*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Koba adalah bahasa yang dituturkan di Kepulauan Aru, Indonesia Timur. Bahasa
ini dekat dengan bahasa Dobel, tetapi tingkat kesepahamannya rendah. Bahasa Koba
disebut sebagai dialek bahasa Barakai. Desa Koba terletak di bagian Aru Selatan,
dikenal penghasil padi, karena hanya di desa Koba yang bisa menghasilkan padi, Desa
Koba masih berhubungan erat dengan desa Samang dan desa Ujir, hubungan ini
masih terjalin erat dari jaman leluhur hingga sampai saat ini. Nama Koba juga
ditemukan di pulau Bangka dan pulau Flores.
Suku Aru merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Aru di Maluku Tenggara, sering dikaitkan berasal dari Pulau Eno-Karang. Suku Aru termasuk rumpun Melanesia Pasifik terdiri dari 16 suku asli dan beberapa suku lainnya dari wilayah Maluku, Jawa, dan Tionghoa, Suku Aru tercatat memiliki beberapa bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi mereka; Bahasa Barakai, Batuley, Karey, Koba, Kompane, Lola, Larong, Manombai, Mariri, Tarangan, dan Ujir. Keragamaman suku dan bahasa Aru membuat wilayah kepulauan Aru sangat istimewa. Tercatat pada tahun 1600 orang-orang Tionghoa telah menginjakan kaki di Kepulauan Aru untuk berdagang. Orang Tionghoa dengan orang Aru kemudian membentuk sebuah komunitas masyarakat “Aru baru”. Belanda tercatat datang ke kepulauan Aru tahun 1623, kemudian Inggis pada tahun 1857. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Koba di pulau Koba kepulauan Aru? Seperti disebut di atas dialek bahasa Koba dituturkan di pulau Koba tempat dimana ditemukan sawah. Hanya satu desa di kepulauan Aru ditemukan sawah padi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Koba di pulau Koba kepulauan Aru? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Koba di Pulau Koba Kepulauan Aru; Hanya Satu Desa di Kepulauan Aru Ditemukan Sawah Padi
Tunggu deskripsi lengkapnya
Hanya Satu Desa di Kepulauan Aru Ditemukan Sawah Padi: Terbentuknya Bahasa Koba
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar