Minggu, 26 November 2023

Sejarah Bahasa (138): Bahasa Sea-Sea Pulau Peleng di Kepulauan Maluku di Timur Laut P Sulawesi; Bahasa Banggai Orang Sea-Sea


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sea-sea merupakan suku asli di pedalaman dataran tinggi Pulau Peleng yang mendiami Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut dan sebagian wilayah Kabupaten Banggai di daerah pegunungan. Sebenarnya, terdapat tiga suku asli di Kabupaten Banggai, yaitu Suku Banggai, Suku Balantak, dan Suku Saluan. Akan tetapi, ketiga suku tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda.


Bahasa Banggai atau Silingan Banggai, merupakan anak cabang Melayu-Polinesia, yang dituturkan oleh suku Banggai dan suku Sea-sea yang disebut juga suku Banggai pegunungan. Penuturan bahasa ini berpusat di provinsi Sulawesi Tengah, yakni di kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut dan kabupaten Banggai. Di samping wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Maluku dan Maluku Utara (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sea-Sea di pulau Peleng di timur laut pulau Sulawesi di kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas orang Sea-Sea disebutkan berbahasa Banggai. Adakah bahasa Sea-Sea atau hanya disebut bahasa Banggai Sea-Sea? Lalus bagaimana sejarah bahasa Sea-Sea di pulau Peleng di timur laut pulau Sulawesi di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 25 November 2023

Sejarah Bahasa (137): Bahasa Taliabu Orang Taliabu Pulau Taliabu; Pulau Taliabu Antara Pulau Sula di Timur-Pulau Sulawesi di Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten Pulau Taliabu adalah salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula 2012. Bahasa Taliabu adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Taliabu. Kini semakin berkurang pengguna bahasa Taliabu dalam komunikasi sehari-hari, terutama bagi generasi muda dan masyarakat suku Taliabu di dalam maupun luar daerah.


Desain Kamus Bahas Daerah Taliabu Maluku Utara. Misrawati AP dkk. Abstract. Bahasa Taliabu adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Taliabu yang terletak di propinsi Maluku Utara, Semakin berkurangnya penggunaan bahasa Taliabu dalam komunikasi sehari-hari, terutama bagi generasi muda dan masyarakat suku Taliabu yang berpenduduk di dalam maupun luar daerah disebabkan oleh perkembangan zaman dan terkikisnya budaya-budaya daerah oleh dampak modernisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sebuah aplikasi kamus bahasa Taliabu berbasis Android, yang akan memudahkan masyarakat dalam mempelajari kosa kata dalam bahasa Taliabu serta melestarikan bahasa Taliabu itu sendiri. Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan Android Studio, Sqlite Manager dan diimplementasikan dalam sistem operasi Mobile yaitu Android. Metode analisis data yang digunakan yaitu waterfall (air terjun) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Analysis, desain, implementation, testing, dan maintenance. Pengujian sistem menggunakan metode pengujian testcase yakni whitebox, dan blackbox (https://journal.upgris.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Taliabu orang Taliabu di pulau Taliabu? Seperti disebut di atas bahasa Taliabu dituturkan orang Taliabu di pulau Taliabu. Pulau Taliabu diantara pulau Sula di timur dan pulau Sulawesi di barat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Taliabu orang Taliabu di pulau Taliabu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (136): Bahasa Sula Orang Sula Pulau Sula Kepulauan Maluku; Nama Pulau Sulawesi Era Navigasi Portugis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sula Baku (Li Sua) adalah sebuah bentuk bahasa baku yang digunakan sebagai basantara oleh masyarakat Sula yang terdiri dari beragam suku bangsa. Bahasa ini merupakan sebuah alternatif pemersatu bagi bahasa-bahasa Sulaik; yakni bahasa Fagudu, Faluhu, Fatcei, dan Mangon.


Rumpun Sula (Yafei Gareha; Yafai Gareha) adalah sebuah rumpun etnis atau bangsa pribumi wilayah Kepulauan Sula di Maluku Utara yang secara genealogis berasal dari moyang atau leluhur yang sama. Sejak tahun 1800an, rumpun Sula diidentifikasi sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Motto dari rumpun Sula ialah Dad Hia Ted Sua, yang memiliki arti "bersatu membangun Sula". Rumpun Sula terbagi kedalam beberapa soa atau suku, diantaranya ialah: Suku Fagudu, Suku Falahu, Suku Fatcei, Suku Mangon. Meskipun keempat suku tersebut berserumpun, namun masing-masing suku tidak mengklaim diri mereka sebagai bagian dari satu sama lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sula orang Sula di pulau Sula di kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas, bahasa Sula dituturkan orang Sula di pulau Sula. Nama pulau Sulawesi pada era navigasi pelayaran Portugis. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sula orang Sula di pulau Sula di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 24 November 2023

Sejarah Bahasa (135): Bahasa Kur Orang Kur pulau Kur bahasa Kei pulau Kei;Bahasa Kur di kota besar Kota Tual di pulau Dullah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kur adalah kelompok etnis yang berasal dari dari provinsi Maluku. Suku ini berasal dari wilayah pulau Kur di kepulauan Kei. Bahasa Kur dituturkan oleh masyarakat antara lain di desa Lokwirin, kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kota Tual, provinsi Maluku. Pulau Kur garis antara pulau Banda dan pulau Dullah.


‘Hoer Findamar’ Asal Pulau Kur Maluku, Masuk Warisan Budaya Indonesia. Muh Alief. Sabtu, 5 November 2022. Makassar Rakyatsulsel - "Hoer Findamar" atau perahu mini tanpa awak asal kecamatan Pulau Kur, Kota Tual provinsi Maluku, ditetapkan pemerintah pusat sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) tahun 2022.  Di Kecamatan Pulau Kur yang dikenal dengan julukuan Finua "Makara". Ini ternyata masih taat pada petuah leluhur dalam bahasa keseharian masyarakat pulau-pulau Kur dikenal (Nit Mata Yat). Dalam pelaksanaan pagelaran festival perahu mini dilakukan setiap tahun musim bulan suci Ramadhan, ditunjukan warga Kecamatan Pulau Kur, Kota Tual, dengan melakukan tradisi "pemberangkatan perahu mini tanpa awak" di di pesisir bibir pantai menuju laut. Nama lain dari perahu mini adalah Hoer Findamar Lailatur Qodar. Prosesi yang dilakukan dengan cara pembuatan perahu mini dari kayu dilengkapi layar putih dan kemudi kecil. Muatan didalam perahu ini, makanan ciri khas daerah di Kur. Di dalam muatan perahu juga terdapat selembar kertas dengan tulisan nama-nama keluarga para almarhum yang telah meninggal. (https://rakyatsulsel.fajar.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kur orang Kur di pulau Kur, bahasa Kei di pulau Kei Kecil? Seperti disebut di atas bahasa Kur dituturkan orang Kur di pulau Kur juga di Kota Tual. Bahasa Kur di kota besar Kota Tual di pulau Dullah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kur orang Kur di pulau Kur, bahasa Kei di pulau Kei Kecil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (134): Bahasa Kei di Pulau Kei Kecil - Bahasa Kur di Pulau Kei Kecil; Kota Besar Kota Tual dan Pulau Kei Kecil


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Kei adalah suku yang mendiami kepulauan Kei di provinsi Maluku. Masyarakat suku Kei bertutur menggunakan bahasa Kei yang berfungsi sebagai basantara bagi masyarakat di kepulauan Kei. Populasi suku Kei berjumlah sekitar 180.000 orang. Orang Tanimbar Kei merupakan salah satu sub-suku Kei yang mendiami pulau Tanimbar Kei umumnya beragama Hindu.


Bahasa Kei (disebut juga Veveu Evav, Veu Evav) adalah salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh suku Kei, di kepulauan Kei, atau yang mengaku sebagai warga asli dari 207 desa di pulau Kei Kecil, pulau Kei Besar, dan pulau-pulau sekitarnya. Warga penghuni pulau Kur dan Kamear adalah masyarakat penutur bahasa Kur, sementara warga desa Banda Eli (Wadan El) dan Banda Elat (Wadan Ilat) di Kei Besar adalah masyarakat penutur bahasa Banda. Kelompok-kelompok masyarakat ini dipercaya bermigrasi dari Kepulauan Banda dan masih melestarikan bahasa asli leluhur mereka, namun mereka juga mampu menuturkan bahasa Kei yang merupakan lingua franca di kepulauan ini. Tiap pulau, bahkan tiap permukiman (ohoi) memiliki dialek tersendiri, sehingga dialek-dialek ini sering kali dijadikan petunjuk daerah asal (kampung, pulau, atau kawasan tertentu di Kepulauan Kei) penutur bahasa Kei. Masyarakat Kei tidak memiliki budaya baca tulis sendiri. Para misionaris Katolik dari Belanda menuliskan kata-kata bahasa Kei dengan suatu bentuk variasi penggunaan abjad Romawi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kei di pulau Kei Kecil dan bahasa Kur di pulau Kei Kecil? Seperti disebut di atas bahasa Kei dituturkan oleh orang Kei di pulau Kei (Besar). Kota besar Kota Tual dan pulai Kei Kecil. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kei di pulau Kei Besar dam bahasa Kur di pulau Kei Kecil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 23 November 2023

Sejarah Bahasa (133): Bahasa Banda Pulau Banda - Pulau Naira di Laut Banda; Bahasa Banda di Pulau Kei di Kepulauan Maluku


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Tidak ada budaya asli di Banda, tidak ada bahasa daerah di kepulauan ini. Bahasa sehari-hari adalah bahasa Indonesia dialek Maluku. Walaupun demikian, yang jelas, semua warga di kepulauan ini mengaku sebagai orang Banda. Kepulauan Banda berada di arah sebelah tenggara Maluku. Sementara itu, penduduk kepulauan ini bukanlah orang Banda asli. Mereka adalah campuran keturunan Portugis, Belanda, Arab, Filipina, Tionghoa, Mozambik, Persia, Benggali, Pegu, dan Koromandel (https://koransulindo.com/)


Penutur Bahasa Banda lebih banyak berada di Kei Besar Selasa, 14 Maret 2023. Ambon (ANTARA) - Kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku Sahril menyatakan masyarakat penutur Bahasa Banda lebih banyak di Desa Banda Eli, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, dibandingkan dengan di Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah. "Bahasa Banda tidak lagi berkembang dan dituturkan masyarakat di Pulau Banda, tetapi di luar Pulau Banda, seperti di Desa Banda Eli dan Desa Elat, Kecamatan Kei Besar, " katanya di Ambon, Selasa. Ia mengakui keberadaan bahasa daerah di Provinsi Maluku menarik karena menyebar dan dituturkan masyarakat di wilayah lain. Kelompok masyarakat ini dipercaya bermigrasi dari Kepulauan Banda dan masih melestarikan bahasa asli leluhur, tetapi juga mampu menuturkan Bahasa Kei yang merupakan lingua franca di kepulauan ini. "Terjadinya perpindahan penduduk dari satu desa ke desa lain membuat bahasa daerah lebih banyak dituturkan warga yang berpindah dibandingkan warga asli," katanya. (https://ambon.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banda di pulau Banda dan pulau Naira di laut Banda? Seperti disebut di atas bahasa Banda merujuk pada nama pulau Banda. Bahasa Banda di pulau Kei di kepulauan Maluku. Lalu bagaimana sejarah bahasa Banda di pulau Banda dan pulau Naira di laut Banda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982