Tampilkan postingan dengan label Sejarah MALANG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah MALANG. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Maret 2023

Sejarah Malang (30): Lawang dari Pasuruan ke Malang, Andalas Datoe Oloan Harahap; Nama Lawang Sewu dan Lawang Seketeng


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di Semarang ada Lawang Sewu, di Bogor adan Lawang Seketeng dan di Malang hanya disebut Lawang saja. Nama Lawang Sewu nama Gedung, Lawang Seketeng adalah pintu gerbang, Lawang saja adalah nama kota di Malang. Kota Lawang tempo doeloe cukup dikenal, kini lebih dikenal lagi karena tokoh terkenal Andalas Datoe Oloan Harahap (Ucok AKA Harahap).  


Lawang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lawang dikenal sebagai kota peristirahatan sejak zaman penjajahan Belanda. Karena itu tidak mengherankan bila sampai saat ini masih banyak ditemui bangunan kuno bergaya Belanda di Lawang, termasuk stasiun kereta api yang merupakan salah satu persinggahan kereta api jalur Selatan dari Surabaya ke Malang. Seiring perkembangan zaman dan aneka industri, di Lawang terdapat sejumlah industri antara lain kimia dan farmasi. Salah satu industri terbesar di Lawang adalah pabrik farmasi Otsuka Indonesia, yang merupakan produsen cairan infus pertama tidak hanya di Indonesia tetapi juga Asia Tenggara dan berdiri sejak tahun 1975. Secara geografis Lawang terletak di pegunungan dan dikelilingi Gunung Arjuno dan Gunung Semeru. Kecamatan Lawang berbatasan dengan Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Tempat wisata di Lawang antara lain Kebun Teh Wonosari PTP XXIII, Pemandian Polaman, Kolam Renang Sanggar, Desa Wisata Krabayakan, Gunung Wedon. Bersama dengan Singosari dan Kepanjen, Lawang dikenal sebagai kota satelit penyangga utama Kota Malang. Tokoh-tokoh terkenal dari Lawang adalah: Ucok Harahap, musisi rock era 1970-an; Irfan Bachdim, Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Lawang, antara Pasuruan Malang dan Andalas Datoe Oloan Harahap? Seperti disebut di atas, kota Lawang tempo doeloe cukup dikenal, kini lebih dikenal lagi karena tokoh terkenal Andalas Datoe Oloan Harahap. Ada juga nama Lawang Sewu dan Lawang Seketeng di tempat lain. Lalu bagaimana sejarah Lawang, antara Pasuruan Malang dan Andalas Datoe Oloan Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (29): Bangil, Naik Perahu ke Pasuruan, Naik Kuda ke Singosari; Kota Pelabuhan Kuno Semasa Hindoe Boedha?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bangil di Pasuruan, jalan menuju Singosari di Malang. Apa hubungannya dengan nama tempat Bangi dan Bangilan. Bangil kini menjadi ibu kota kabupaten Pasuruan. Tempo doeloe Pasuruan adalah ibu kota residentie Pasoeroean, terdiri dari tiga afdeeling: Pasoeroean, Bangil dan Malang. Bangil diduga adalah kota kuno, naik perahu ke Pasuruan, naik kuda ke Singosari. Apakah Bangil, kota pelabuhan zaman kuno era Hindoe Boedha? Let's check it out.


Bangil adalah ibu kota Kabupaten Pasuruan. Kota ini terletak di 35 km selatan Surabaya, Kota Bangil juga terkenal julukan Bangil Kota Santri. Bangil sendiri terletak di jalan Surabaya menuju Banyuwangi. Bangil dilalui jalur kereta api yang bercabang di Stasiun Bangil menuju arah Malang, Banyuwangi, dan Surabaya. Tidak ada referensi untuk menjelaskan nama Bangil berasal. Nama Bangil tercantum dalam dokumen Cina kuno menyatakan bahwa ketika Raja Ta'Cheh (Muawiyah bin Abu Sufyan/anaknya Yazid I) mengirim mata-mata untuk memantau kerajaan Kalingga, utusan mendarat di pelabuhan bernama Banger (Bang-il). Kota ini juga tempat dimana perang terakhir Untung Surapati melawan VOC (1706) yang dipimpin Govert Knol, Pedagang Arab tiba 1860 di kota tua Bangil untuk perdagangan, bersama dengan pedagang Cina melalui pelabuhan di Porong Creek. Sejak 1873, pemukiman Hadhrami terbentuk di Bangil di bawah pimpinan Kapten Arab seperti Saleh bin Muhammad bin Said Sabaja (1892), juga oleh orang Cina seperti Bong Swi Ho. Bangil juga merupakan tempat dimana Sutomo bersekolah, sekolah dasar Eropa. Secara geografis, (kecamatan) Bangil daerah paling utara kabupaten Pasuruan; wilayahnya tambak air tawar serta hutan mangrove (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Bangil, naik perahu ke Pasuruan, naik kuda ke Singosari? Seperti disebut di atas, kota Bangil sudah dikenal sejak tempo doeloe, kini menjadi ibu kota kabupaten Pasuruan. Apakah Bangil, kota pelabuhan zaman kuno era Hindoe Boedha? Lalu bagaimana sejarah Bangil, naik perahu ke Pasuruan, naik kuda ke Singosari? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 07 Maret 2023

Sejarah Malang (28): Misionaris Zending di Wilayah Malang, Kapan Bermula? Gereja Tertua Malang, Kegiatan Zending Pedesaan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kapan kegiatan misi di wilayah Malang dimulai, tentu saja dimulai sejak kehadiran orang Eropa/Belanda di wilayah Malang. Pedagang-pedagang Eropa/Belanda memasuki wilayah pada akhir era VOC. Setelah berakhirnya VOC, dibentuk Pemerintah Hindia Belanda dimana di Pasoeroean ditempatkan para pejabat pertama. Residentie Pasoeroean terdiri dari tiga district: Pasoeroean, Bangil dan Malang en Antang.


Mengintip Indahnya Bangunan Neogothic ala Gereja Tertua di Bumi Arema. JawaPos.com. 11 November 2018. Dari sekian banyak gereja di Kota Malang, Gereja Paroki Hati Kudus Yesus adalah salah satu yang punya nilai sejarah tinggi. Bisa dibilang, gereja yang terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat nomor 16, kelurahan Kauman, kecamatan Klojen itu adalah yang pertama sekaligus tertua di Malang. Gereja mulai dibangun sejak tahun 1905 itu juga menjadi salah satu ikon Malang. Lokasinya cukup strategis. Berada di sisi utara Alun-alun Merdeka Kota Malang. Gereja yang lebih dikenal dengan Gereja Kayutangan ini memiliki gaya arsitektur yang unik. Yaitu neogothic. Bangunan dengan gaya tersebut memang banyak diaplikasikan pada gereja-gereja di Eropa pada abad 19 silam. Gaya itu salah satunya bisa dilihat dari struktur gedung yang tinggi menjulang. Sekitar tahun 1930 menara tersebut dibangun secara utuh dengan ketinggian 33 meter. Berdasarkan catatan Disbudpar, menara tersebut runtuh dua kali sejak dibangun. “Pertama, pada 10 Februari 1957 menara runtuh ketika sedang ada khotbah di dalam gereja. Sebuah salib di ujung menara runtuh dan menimbulkan lubang besar pada atap gereja,” kata Agung. Menara gereja itu kembali runtuh pada 27 November 1967. Penyebabnya karena ditabrak sebuah pesawat TNI AU. Gereja ini memiliki latar denah panjang 41 M dan lebar 11 M. (https://www.jawapos.com/)

Lantas bagaimana sejarah misionaris dan kegiatan zending di wilayah Malang, kapan bermula? Seperti disebut di atas, kehadiran misionaris di Malang sejak kehadiran orang Eropa/Belanda di wilayah Malang. Kegiatan zending semakin massif pada era Pemerintah Hindia Belanda yang kemudian didirikan gereja di tengah kota. Lalu bagaimana sejarah misionaris dan kegiatan zending di wilayah Malang, kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (27): Islam Masjid Tertua di Wilayah Malang; Hindoe Boedha Kerajaan Singasari hingga Era Kerajaan Islam Demak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Malang sudah sejak lama penduduknya memiliki kepecayaan Hindoe Boedha. Paling tidak hal itu dapat diperhatikan eksisrtensi kerajaan Singosari yang rajanya yang terkenal Kertanegara. Apa yang menjadi kepercayaan masyarakat juga tidak banyak berubah pada era pemerintahan Kerajaan Madjapahit. Situasi dan kondisi yang berubah diduga bermula dengan kerajaan (Islam) Demak yang memperluas pengaruhnya di wilayah (kerajaan) Majapahit, termasuk di wilayah Malang.


Melihat Masjid Bungkuk, Masjid Tertua di Malang yang Didirikan oleh Laskar Diponegoro. Kompas.com 20/04/2022. Masjid Bungkuk di kelurahan Pagentan, kecamatan Singosari, merupakan masjid tertua di kabupaten Malang. Masjid itu simbol penyebaran agama Islam, didirikan Kiai Hamimuddin atau Mbah Bungkuk, salah satu Laskar Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa yang singgah di kawasan Singosari. Kala itu Pangeran Diponegoro berpesan bagi laskar-laskarnya agar menyebarkan agama Islam di manapun berada. Pesan itu benar dilaksanakan oleh Kiai Hamimuddin di Malang ini," kata KH Moensif Nachrowi, cicit dari Kiai Hamimuddin. Awalnya, membangun mushala berupa gubuk di tengah hutan, lalu mushala itu menjadi Masjid Bungkuk seperti yang saat ini. Kehadiran Mbah Bungkuk dan mushalanya menjadi perbincangan warga mayoritas beragama Hindu. Warga memperbincangkan tentang rukuk dan sujud kemudian masjid dan area sekitar disebut sebagai kawasan Bungkuk," tuturnya. Seiring perkembangan waktu, santri yang ingin mendalami ajaran agama Islam berdatangan ke Mbah Bungkuk, mushala gubuk direnovasi menjadi bangunan semi permanen, dengan empat pilar kayu penyangga atap masjid, masih utuh sampai sekarang. Santri yang ingin belajar kepada Mbah Bungkuk semakin banyak, akhirnya membangun gubuk-gubuk sebagai tempat santri bermukim, yang kemudian menjadi pondok pesantren dengan nama Miftahul Falah, yang terus aktif sampai sekarang. Pondok Pesantren itu disebut-sebut juga sebagai pondok pesantren tertua di Malang. Kiai Hamimuddin alias Mbah Bungkuk wafat pada tahun 1850 Masehi dan dimakamkan tepat di belakang Masjid Bungkuk. (https://surabaya.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah Islam dan masjid tertua di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Malang di pedalaman termasuk wilayah yang masyarakatnya pendukung kerajaan Singasari dan kerajaan Madjapahit yang beragama Hindoe Boedha. Situasi dan kondisi mulai berubah dengan terbentuknya kerajaan Demak yang beragama Islam. Lalu bagaimana sejarah Islam dan masjid tertua di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 06 Maret 2023

Sejarah Malang (26): Raja Kertanegara di Kerajaan Singasari Malang, Raja Kertajaya Kerajaan Kediri; Kerajaan Tapanuli Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa Sanusi Pane? Jangan tanya. Sanusi Pane adalah orang terkenal di zamannya yang namanya hingga kini masih dikenal. Apakah Sanusi Pane juga seorang sejarawan Indonesia? Jangan tanya. Ketika orang Indonesia (baca: pribumi) belum berbicara tentang (penyelidikan) sejarah Indonesia, Sanusi Pane sudah menulis buku beberapa volume berjudul Sedjarah Indonesia. Volume pertama diterbitkan pada tahun 1942. Mengapa Sanusi Pane bisa menulis Sejarah Indonesia? Jangan tanya. Baca saja karya-karyanya. Jangan lihat di Wikipedia, karena namanya tidak ada dalam daftar sejarawan Indonesia.


Apakah Sanoesi Pane memahami sejarah Airlangga? Jang tanya. Apakah Sanoesi Pane mengerti sejarah Kertajaya? Jangan tanya. Apakah Sanoesi Pane mengetahui sejarah Kertanegara? Jangan tanya. Sanoesi Pane telah menulis sejarah Airlangga, Kertajaya dan Kertanegara. Bahkan Sanoesi Pane telah menulis drama pertunjukannya. Sanoesi Pane tidak hanya seorang sastrawan, juga sebagai penulis sejarah zaman kuno Indonesia. Jangan lupa, Sanoesi Pane adalah penulis sejarah Bahasa Indonesia yang pertama. Lantas siapa Sanoesi Pane? Sanoesi Pane adalah anak Soetan Pangoerabaan, seorang guru di Padang Sidempoean. Soetan Pangoerabaan adalah seorang sejarawan local di Padang Sidempoean. Jangan pula lupa adik Sanoesi Pane bernama Armijn Pane adalah yang menerjemahkan buku RA Kartini dari bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Timbullah Terang. Apakah masih ada anak Soetan Pangoerabaan yang terkenal? Ada, Namanya Prof Lafran Pane, pendiri organisasi mahasiswa HMI di Jogjakarta pada tahun 1947.

Lantas bagaimana sejarah Raja Kertanegara di Kerajaan Singasari Malang, Raja Kertajaya di Kerajaan Kediri? Seperti disebut di atas dua raja berpengaruh ini pernah ditulis oleh Sanoesi Pane. Lalu apa hubungannya dengan kerajaan di Tapanuli Selatan (kampong halaman Sanoesi Pane)? Ayahnya Soetan Pangoerabaan Pane telah menulis sejarah kerajaan di Tapanuli Selatan? Apakah ada hubungan dua pusat kerajaan tersebut. Akhir Matua Harahap berpendapat iya, ada. Mungkin hal serupa ini yang pernah dipikirkan oleh Sanoesi Pane. Lalu bagaimana sejarah Raja Kertanegara di Kerajaan Singasari Malang, Raja Kertajaya di Kerajaan Kediri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (25): Candi Singasari Radja Singasari di Malang; Peta Candi di Wilayah Malang dan Peta Candi di Padang Lawas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Singhasari, Singasari dan Singosari. Nama candi dan nama kerajaan juga dijadikan nama wilayah (distrik) di afdeeling Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Singa di Malang, singa juga di Angkola Mandailing (Tapanuli Selatan). Sari di Malang, akan tetapi Sori di Padang Lawas (Tapanuli Selatan). Sari dan Sori adalah gelar raja dari era Hindoe Boedha (Sri). Boleh jadi Singasari adalah singanya (rajanya) para Sri. Idem dito, apakah Sriwijaya adalah Sori Wijaya? Wijaya dalam bahasa Sanskerta adalah kemenangan (Sri/Sori yang meraih kemenangan). Singa yang dikenal pada masa ini di Tapanuli adalah Si Singamangaradja (Sri/Sori/Si Singa Mangadja).


Candi Singasari, candi Hindu-Buddha peninggalan Kerajaan Singasari. Letaknya kini di kelurahan Candirenggo, kecamatan Singosari, kabupaten Malang (10 km dari Kota Malang). Candi tempat pendharmaan bagi raja Singhasari terakhir, Kertanegara (meninggal 1292). Berada di lembah antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuno ketinggian 512 M dpl (area tertinggi di wilayah Malang). Candi ditemukan Nicolaus Engelhard, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa (1801-1803). Engelhard adalah orang pertama yang melihat perbedaan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arca-arca di Candi Singasari dipindahkan pada 1804 dan diangkut ke Belanda pada 1819. Pada masa pendudukan Inggris (1811-1816), Thomas Stamford Raffles mengunjungi candi pada 1815. Berdasarkan teks Negarakertagama (1365) pupuh 37:7 dan 38:3 candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Kertanegara, yang mangkat 1292. Kapan candi didirikan masih belum diketahui, diperkirakan sekitar 1300 M. Brandes, dkk menyebut candi dibangun atas keputusan Battara Sapta Prabu dan perintah Tribhuwana Wijayatunggadewi kepada Mahapatih Gajah Mada. Komplek percandian areal 200x400 M terdiri beberapa candi. Candi Singasari adalah tertinggi pada masanya. Bangunan candi utama menghadap ke barat, terdapat pahatan kepala kala, untuk mengusir roh jahat yang dapat membawa bencana. Sedangkan sebagian besar relief yang terukir pada Candi Singasari berbentuk bunga dan binatang. salah satunya adalah relief singa yang saling bertolak pandang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Candi Singasari Kerajaan Singasari di Malang? Seperti disebut di atas, candi Singasari dibangun semasa Gajah Mada untuk menghormati Raja Singosari terkenal Raja Kertanegara pada pada permulaan Kerajaan Majapahit. Bangun candi dibuat arah ke barat. Mengapa? Apakah ada hubungan peta candi di wilayah Malang dengan peta candi di Padang Lawas (Tapanulis Selatan)? Lalu bagaimana sejarah Candi Singasari Kerajaan Singasari di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 05 Maret 2023

Sejarah Malang (24): Singasari, Kerajaan di Wilayah Malang: Sebelumnya Kerajaan di Kediri, Selanjutnya Kerajaan di Modjokerto


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah awal Indonesia di zaman kuno begitu minim data yang ditemukan pada masa ini. Namun begitu narasi haruslah sesuai jalannya sejarah. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data. Oleh karena setiap data baru dapat mengubah narasi, dan kerena itu penulisan narasi sejarah tidak pernah berhenti. Sumber data sejarah yang berasal dari zaman kuno hanya terbatas pada prasasti dan candi plus teks kuno seperti Negarakertagama yang kemudian diperkaya dengan catatan-catatan manca negara (India, Tiongkok, Eropa). Dalam daftar kerajaan kuno termasuk Kerajaan Singhasari. Sejarah Singosari sudah barnyak ditulis. Artikel ini mendeskripsikan sejarah Singosari dilihat dari sisi lain dengan cara yang lain.


Kerajaan terlama di Nusantara terdapat di Sumatra bagian utara adalah kerajaan Panai. Kerajaan tua ini pada abad ke-7 ibu kotanya di Binanga muara sungai Batang Pane dengan rajanya Dapunta Hyang Nayk (prasasti Kedoekan Boekit 682 M). Pada Abad ke-11 kerajaan Panai termasuk federasinya kerajaan Angkola dan keraajaan Madalinggam pernah ditaklukkan kerajaan Chola dari India. Namun federasi kerajaan-kerajaan ini kembali bangkit sebagaimana dicatat dalam Negarakertagama (1365 M). Federasi kerajaan ini dengan nama Kerajaan Aru Batak Kingdom masih eksis pada era Portugis (lihat Mendes Pinto 1537). Kerajaan Aru ini kemudian memudar setelah ditaklukkan kerajaan Atjeh. Jika mundul ke belakang kerajaan federasi di Tanah Batak ini diidentifikasi sebagai Takola yang mungkin maksudnya Angkola (lihat catatan geografi dan peta Ptolomeus abad ke-2). Prasasti Tanjore 1030 M menulisnya Takkolam. Gelar Dapunta juga diwariskan ke Palembang (Dapunta Hyang Srijayanaga), di Jawa bagian tengah (Dapunta Ceilendra) dan di Jawa bagian timur (Dapunta). Di wilayah Angkola Mandailing (kini Tapanulis Selatan) gelar Dapunta ini adakalanya disebut singakatan [Bagin]da [Om]-pun[g]ta; sementara Hyang itu menjadi Hang dari kata [Ka]hang[gi] yang sinonum dengan brother/bro. Pusat kerajaan Takola/Panai/Aru berada di pusat percandian Padang Lawas Tapanuli Selatan.

Lantas bagaimana sejarah Singasari, kerajaan di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, kerajaan Singhasari termasuk kerajaan kuno di Indonesia. Kerajaan Singasari didahului Kerajaan Kediri, lalu selanjutnya muncul Kerajaan Majapahit. Apakah ada hubungan kerajaan Singhasari dengan kerajaan di pantai timur Sumatra di Tapanuli? Lalu bagaimana sejarah Singasari, kerajaan di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (23): Orang Tengger Bahasa Mirip Berbahasa di Jawa; Riwayat Asal Usul Orang Tengger Sejak Era Hindoe Boedha


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah orang Tengger di ketinggian sebenarnya memiliki akses ke berbagai penjuru ke Pasoeroean, Probolinggo dan Malang. Secara geografis tidak benar-benar terisolir, hanya terisolir ke garis angkasa. Orang Tengger lebih luas penglihatannya dari orang Malang asli sendiri; Orang Tengger dapat melihat ke utara kota Pasoeroean, Probolinggo bahkan pantai selatan pulau Madura dan juga dapat melihat laut di pantai selatan Jawa. Tak ada yang kurang bagi orang Tengger, hanya satu yang sangat ditakutkan mereka yakni gunung kembali aktif. Untuk menangkalnya orang Tengger dalam tradisi leluhur memberikan persembahan.


Ngadas sebuah desa di kecamatan Poncokusumo, Malang, salah satu dari 36 desa suku Tengger yang tersebar di dalam empat kabupaten (di tengah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru/TNBTS). Ngadas merupakan kantung (enclave) dari TNBTS berada di ketinggian 2.150 M dpl dengan topografi berbukit. Masyarakatnya berprofesi petani dengan pemeluk kepercayaan Budha Jawa sebesar 50%, Islam 40% dan Hindu 10%. Ngadas dibuka oleh Eyang Sedek abad ke-18 sebagai upaya perluasan pengaruh kerajaan Kasunanan Surakarta. Namun menjadi migrasi masyarakat Tengger yang sebelumnya tinggal di desa lain di sekitar gunung Bromo. Kini hampir 99% warga Ngadas merupakan masyarakat suku Tengger. Dalam kebudayaan Joko Seger dan istrinya Loro Anteng disebut keturunan dewa-dewa. Hubungan antara gunung Bromo dengan warga Ngadas upaya Joko Seger yang pernah mengorbankan putra bungsunya atau putra ke-25 (Kusuma) sebagai sesaji untuk gunung Bromo untuk membuat warga meyakini gunung Bromo tidak akan meletus. Masyarakat Tengger melakukan upacara seperti dilakukan para leluhur untuk memperoleh keselamatan desa. Upacara Kasada merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap tanggal 14 atau 15 bulan purnama. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah orang Tengger berbahasa mirip bahasa Jawa? Seperti disebut di atas, orang Tengger adalah kelompok populasi yang dibedakan dengan orang Jawa di pedalaman Jawa. Namun apa yang membedakaan diantara mereka menjadi menarik untuk diperhatikan, sebab riwayat asal usul orang Tengger diduga sejak era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah orang Tengger berbahasa mirip bahasa Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 04 Maret 2023

Sejarah Malang (22): Pegunungan Selatan di Pantai Selatan, Peradaban Awal di Wilayah Malang; Jauh Di Mata Tetapi Dekat Di Hati


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Dalam narasi sejarah Malang tidak pernah terpikirkan apa itu Pegunungan Selatan. Para warga Malang hanya melihat keutamaan Pegunungan Penanggungan. Mungkin terlupakan Pegunungan Selatan. Para penduduk di selatan menunjuk gunung Kendeng. Pegunungan Selatan ini terkesan sebagai sabuk bagi wilayah dataran tinggi Malang di bagian belakang dimana pintu gerbang berada di sebelah utara di Pegunungan Penanggungan. Namun setiap sabuk memiliki lobang pengancing yang justru menjadi celah peradaban awal di wiilayah Malang. Bagaimana bisa? Ada gunung Kendeng lainnya di selatan Jawa.


Gunung Kendeng merupakan sebuah gunung yang berada di perbatasan kabupaten Cianjur dengan kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat. Gunung ini merupakan gunung api purba yang sudah mati. Hanya sisa-sisa kegiatan magmatis gunung Kendeng terlihat jelas dengan adanya kaldera bekas kawah yang berbentuk nyaris lingkaran sempurna berdiameter lebih dari 2 Km. Ada lima puncak di tepi kalderanya yaitu Puncak Pasir Turen (1.918 M), Puncak Kendeng (1.901 M), Puncak Pasir Kendeng (1.852 M), Puncak Batu (1.816 M) dan Puncak Malang (1.795 M). Gunung Kendeng terakhir aktif antara 1,8 Juta-700.000 tahun yang lalu dan meletus dahsyat dengan tekanan gasnya yang sangat tinggi hingga merobek sisi bagian barat daya membentuk punggungan serta lembah curam sepanjang 25 Km yang kini dialiri oleh Sungai Citajur. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pegunungan selatan dan laut selatan, peradaban awal di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, kawasan pegunungan di selatan yang bagaikan sabuk bagi dataran tinggi Malang kurang terperhatikan dalam narasi sejarah Malang. Mengapa? Jauh di mata tetpai dekat di hati. Lalu bagaimana sejarah pegunungan selatan dan laut selatan, peradaban awal di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (21): Riwayat Pegunungan Penanggungan di Pantai- Gunung Bra[h]ma, Bromo di Pedalaman; Kerajaan Singhasari


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Malang adalah wilayah dataran tinggi dan wilayah pegunungan. Di seputar kota Malang dengan jelas terlihat puncak-puncak gunung Kawi, Arjuno, Bromo dan gunung Semeru. Namun dalam sejarah peradaban di kawasan sejatinya memiliki dua ‘pintu gerbang’ yakni Pegunungan Penanggungan di sebelah utara dan Pegunungan Selatan di sebelah selatan. Artikel ini membicarakan Pegunungan Penanggungan dimana puncaknya disebut gunung Penanggungan.


Gunung Penanggungan (Pawitra) (1.653 m dpl) gunung berapi kerucut kondisi istirahat. Posisinya berada di perbatasan kabupaten Mojokerto (sisi barat) dan kabupaten Pasuruan (sisi timur). Gunung Penanggungan gunung kecil satu kluster dengan gunung Arjuno dan Welirang. Memiliki kesejarahan, di sekujur permukaannya, dari kaki sampai puncak, dipenuhi banyak situs kepurbakalaan dari periode Hindu-Buddha. Gunung Penanggungan dipandang gunung keramat, suci, dan jelmaan Mahameru, gunungnya para dewa. Dalam kitab Tantu Panggelaran 1635 M, dinyatakan para dewa sepakat untuk menyetujui bahwa manusia dapat berkembang di Pulau Jawa, namun pulau itu tidak stabil, selalu berguncang diterpa ombak lautan. Untuk menstabilkan, para dewa memindahkan gunung Mahameru dari Jambhudwipa ke Jawadwipa. Dalam perjalanan kepindahan tersebut, sebagian Mahameru ada yang rontok berjatuhan, menjelmalah gunung-gemunung yang ada di Pulau Jawa dari barat ke timur, bagian terbesarnya jatuh menjadi gunung Semeru, puncak Mahameru dihempaskan oleh para dewa menjadi Pawitra yang sekarang disebut Gunung Penanggungan. Karena itu, Pawitra menjadi gunung keramat dalam pemikiran Jawa masa Hindu-Buddha, karena puncak Mahameru yang dipindahkan ke Jawa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pegunungan Penanggungan di pantai dan gunung Brama, Bromo di pedalaman? Seperti disebut di atas, gunung Penangungan adalah salah satu gate menuju pegunungan di pedalaman di wilayah Malang. Sebagaimana diketahui tempo doeloe terdapat Kerajaan Singhasari. Lalu bagaimana sejarah pegunungan Penanggungan di pantai dan gunung Brama, Bromo di pedalaman? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 03 Maret 2023

Sejarah Malang (20):Surat Kabar di Malang, Pers Berbahasa Melayu- Berbahasa Belanda; TjahajaTimoer Malang-TjajaTimoer Batavia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Surat kabar di Indonesia sudah eksis sejak era Pemerintah Hindia Belanda seperti di Batavia dan Soerabaja. Bagaimana dengan di Malang? Dalam Wikipedia disebut Tjahaja Timoer adalah surat kabar (berbahasa Melayu) terbit pertama kali pada Januari 1907 di Malang dipimpin oleh RM Bintarti dicetak dan dikembangkan oleh Sneepers dan Stendrukkkerij Kwee. Bagaimana dengan surat kabar berbahasa Belanda?


Okky Pramudhita menulis di Kompasiana dengan judul ‘Penerbitan & Percetakan di Kota Malang Masa Kolonial: Sebuah Pendekatan Sejarah’ sebagai berikut (mengutip yang diperlukan saja): Pada tahun 1907 terdapat sebuah percetakan yang bernama Snelpersdrukkerij didirikan oleh seorang Cina bernama Kwee Khay Khee. Percetakan Snelpersdrukkerij dikenal percetakan menerbitkan Tjahaja Timoer. Pada tahun 1918 muncul percetakan baru bernama Paragon Press juga dimiliki oleh warga Cina Khwee Sing Thay. Saat ini hanya satu percetakan tersisa di Malang sejak era kolonial, yaitu percetakan bernama Perfectas beralamat di jalan Wiro Margo. percetakan pertama kali didirikan 1920 pada waktu itu produksinya majalah dan karya sastra. Tjamboek Berdoeri nama samaran seorang jurnalis Cina kelahiran Pasuruan dengan nama asli Kwee Thiam Tjing. Kwee juga pernah merasakan hidup di penjara Kalisosok dan Cipinang selama 10 bulan pada tahun 1925 karena dianggap menghina Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1930 terdapat media cetak nama Pergaoelan, dengan Doel Arnowo sebagai pemimpin redaksinya. Ada juga surat kabar dengan nama Al Ichtijaar yang terbit tahun 1937, yang dikelola oleh santri kota Malang. Tjahaya Timoer diperkirakan terbit 1907 dan De Malanger terbit 1929 (https://www.kompasiana.com/)

Lantas bagaimana sejarah surat kabar di Malang, pers berbahasa Melayu dan berbahasa Belanda? Seperti disebut di atas, keberadaan surat kabar di Malang paling tidak disebut sudah ada pada tahun 1907 namanya Tjahaja Timoer. Apakah ada hubungannya dengan Tjaja Timoer di Batavia yang dipimpin Parada Harahap? Lalu bagaimana sejarah surat kabar di Malang, pers berbahasa Belanda dan berbahasa Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (19): Nama Jalan di Kota Malang, Heerenstraat hingga Jalan Merdeka; Penamaan Jalan di Malang Masa ke Masa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apa pentingnya sejarah penamaan jalan, juga termasuk di Kota Malang? Terkesan tidak penting-penting amat. Namun penamaan jalan juga memilikiu perjalanan sejarahnya sendiri. Nama jalan yang ada pada masa ini di Kota Malang, di masa lampau sudah memiliki namanya sendiri. Oleh karena itu jalannya relative tidak berubah, yang berubah adalah namanya. Semua itu bermula dari satu nama jalan: Heerenstraat. Nama itu nama jalan bermula?


Himan Miladi menulis di Kompasiana dengan judul Politik dan Drama di Balik Nama Jalan Kota Malang sebagai berikut (mengutip yang diperlukan saja): Nama jalan salah satu simbol sering terlupakan. Berbeda keberadaan patung atau monumen, nama jalan sering tidak dianggap simbol hanya karena ia berupa nama, sebuah tulisan pada papan di awal sebuah jalan. Tidak menutup kemungkinan ada sejarah panjang berupa politik dan drama kemanusiaan dalam setiap proses penamaan sebuah jalan. Dalam setiap pergantian periode kekuasaan, seringkali nama jalan, dan juga simbol yang lain berubah, atau bahkan lenyap. Perubahan ini seakan mengukuhkan arti nama jalan sebagai sebuah simbol sekaligus usaha penguasa untuk membangun kenangan kolektif terhadap warganya. Pergantian nama jalan-jalan juga merupakan wujud perebutan kontrol atas makna simbolik dalam pembangunan lingkungan kota. Setiap Pemerintah Daerah mempunyai aturan tersendiri penamaan jalan. Dalam proses perubahan ini bisa jadi ada sesuatu latar belakangnya, politik, usulan masyarakat, sampai latar belakang timbulnya budaya baru pada daerah tersebut. Peraturan mengadopsi peraturan era kolonial Belanda. Aturan itu berbunyi "Verordening regelende het geven van namen aan straten, wegen, pleinen en dergelijke voor het publiek toegankelijke plaatsen, andere dan die door den Gementeraad zijn vasgesteld" (Peraturan yang mengatur penamaan jalan, jalan, alun-alun dan tempat-tempat seperti yang dapat diakses publik, ditetapkan oleh Gementeraad/Dewan Kota). (https://www.kompasiana.com/)

Lantas bagaimana sejarah nama jalan di Kota Malang, Heerenstraat hingga jalan Merdeka? Seperti disebut di atas, bagaimana sejarah nama jalan terkesan tidak penting-penting amat, tetapi sesungguhnya ada perjalanan sejarahnya, pembangunan jalan dan perubahan nama di atasnya, dari masa ke masa. Lalu bagaimana sejarah nama jalan di Kota Malang, Heerenstraat hingga jalan Merdeka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 02 Maret 2023

Sejarah Malang (18): Hotel di Malang Masa ke Masa; Lapidoth Hotel Nama Hotel Jensen Palace Hotel Asoma Hotel dan Hotel Pelangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Keberadaan hotel berbagai tempat di Indonesia sudah sejak era Hindia Belanda. Ada hotel yang masih eksisi hingga ini hari. Bagaimana dengan di Malang? Konon, disebut hotel tertua di Malang yang dibangun tahun 1861 dan hotel tersebut masih eksis. Apakah masih ada hotel lain di Malang? Bagaimana masa hidupnya? Mari kita telusuri ke masa lampau.


Kisah Hotel Pertama di Malang pada Masa Kolonial. Terakota.id. 11/02/2019. Abraham Lapidoth, tinggal di Malang mendirikan hotel di alun-alun 1860. Hotel menjadi salah satu penginapan paling awal berdiri, diberi nama Lapidoth Hotel. Arsitektur ada unsur budaya Jawa, berupa joglo dipadukan nuansa Eropa. Hotel berusia 159 tahun kini Hotel Pelangi. Terletak di Jalan Merdeka Selatan nomor 3 Kota Malang. Kondisi hotel sekarang ini masih 60 persen seperti kali pertama dibangun. Sisa-sisa warisan masa lalu itu masih bisa dijumpai, misalnya, salah satu ruangan yang kini berfungsi sebagai Hall Lodji Coffe Shop and Resto. Seluruh bagian atap dan tegel ruangan masih aslinya. Dinding ruangan, tertempel 22 lukisan keramik didatangkan langsung dari Belanda. “Tamu kami berasal dari Belanda menyebut beberapa tempat yang dilukisan keramik itu masih ada,” ujar Arda. Pada 1870, nama Lapidoth Hotel jadi Hotel Malang dan diganti lagi jadi Hotel Jensen 1900. Beberapa tahun kemudian, hotel dijual dan sebagian bangunannya dihancurkan. Pada 1915, pemilik baru membangun kembali hotel dengan nama Palace Hotel. Arsitektur bangunannya pun ikut diubah. Dua menara tinggi menjulang dibangun di sisi kiri dan kanan pada tengah bangunan utama. Pada pendudukan Jepang (1942-1945) namanya menjadi Asoma Hotel. Hotel ini mengalami kerusakan parah, dua menara dan sebagian besar bangunannya hancur karena pembakaran terjadi dalam peristiwa Malang Bumi Hangus. Pengusaha Banjarmasin membeli hotel itu pada 1953 nama Palace Hotel diubah menjadi Hotel Pelangi 1964. “Pengelola sekarang adalah generasi kedua,” ujar Arda. (https://www.terakota.id/)

Lantas bagaimana sejarah hotel di wilayah Malang, masa ke masa? Seperti disebut di atas, hotel tertua di Malang masih eksis hingga ini hari. Hotel tersebut disebutkan dibuka tahun 1861. Hotel itu berganti nama dari Lapidoth Hotel menjadi Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma Hotel dan kini dengan nama Hotel Pelangi. Lalu bagaimana sejarah hotel di wilayah Malang, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (17): Kopi Malang, Sentra Produksi Dimana?Era Hindia Belanda Harga Tertinggi Kopi Angkola - Kopi Mandailing


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Ada kopi Lampung, kopi Prenager, kopi Semarang dan sebagainya, tetapi dimana itu diproduksi? Akan tetapi itu tidak ada yang bertanya. Demikian juga dengan kopi Malang. Salah satu sentra kopi di (wilayah) Malang berada di Dampit. Sementara itu tempo doeloe, kopi Angkola dan kopi Mandailing (di residentie Tapanoeli) cukup dikenal, tidak hanya di Hindia Belanda (baca: Indonesia) juga di Eropa dan Amerika. Harga kopi Angkola dan kopi Mandailing tertinggi di Hindia Belanda. Bagaimana dengan kopi Malang?


Kopi Dampit Malang, Kopi Unggulan Indonesia Dikenal hingga Internasional. Tugumalang.id. 14 Feb 2022.  Kopi Dampit mungkin sudah tidak asing lagi. Kopi robusta unggulan ini, bahkan sudah dikenal hingga dunia internasional. Kopi Dampit dibudidayakan di kabupaten Malang, khususnya kecamatan Dampit yang menjadi salah satu daerah penghasil kopi robusta terbaik. Sejak masa penjajahan Belanda, Malang khususnya Dampit sudah dikenal sebagai penghasil biji kopi. Tidak diketahui secara pasti tahun berapa mulai penanaman tersebut. Namun dilihat dari bekas bangunan yang tersisa, kopi di Malang sudah ada sekitar tahun 1800-an. Kopi Dampit dibudidayakan di lahan baik serta ketinggian lebih dari 900 M dpl. Kondisi geografis Malang, khususnya Kabupaten Malang yang dikelilingi gunung, 20 hingga 26 C wilayah yang cocok perkebunan kopi. Kopi Dampit diakui sebagai salah satu kopi kualitas terbaik oleh dunia. Hampir 90 persen kopi diproduksi di Dampit diekspor. Di luar negeri, terutama di kawasan Eropa, Kopi Dampit sangat terkenal. Terutama jenis kopi robusta yang dianggap punya special taste. Dijelaskan dari Kopikocang.com bahwa aroma yang sangat khas setelah biji kopi disangrai. Wangi yang keluar wangi caramel dan juga manis roti yang baru matang. Ketika diminum, kopi akan terasa kekentalan yang ditambah acidity yang rendah dengan sensasi akhir rasa caramel dan juga sedikit aroma earthy yang terasa, serta tercium cukup lama. Inilah yang menjadi ciri khas tersendiri dari Kopi Dampit yang menjadi daya tarik bagi para pecinta kopi. (https://tugumalang.id/)

Lantas bagaimana sejarah kopi Malang, sentra produksi dimana? Seperti disebut di atas, salah satu Sentara kopi di wilayah Malang pada masa ini berada di (wilayah) Dampit. Bagaimana dengan masa lampau? Lalu bagaimana sejarah kopi Malang, sentra produksi dimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 01 Maret 2023

Sejarah Malang (16): Banjir, Banjir, Banjir di Wilayah Malang: Kanal dan Tata Kelola Penanggulangan Bahaya Banjir di Malang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Malang bukanlah kota air, karena letaknya di pegunungan. Kota air berada di wilayah pantai atau Kawasan muara sungai. Kota Malang yang berada di cekungan Malang memiliki banyak sungai. Sungai terbesar adalah sungai Brantas dan sungai Metro yang mana di hilir kedua sungai ini menyatu (melalui waduk Karangkates). Apakah dalam hal ini wilayah Malang khususnya Kota Malang rawan banjir? Banjir, banjir, banjir.


Mengungkap Unsur Air dalam Sejarah Kota Malang: Pengelolaan Assainerring dan Gorong-Gorong Kota 1914-1940. Reza Hudiyanto di dalam Mozaik: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2, Juli-Desember 2012). Air adalah hal yang paling penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Karl Wittfogel dalam teori Masyarakat hidrolik-nya, negara birokrasi muncul dari sungai. Dalam kasus Asia Tenggara, sebagian besar negara pada 300-1200 CE berlokasi di sekitar sungai yang lebih rendah. Namun, masalah air masih disisihkan dalam historiografi perkotaan Indonesia. Hampir semua topik yang dibahas berkenaan dengan lahan, misalnya pemerintah daerah, konflik ruang, transportasi dan banyak masalah lahan lainnya. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menggambarkan pembangunan dan pengoperasian sistem air limbah di Malang. Karena kota-kota tumbuh cepat di tahun 1920-an, air limbah menjadi masalah mendesak yang harus dipecahkan. Resiko tinggi epidemi yang disebabkan oleh air tersumbat adalah alasan utama bagi Gemeente untuk membuat sistem saluran pembuangan, dan pada gilirannya, sistem tersebut merupakan factor pendorong dihapuskannya otonomi desa pada tahun 1926. Penelitian ini menggunakan metode historis. Jejak sejarah sistem drainase di Malang menghasilkan tiga poin: Pertama, banjir tahunan di Malang tidak pernah berulang sejak Pemerintah Kota Malang membangun sistem selokan. Kedua pembangunan sistem drainase pada gilirannya membuka jalan untuk menghapus otonomi desa, dan ketiga, sistem drainase baru tidak mengubah adat setempat. (http://journal.unair.ac.id/) 

Lantas bagaimana sejarah banjir di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Malang khususnya di di cekungan (lembah) Malang terdapat banyak sungai. Dua sungai besar adalah sungai Metro dan sungai Brantas. Pembangunan kanal merupakan salah satu upaya penanggulangan bahaya banjir di Malang. Lalu bagaimana sejarah banjir di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (15): Gempa di Wilayah Malang dan Peta Gempa dari Masa ke Masa; Tidak Perlu Khawatir Tapi Tetap Waspada


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Indonesia adalah wilayah gempat, tidak hanya karena factor geologi (tektonik) juga geomorfologi (vulkanik). Dua jenis gempa ini dapat menimbulkan bencana, korban jiwa dan korban benda dan korban lingkungan. Dalam hal ini wilayah Malang juga wilayah rawan gempa. Kejadi gempa di wilayah Malang sudah tercata sejak lama.


Sejarah Gempa Besar di Malang pada Abad 19. SejarahDalam arsip sejarah mencatat, ternyata pernah ada dua gempa besar di Malang yang terjadi pada abad 19 atau tahun 1800-an. Bencana alam tersebut memporak-porandakan Malang yang kala itu belum resmi menjadi kota. Catatan gempa besar itu dapat ditelusuri melalui beberapa penelitian terkait bencana kegempaan yang pernah mengguncang Malang. Salah satunya adalah Indonesian’s Historical Earthquakes, yang diterbitkan Australian Government melalui Geoscience Australia. Terbitan itu bersumber dari catatan para ahli geologi. Catatan penting itu turut serta menjadi bukti penguat adanya peristiwa gempa besar tersebut. Setidaknya ada dua gempa besar yang sempat menjadi bencana dahsyat di Malang kala itu. Gempa besar pertama terjadi di Malang pada 10 Juni 1867 silam. Gempa itu dicatat oleh sebuah buku berjudul Beknopte Beschrijving van De Aardbeving; Die Het Eiland Java In Den Ochtend Van Den 10 Den Juni 1867 Heeft Geteisterd. Buku itu ditulis oleh L Van Laar pada tahun 1867. Dalam buku tersebut disebutkan, gempa itu berkekuatan 7 MMI, dengan keterangan ‘stone building suffered heavy damage’ atau bangunan batu mengalami kerusakan berat. Sementara itu, gempa besar kedua tercatat memiliki kekuatan 4 MMI. Gempa itu mengguncang wilayah Malang pada 22 November 1818. Gempa ini tercatat dalam buku Die Erdbeden Indischen Archipels Von 1858 Bis 1877. Penulis bernama A Wichmann menulis buku ini pada 1922 silam. Si penulis memberikan keterangan ‘a weak shock was felt’ atau kejutan yang dirasakan lemah. (https://www.wearemania.net/)

Lantas bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas bahwa wilayah Malang, termasuk rawan gempa. Seperti kata ahli tempo doeloe tidak perlu khawatir tapi tetap waspada. Lalu bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.