjutkan studi di Rotterdam. Pada tahun 1929 Go Hwan Tjiang lulus ujian kandidat (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 22-11-1929). Disebutkan di Nederlandsche Handelshoogeschool lulus ujian kandidat Handelswetenschap, Go Hwan Tjiang. Di sekolah tinggi bidang perdagangan di Rotterdam ini sudah ada Mohamad Hatta.
Mohamad Hatta cukup sibuk dengan kegiatan organisasi dan isu-isu internasional yang menyebabkan banyak waktu studi tersita. Sebaliknya Go Hwan Tjiang masih bisa fokus. Miohamad Hatta yang sudah lulus ujian kandidat tahun 1923, bagaimana kelanjutan studinya tidak terinformasikan. Sementara Go Gwan Tjiang yang baru lulus HBS tahun 1927 pada tahun 1929 sudah lulus ujian kandidat, Akhirnya Go Hwan Tjiang bersama Mohamad Hatta berhasil menyelesaikan studi mereka pada waktu yang sama (lihat De Telegraaf, 05-07-1932). Disebutkan di Nederlandsche Handelshoogeschool lulus ujian Handelswetenschap Mohamad Hatta, Go Hwan Tjiang dan GHMJ Verhaegen.
Di tanah air banyak peristiwa yang telah terjadi. Pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandoeng didirikan organisasi kebangsaan Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI) oleh pada anggota Agemenen Studieclub yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Pada bulan September 1927 Parada Harahap sekretaris organisasi kebangsaan Sumatranen Bond mengirim undangan ke sejumlah pemimpin organisasi untuk bertemu di rumah Prof Husein Djajadiningrat. Dalam pertamuan ini disepakti pembentukan federasi organisasi kebangsaan yang diberi nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Secara aklamasi pengurus diketuai oleh MH Thamrin (Kaoem Betawi) dan sebagai sekretaris Parada Harahap. Dalam pertemuan ini juga turut hadir Pasoendan, Studieclub Soerabaja yang diwakili Dr Soetomo dan PNI Bandoeng yang diwakili Ir Soekarno. Program PPPKI adalah membangun gedung Nasional dan kongres PPPKI yang akan diadakan di Batavua pada bulan September 1928. Dalam penyelenggaraan Kongres PPPKI ditunjuk Dr Soetomo sebagai ketua dan sebagai sekretaris Ir M Anwari dari PNI Bandoeng. Dalam kongres ini disepakati platform federasi sebagai federasi partai politik. Dalam Kongres PPPKI ini Parada Harahap mengundang Mohamad Hatta untuk berbicara, namun berhalangan hadiri tetapi Mohamad Hatta mengirim utusan Ali Sastro Amidjojo. Dalam kongres diputuskan kongres berikutnya diadakan di Solo pada bulan September 1929. Pada bulan Oktober 1928 diadakan kongres junior Kongres Pemuda. Panitia inti adalah sebagai ketua Sogondo (Jong Java cabang Batavia) sebagai sekretaris Mohamad Jamin (Jong Sumatranen Bond) dan sebagai bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Batak). Ketiganya mahasiswa Rechthoogeschool Batavia dimana sebagai dekan mereka adalah Prof Husein Djajadingrat. Hasil kongres adalah putusan mengenaio satu nusa, satu bangsa, satu bahasa: Indonesia dimana lagu Indonesia Raya karya WR Soepratman diperdengarkan. Pasca Kongres PPPKI di Solo, Ir Soekarno dkk (dari PNI) ditangkap karena menyebarkan brosur yang menentang otoritas pemerintah. Selama Ir Soekarno dkk di penjara, Mr Sartono membubarkan PNI. Namun pada bulan April 1931 eks PNI membentuk organisasi yang diberi nama Parti Indonesia (Partindo) dimana sebagai ketua Mr Sartono, Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai ketua cabang Batavia dan Mohamad Jamin sebagai ketua cabang Soerabaja. Eks PNI yang lain juga mendirikan partai yakni Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Setelah Ir Soekarno keluar dari penjara lebih memilih bergabung dengan Partindo.
Drs Go Hwan Tjiang tidak segera pulang ke tanah air. Sementara Drs Mohamad Hatta bersiap-siap pulang ke tanah air. Go Hwan Tjiang masih di Belanda untuk mengikuti program pendidikan untuk mendapatkan akta di bidang akuntansi. Setelah tiba di Batavia, Drs Mohamad Hatta lebih memilih bergabung dengan partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Dalam perkembangannya Ir Soekarno kembali ditangkap karena persoalan yang sama dengan sebelumnya. Pada tahun 1933 situasi dan kondisi di Hindia sangat krisis. Hal ini karena surat-kabar dan majalah yang revolusioner dibreidel termasuk surat kabar Bintang Timoer yang dipimpinan Parada Harahap. Rumor juga muncul bahwa Ir Soekarno akan diasingkan. Lalu pada bulan November 1933 Parada Harahap memimpin tujuh revolusiner Indonesia berangkat ke Jepang. Dalam rombongan ini termasuk Abdoellah Lubis pemimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan yang juga dibredel, Drs Sjamsi Widagda, Ph.D guru di Bandoeng (lulusan Rotterdam dan meraig gelar Ph.D tahun 1926) dan Panangian Harahap (editor Bintang Timoer). Dalam rombongan ini juga ada nama Drs Mohamad Hatta. Rombongan ini cukup lama di Jepang dan kembali ke tanah air dan turun di pelabuhan Tandjong Perak Soerabaja pada tanggal 13 Januari 1934. Pada hari yang sama Ir Soekarno diberangkatkan dari pelabuhan Tandjoeng Priok Batavia ke pengasingan di Flores.
Pada bulan Januari tahun 1934 ini diberitakan Go Hwan Tjiang lulus ujian rekeningswetenschap (akuntansi) di Rotterdam (lihat De standaard, 17-01-1934). Go Hwan Tjiang di Belanda kemudian membuka kursus boekhouden (pembukuan) bersama teman-temannya (lihat Rotterdamsch nieuwsblad, 08-02-1934). Disebutkan kursus boekhouden dengan pengajar Drs acc Go Hwan Tjiang, M Kats dan Liem Khiam King. Alamat kurusus di Vrieselaan 169b Rotterdam. Namun dalam perkembanganya Go Hwan Tjiang kembali ke tanah air. Hal ini diberitakan bahwa kapal ss Slamat tanggal 7 Maret dari Rotterdam dengan tujuan akhir Batavia dimana terdapat nama Go Hwan Tjiang (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 08-03-1934). Kapal ss Slamat akan tiba di Tandjoeng Priok tanggal 5 April 1934 (lihat Deli courant, 28-03-1934).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Go Hwan Tjiang: Sejarah adalah Sejarah
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar