*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Jauh sebelum konsesi perkebunan diberikan
kepada pihak swasta di wilayah Lampung pada era Pemerintah Hindia Belanda,
sudah ada perkebunan di masa lampau (perkebunan lada). Namun semua itu adalah
perkebunan yang terkait dengan komoditi ekspor. Bagaimana dengan pertanian yang
terkait dengan kebutuhan penduduk seperti pertanian sawah dan tanaman pangan
lainnya?
PT Perkebunan Nusantara VII, atau biasa disingkat menjadi PTPN VII, adalah anak usaha PTPN III yang bergerak di bidang perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, dan teh. Selain kantor pusat di Bandar Lampung, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Palembang dan Bengkulu. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996 sebagai hasil penggabungan antara PTP X dan PTP XXXI dengan aset milik PTP XI di Sumatera Selatan dan milik PTP XXIII di Bengkulu. PT Perkebunan Nusantara VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan BUMN ini merupakan penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI (Persero), Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat, dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Provinsi Bengkulu. Perusahaan-perusahaan perkebunan tersebut sebelumnya merupakan perkebunan nasionalisasi dari Pemerintah Belanda, terutama eks PT Perkebunan X (Persero) dan PT Perkebunan XXXI (Persero). PT Perkebunan X (Persero) semula adalah perusahaan perkebunan milik Belanda yang beroperasi di wilayah Sumatra Selatan dan Lampung. Melalui proses nasionalisasi, perusahaan tersebut diambil-alih oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1957 (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Lampung? Seperti disebut di atas, wilayah Lapung sudah sejak lama dikenal sebagai wilayah perkebunan lada (sejak era VOC). Sementara pada era Pemerintah Hindia Belanda diperluas menjadi perkebunan komoditi lainnya, yang pertama adalah perkebunan karet. Pertanian tanaman pangan kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Sejarah Pertanian dan Perkebunan di Wilayah Lampung: Peta Perkebunan di Lampong Era Hindia Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
Peta Perkebunan di Lampong Era Hindia Belanda: Bermula Perkebunan Karet
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar