*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola Indonesia di blog ini Klik Disini
Hubungan
antara Indonesia dan kota Lille di Prancis sudah terjalin lama. Pada tahun
2014, di Lille diadakan pertemuan Joint Working Group antara Indonesia dan
Prancis, dihadiri lebih 30 universitas dan lembaga dari Indonesia. Di Lille, juga
terdapat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) wadah bagi para mahasiswa
Indonesia di kota tersebut. Yang paling menonjol saat ini adalah kehadiran
pesepak bola keturunan Indonesia, Calvin Verdonk, di klub Lille OSC. Verdonk
aktif memperkenalkan timnas Indonesia kepada publik Lille dan mengungkapkan
ambisinya untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026.
Pada tahun 1938, tim sepak bola Indonesia berpartisipasi di Piala Dunia yang diselenggarakan di Prancis, diwakili oleh tim Hindia Belanda. Pertandingan Hindia Belanda dimainkan di Stade Auguste-Delaune di kota Reims, dan tercatat sebagai tim Asia pertama yang berlaga di turnamen tersebut. Hindia Belanda menghadapi Hungaria pada pertandingan pertama dan satu-satunya mereka, yang berlangsung pada 5 Juni 1938. Hindia Belanda kalah dengan skor telak 0–6. Karena Piala Dunia 1938 menggunakan sistem gugur langsung, kekalahan ini membuat mereka langsung tersingkir dari turnamen. Tim Hindia Belanda saat itu sebagian besar terdiri dari pemain lokal Indonesia (Jawa, Ambon, Tionghoa, dan Indo-Eropa) yang dikapteni oleh Achmad Nawir Harahap, di bawah naungan Federasi Sepak Bola Hindia Belanda (Nederlandsch-Indische Voetbal Unie). Akibat postur tubuh pemain yang relatif kecil, tim Hindia Belanda dijuluki "tim kurcaci" oleh media Prancis. Meskipun kalah, partisipasi di Reims 1938 tetap menjadi momen bersejarah dan satu-satunya bagi Indonesia hingga saat ini. Pada tahun 1956, klub sepak bola Prancis, Stade de Reims, melakukan tur ke Indonesia atas undangan dari Chung Hwa Tsing Nien Hui, sebuah perkumpulan pemuda Tionghoa (AI Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Calvin Verdonk di Lille pionier di dalam sepak bola Prancis? Seperti disebut di atas, pada tahun 1938 Timnas Indonesia bertanding di Rheims dalam penyisihan Piala Dunia. Kini, Calvin Verdonk di Lille berambisi untuk bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia lagi. Lalu bagaimana sejarah Calvin Verdonk di Lille pionier di dalam sepak bola Prancis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Calvin Verdonk di Lille, Pemain Sepak Bola Indonesia
di Prancis; Timnas Indonesia di Rheims, 1938
Pada tanggal 20 September adalah debut Calvin Verdonk di klub barunya di Lille. Calvin Verdonk masuk di menit 18, kemudian sepakan/tendangan pertama dimulai pada menit 20. Ini adalah awal sepakan/tendangan pemain sepak bola Indonesia di Prancis pada masa ini. Sebagai yang pertama tentu saja akan tercatat dalam sejarah sepak bola di Indonesia.
Tendangan pertama pada
permulaan pertandingan sepak bola disebut kick-off atau sepakan permulaan.
Tendangan ini dilakukan di tengah lapangan oleh salah satu tim untuk memulai
permainan, setelah wasit meniup peluit dan bola diposisikan di titik tengah
lapangan. Sebelum pertandingan dimulai, dilakukan undian koin antara kapten tim
untuk menentukan tim mana yang akan melakukan kick-off terlebih dahulu atau
memilih gawang yang akan diserang. Semua pemain, kecuali pemain yang melakukan
kick-off, harus berada di setengah lapangan mereka dan tidak boleh mendekati
bola hingga ditendang. Pemain yang ditunjuk akan menendang bola dari titik
tengah lapangan dan mengarahkannya ke wilayah permainan lawan. Wasit akan
memberikan sinyal untuk memulai pertandingan. Bola dinyatakan sudah dimainkan
ketika ditendang dan bergerak secara jelas. Kick-off adalah cara resmi untuk
memulai pertandingan sepak bola, baik di awal babak pertama, awal babak kedua,
maupun setelah terjadi gol. Tindakan kick-off yang mengikuti aturan yang ada
memastikan permainan berjalan sesuai peraturan.
Pemain sepak bola Indonesia pertama melakukan sepakan/tendangan pertama di Prancis adalah Achmad Nawir Harahap. Ini terjadi pada tahun 1938 di kota Rheims, Prancis. Saat itu, Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah satu-satunya negara perwakilan (region) Asia dalam putaran Piala Dunia yang diselenggarakan di Prancis pada tahun 1938.
Radio PHOHI, satu-satunya
stasion radio di Nederland yang melakukan ’siaran pandangan mata’ ketika
berlangsungnya pertandingan ‘Perdelapan Final’ Piala Dunia 1938 antara
Indonesia vs Hungaria tanggal 5 Juni 1938 pukul 5 sore dari stadion Stade
Veledrome Minicipal, Rheims, Prancis. Han Hollander, reporter PHOHI dari Rheims
mengawali reportasenya sejak pukul 11.10. Dalam undian kick-off, kapten timnas
Indonesia Achmad Nawir menang dan memilih gawang. Ini berarti tendangan pertama
untuk memulai pertandingan akan dilakukan salah satu pemain Hungaria dari titik
tengah. Achmad Nawir Harahap yang berposisi sebagai gelandang kanan, setelah kick-off,
mendapat bola pertama (sepakan) dari sisi Indonesia (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 07-06-1938). Dalam timnas Indonesia ke Prancis terdiri dari delapan
orang Belanda, tiga orang Ambon, dua orang Sumatra, satu orang Jawa dan tiga
orang Cina. Yang diturunkan sebagai line-up adalah dua Cina (Mo Heng dan Hong
Djien), satu Jawa (Sudarmadji), dua Ambon (Pattiwael dan Taihutu) dan dua
Sumatra (Anwar dan Nawir). Itu berarti ada tujuh non-Belanda. Empat Belanda
adalah Samuels, Hukom, Zommers dan F Meeng. Nama Meeng tidak ditemukan dalam
marga orang Belanda, apakah Frans Meeng adalah orang Indo? Demikian juga dengan
nama Hukom, apakah orang Indo? Yang benar-benar orang Belanda hanya ada nama
Zommers dan Samuels.
Lille dan Rheims adalah dua kota yang berjauhan di Prancis dimana dua pemain sepak bola Indonesia (sama-sama berlabel Timnas) berbeda masa yang masing-masing untuk kali pertama menyepak/menendang bola di Prancis. Achmad Nawir di Rheims pada tahun 1938 dan Calvin Verdonk di Lille pada tahun 2025 ini. Ada jarak waktu hampir satu abad. Klub Lille di Prancis bukanlah klub ‘kaleng-kaleng’.
Klub Lille (LOSC) pada musim
lalu (2024/2025) berada di peringkat kelima pada klasemen akhir Ligue-1 Prancis.
Oleh karena itu pada tahun ini, 2025/2026, klub Lille akan mengikuti kompetisi
liga Eropa (liga kelas kedua klub-klub Eropa yang akan diikuti oleh 36 klub).
Pertandingan pertama klub Lille dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 25
September ini melawan klub SK Brann dari Norwegia. Pertandingan (pekan) kedua
akan melawan klub Roma pada tanggal 2 Oktober 2025.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Timnas Indonesia di Rheims, 1938: Hubungan Sepak Bola antara Indonesia dan Prancis
Hubungan sepak bola Indonesia dan sepak bola Prancis tampaknya masih ada dalam memori kedua negara. Seperti disebut di atas, warga Prancis khususnya di Rheims pada tahun 1938 yang menjadi saksi mata melihat permainan timnas Indonesia, meski kalah lawan Hongaria tetapi sangat menarik bagi orang Prancis. Memori inilah diduga kuat yang menyebabkan klub professional kota Rheim bersedia menerima tawaran dari Indonesia untuk melakukan sejumlah pertandingan di Indonesia pada bulan Juni 1956. Pada saat ini klub Stade de Rheims bukanlah klub ‘kaleng-kaleng’.
Pada tahun 1955/1956 adalah tahun yang menggembirakan bagi klub Stade de Reims. Mengapa? Stade de Reims
adalah juara Ligue-1 Prancis 1954/1955. Pada tahun 1955 Piala Champions Eropa yang pertama digulirkan. Musim 1955–1956 adalah musim
pertama dari kompetisi antarklub Eropa yang sekarang dikenal sebagai Liga
Champions UEFA. Sudah
barang tentu Stade
de Reims adalah perwakilan Prancis
di kompetesi klub tertinggi Eropa tersebut. Pertandingan final kebetulan dijadwalkan akan diadakan di Parc des Princes,
Paris, pada 13 Juni 1956.
Stade de Reims, meski sibuk dalam Piala Champion Eropa tidak mengurungkan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya antara pihak Indonesia dan pihak Prancis. Berdasarkan surat-surat kabar di Prancis kepastian Stade de Reims ke Indonesia tetap terjaga (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-05-1956). Disebutkan "Stade de Rheims" tiba pada 17 Juni. Kedatangan klub profesional Prancis "Stade de Rheims" kini sudah pasti. Menurut laporan, dari Prancis Stade de Reims diperkirakan akan tiba di Amsterdam pada 15 Juni atau dengan pesawat pada 17 Juni (yang selanjutnya terbang ke Djakarta).
Stade de Reims telah
mengalahkan lawan-lawannya di babak penyisihan, yakni AGF Aarhus (Denmark), Vörös
Lobogó (Hungaria), dan Hibernian (Skotlandia). Dengan demikian Stade de Reims mampu mencapai final. Di final Stade de Reims akan melawan
Real Madrid dari Spanyol. Seperti
disebut di atas, pertandingan final akan diadakan
di Parc des Princes, Paris, pada 13 Juni 1956.
Pada saat Stade de Reims akan memperebutkan kampiun klub Eropa di final tanggal 13 Juni, kabar diterima dari Prancis bahwa Stade de Reims akan tetap terbang ke Djakarta (lihat De nieuwsgier, 13-06-1956). Disebutkan Stade de Reims, akan tiba di Indonesia pada hari Senin, 18 Juni, atas undangan klub sepak bola Chung Hua yang sedang merayakan hari jadinya. Berdasarkan jadwal sementara, mereka akan memainkan pertandingan berikut: 20 Juni melawan Persidja, dan 23 Juni melawan tim PSSI. Kedua pertandingan ini akan dimainkan di Djakarta; 24 Juni melawan Tiong Hwa Soerabaya; 27 Juni melawan tim nasional di Bandoeng; 29 Juni melawan tim PSSI di Padang; dan 1 Juli melawan tim nasional di Medan. Belum dapat dipastikan apakah penyerang tengah Stade Reims, Raymond Kopė, akan terbang ke Indonesia. Kopė, yang bermain untuk tim kontinental, telah menerima tawaran dari Real Madrid untuk bermain di klub Spanyol tersebut.
Di final Piala Champion Eropa pada tanggal 13 Juni 1956, Stade de Reims sempat unggul
dengan keunggulan dua gol, tetapi akhirnya harus mengakui keunggulan Real
Madrid dengan skor akhir 4–3. Kemenangan Real Madrid diraih berkat gol penentu
dari Héctor Rial. Lantas
apakah Stade
de Reims akan tetap berangkat ke
Djakarta?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar