*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Sejarah adalah narasi fakta dan data. Namun
harus diingat sejarah terbagi ke dalam era yang berbeda-beda. Selama kehadiran Belanda
bahkan dapat dibedakan era ekspedisi awal Belanda, era VOC, era Pemerintah
Hindia Belanda (termasuk era pendudukan Inggris). Tentu saja ada era pendudukan
Jepang dan era perang kemerdekaan dan terakhir era Republik Indonesia. Dalam konteks
inilah kita membicarakan salah satu orang Madura yang menjadi perwira pada era
Pemerintah Hindia Belanda adalah Raden Majang Koro. Dalam hal ini Pemerintah
Republik Indonesia adalah satu rezim pemerintahan dan Pemerintah Hindia Belanda
adalah rezim pendahulu. Seadainya Raden Majang Koro masih berkarir pada era
perang kemerdekaan, Raden Majang Koro boleh jadi menjadi Pahlawan Nasional
Indonesia. Dalam hal inilah setiap era, interpretasi sejarah juga harusnya berbeda.
Siapa Raden Arya Omong Koro? (https://kumparan.com/). Ditilik dari berbagai dokumen sejarah berbahasa Belanda yang acap dipakai sejarawan Indonesia, seperti KITLV.nl, dan koran sezaman seperti Java Bode, tidak ada catatan terkait nama Raden Arya Omong Koro. Catatan tentang orang yang dimaksud dari pesan tersebut lebih tepat merujuk ke satu nama. Dia adalah Raden Arya Majang Koro, bukan Arya Omong Koro. “Di Bangkalan telah wafat Raden Majang Koro, pensiunan Kolonel dari Korps Barisan,” demikian tertulis di koran Java Bode edisi 23 Oktober 1906. Jadi tidak ada orang bernama Raden Arya Omong Koro. Kolonel Raden Ario Majang Koro adalah keturunan bangsawan dari Bangkalan. Ia lahir sekitar tahun 1832. Dalam ‘Onze vestiging in Atjeh’ karya G.F.W Borel, Majang Koro masuk ke dunia militer pada tanggal 15 Agustus 1848 sebagai sukarelawan tentara di Surabaya. Nama kelompok tentara itu Kaboen Surabaya. Kariernya di dunia kemiliteran terus menanjak. Dia dipromosikan menjadi kopral pada 16 Januari 1850 dan naik lagi menjadi sersan pada tanggal 25 Juni 1850. Pada tahun 1873, saat ia masih berpangkat mayor ia dikirim ke Aceh. Dalam “Perang Aceh dan Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje” karya Paul t’Veer (1985) disebutkan ekspedisi pertama Aryo Majang Koro di Tanah Rencong dipimpin Mayor Jenderal JHR Kohler. Namun Kohler terbunuh pada 14 April 1873, tepat di depan Masjid Raya Aceh. “Sebagai mayor Korps Barisan, Majang Koro memimpin pasukan yang terdiri dari orang-orang Madura ke Aceh, pada 1873-1874,” demikian yang tertulis. Saat itu Majang Koro berhasil memukul mundur lawan. Ia kemudian mendapat penghargaan Ridder Willems-Orde dengan pangkat kolonel titurer. Majang Koro meninggal di Bangkalan pada tahun 1906.
Lantas bagaimana sejarah Raden Majang Koro dan pasukan Barisan Madoera? Seperti disebut di atas, Raden Majang Koro seorang perwira asal Madura pada era Pemerintah Hindia Belanda dengan pangkat terakhir Overste. Banyak perwira pribumi pada era Pemerintah Hindia Belanda termasuk (Majoor) Oerip Soemohardjo dan (Letnan) AH Nasoetion. Lalu bagaimana sejarah Raden Majang Koro dan pasukan Barisan Madoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.