Rabu, 14 Desember 2022

Sejarah Madura (35): Kereta Api di Pulau Madura; Sejarah Perkeretaapian di Pulau Jawa di Pulau Bali dan Pulau Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Apakah ada jalur kereta api di pulau Madura saat ini? Tidak ada lagi, tetapi pernah eksis di masa lampau pada era Pemerintah Hindia Belanda. Namun sejarah tetaplah sejarah. Dalam hal inilah sejarah perkeretaapian di Madura adalah bagian tidak terpisahkan dari sejarah Madura. Ke depan tampaknya jalur kereta api di pulau Madura adakan diaktifkan/dioperasikan Kembali.


Jalur kereta api lintas Madura pernah melayani rute pulau Madura. Jalur ini memiliki panjang 225 Km. Jalur ini di bawah Madoera Stoomtram Maatschappij (MdrSM) sejak 1897. Sejak dibangunnya jalur kereta api melalui Sukolilo pada 1913, lalu dibuat stasiun Kamal dan Stasiun Kalianget, sedangkan Stasiun Kwanyar merupakan stasiun cabang untuk menunjang jalur ini. MdrSM juga melayani transportasi antarmoda lanjutan bersama Staatsspoorwegen, seperti penyeberangan kapal feri Kalianget–Panarukan maupun Kamal–Surabaya untuk menunjang pelayanan kereta api. Dalam Buku Jarak oleh DKA 1950, jalur kereta api ruas Bangkalan–Kwanyar dan Pamekasan–Kalianget tidak tercatat, sementara ruas Kamal–Pamekasan dan Kamal–Bangkalan tercatat. Hal ini kemungkinan terjadi karena jalur kereta api ruas Bangkalan–Kwanyar dan Pamekasan–Kalianget mengalami pembongkaran pada masa pendudukan Jepang untuk kepentingan perang. Selanjutnya, Rikuyu Sokyuku membuat jalur percabangan dari Stasiun Telang menuju Stasiun Sukolilobaru agar langsung tersambung ke Pamekasan, karena daerah Batuporon—suatu daerah yang dilalui jalur kereta api lintas Kamal–Sukolilo—merupakan kawasan militer, sehingga jalur kereta api ruas Kamal–Sukolilo–Kwanyar ditutup karena kalah bersaing dengan mobil. PJKA akhirnya menutup jalur ini pada tahun 1984. Berdasarkan Perpres No. 80 Tahun 2019, jalur kereta api akan diaktifkan Kembali khususnya dari Kamal–Sumenep (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di pulau Madura? Seperti disebut di atas pulau Madura juga memiliki sejarah perkeretaapian namun secara spesifik kurang terinformasikan. Sejarah perkeretapian di pulau terkait dengan perkeretaapian di seluruh Hindia Belanda tetapi secara teknis terkait dengan pengembangan di pulau Jawa, pulau Bali dan pulau Lombok. Lanlu bagaimana sejarah kereta api di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kereta Api di Pulau Madura; Sejarah Perkeretaapian di Pulau Jawa di Pulau Bali dan Pulau Lombok

Nun jauh disana, di Amsterdam satu maskapai kereta api dibentuk dan telah diumumkan ke public dengan nama Naamlooze Vennootschap (NV) Madoera-Stoomtram-Mij (lihat Algemeen Handelsblad, 09-06-1897). Dari namanya mengindikasikan perusahaan baru itu mendapat konsesi di Hindia Belanda dengan wilayah operasi di (pulau) Madura. Perusahaan terbatas ini telah menerbitkan 3.000 lembar saham @ f1.000 sehingga izin yang diberikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda akan memiliki modal dasar sebesar f3.000.000. Disebutkan jalur kereta api ini kira-kira 192 Km, di sebelah barat berhadapan dengan kota Soerabaja dan di sebelah timur berhadapan dengan Panaroekan di Oosthoek van Java.


Selain prospek usaha di (pulau) Madoera dan uraian permodalan, disebutkan jalur trem akan mengikuti jalan pos yang ada dari Kamal melewati Bangkalan ke Tanah Merah, dari sana hingga Balega diahlihkan untuk menghindari tanjakan yang besar, dan tersambung kembali ke jalan pos utama dari Balega ke Sampang. Dari Sampang ke Pamekasan jalur mengikuti jalan pintas untuk mencapai pasar Omben. Dari Pamekasan mengikuti jalan pos dilanjutkan melalui Soemenep hingga ke Kalianget, dengan pengalihan di Baloetoe. Diharapkan dalam waktu lebih dari satu tahun, ruas Kamal-Bangkalan sepanjang 18 Km, dan Kalianget-Baloetoe, sepanjang 25,7 Km sudah dapat beroperasi. Dalam waktu dua tahun district Tanah Merah yang bersebelahan sepanjang 18 Km dan Baloetoe-Pamekasan sepanjang 43 Km. Sisanya sepanjang 96,5 Km dapat mulai beroperasi dalam waktu dua tahun setelahnya.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Perkeretaapian di Pulau Jawa di Pulau Bali dan Pulau Lombok: Kebutuhan dan Realisasi di Pulau Madura

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar