*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pepatah ‘asam di gunung, garam di laut’ boleh jadi adalah kata-kata sandi masa lampau yang bahkan sudah ada sejak zaman kuno. Pada masa ini pepatah lainnya dapat ditambahkan ‘tanaman mangrove di laut, tanaman pinus di gunung’. Pepatah yang pertama dikaitkan dengan soal perdagangan (economic exchange) di zaman kuno, sedangkan pepatah kedua adalah soal dampak yang ditimbulkan produksi dalam perdagangan sejak zaman kuno yang mana banyak lahan-lahan telah gundul. Menanam pinus dan menanam mangrove dapat mengurangi dampak pemanasan global.
Lantas bagaimana sejarah reboisasi di Indonesia? Seperti disebut di atas, sebelum soal pemanasan global dibicarakan, upaya reboisasi dilakukan untuk penghijauan (penghutan kembali) dari lahan-lahan gundul akibat peristiwa alam dan kegiatan manusia di masa lampau. Reboisasi kemudian dilihat lebih banyak manfaatnya dari yang diperkirakan. Lalu bagaimana sejarah reboisasi bermula? Seperti disebut di atas upaya reboisasi direkomendasikan ketika Ir. FW Jung Huhn menemukan pertama kali pinus di Sipirok (Ttapanuli Selatan) pada tahun 1840. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.