*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini
Pada
masa ini kota Purwokerto disebut kota terbesar ketiga di wilayah Jawa Tengah (setelah
Semarang dan Solo). Bagaimana dengan tempo doeloe? Nah, itu dia. Ketika
Banjoemas ibu kota residentie Banjoemas telah berkembang menjadi kota, Poerwokerto
masih kota kecil, Bahkan kota Poerbalingga, kota Bandjarnegara dan kota Tjilatjap
relative lebih besar dari kota Poerwokerto. Situasi mulai berubah, ketika ibu
kota residentie dipindahkan dari Banjoemas ke Poerwokerto tahun 1937.
Lain dulu lain sekarang. Ibu kota adalah pusat pemerintahan. Ibu kota Hindia Belanda pernah dipindahkan dari Batavia ke Buitenzorg. Namun itu tidak berlangsung lama. Hal serupa dengan ibu kota Residentie Tapanoeli pernah direlokasi dari Sibolga ke Padang Sidempoean. Saat itu kota Padang Sidempoean adalah kota terbesar kedua di Sumatra setelah kota Padang. Pada saat Padang Sidempoean sudah menjadi kota besar, Medan malahan masih kampong kecil. Demikian pula yang terjadi dengan kota Banyumas. Pada saat Banyumas telah menjadi kota besar, Poerwokerto masih kota kecil. Setekah ibu kota Residentie Banjoemas direlokasi dari Banjoemas ke Poerwokerto tahun 1937, secara perlahanan Poerwokerto tumbuh dan berkembang hingga masa ini menjadi kota terbesar ketiga di Jawa Tengah.
Lantas bagaimana sejarah tata kota Banyumas, ibu kota relokasi ke Purwokerto? Seperti disebut di atas pada saat Banjoemas sudah menjadi kota, Poerwokerto masih suatu kampong besar. Ini mengindikasikan kota Banjoemas ditata lebih awal jika dibandingkan dengan tata kota di Puwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap. Lalu bagaimana sejarah tata kota Banyumas, ibu kota relokasi ke Purwokerto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.