Minggu, 30 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (387): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Lie Tjong Tie, Sarjana Hukum Pertama; Rechthoogeschool Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Fakultas hukum Rechthoogeschool di Batavia didirikan dan dibuka tahun 1924. Salah satu mahasiswa yang diterima adalah Lie Tjong Tie. Namun dalam perkembangannya Lie Tjong Tie mentranfer pendidikannya di Leiden, Belanda. Akhirnya Lie Tjong Tie berhasil mendapat gelar sarjana hukum Indisch Recht, sarjana hukum Hindia. Lie Tjong Tie dapat dikatakan mahasiswa pertama yang lulus sarjana hukum melalui Rechthoogeschool dan juga dapat dikatakan orang Tionghoa pertama menjadi sarjana hukum Hindia (Indisch Recht).    

Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum) biasa disingkat menjadi RH te Batavia, RH te Weltevreden, atau RHS yang dibuka sejak 28 Oktober 1924 di Batavia (sekarang Jakarta), adalah perguruan tinggi hukum pertama dan lembaga pendidikan tinggi kedua di Hindia Belanda setelah empat tahun sebelumnya THS Bandung dibuka. Pada tahun 1950, RHS resmi berganti nama menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Pendidikan hukum secara formal mulai dikenal masyarakat Indonesia pada tahun 1909 dengan dibukanya Rechtsschool (Sekolah Hukum). Rechtsschool bukanlah perguruan tinggi, melainkan setingkat Sekolah Menengah Kejuruan, lebih tepatnya penggabungan SMP 3 tahun + SMK 3 tahun. Atas dasar Ethische Politiek dan perkembangan ekonomi Belanda yang memaksa pemerintah Belanda membuka wilayah jajahannya untuk penanaman modal swasta, pembentukan Rechtsschool itu dimaksudkan untuk mendidik orang-orang Indonesia agar dapat menjadi hakim Landraad yang merupakan pengadilan sehari-hari (tingkat pertama) bagi golongan pribumi dan yang disamakan. Jadi, tujuan pendidikannya adalah untuk menghasilkan teknisi atau ahli hukum (terdidik). Namun makna atau tujuan politik pendirian Rechtsschool pada dasarnya adalah demi kepentingan Belanda sendiri yang memerlukan terpeliharanya ketertiban dan keamanan (rust en orde) di wilayah jajahannya untuk melancarkan penanaman modal dan mengembangkan industri. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Lie Tjong Tie? Seperti disebut di atas, Lie Tjong Tie mengawali pendidikan hukum di Rechthoogeschool dan merupakan orang Tionghoa pertama mendapat gelar sarjana hukum Indisch Recht. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (386): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Oei Tjoe Tat, UI: Generasi Muda Tionghoa di Dunia Politik

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Oei Tjoe Tat adalah generasi muda orang Tionghoa. Oei Tjoe Tat diangkat sebagai menteri pada era Presiden Soekarno. Oei Tjoe Tat tidak sempat menyelesaikan sekolah hukum Recgthoogeschool pada era Hindia Belanda karena pendudukan militer Jepang tetapi masih bisa diselesaikannnya pada era perang kemerdekaan di wilayah pendudukan Belanda/NICA. Pada era pengakuan kedaultan Indonesia, Oei Tjoe Tat terjun ke dunia politik.

Oei Tjoe Tat (26 April 1922 – 26 Mei 1996) semasa hidupnya adalah seorang politikus. Karier politiknya dimulai semenjak lulus dari Universiteit van IndonesiĆ« (sekarang Universitas Indonesia) di Batavia pada tahun 1948. Ia terpilih wakil presiden Partai Demokrat Tionghoa Indonesia (PDTI) pada tahun 1953, bergabung dalam Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) pada tahun 1954 dan sejak tahun 1960 aktif dalam Partai Indonesia (Partindo) serta menjadi salah satu pengurus pusatnya. Pada tahun 1963 ia diangkat menjadi Menteri Negara, dan kemudian sempat menjadi salah satu anggota Kabinet Dwikora yang dijuluki sebagai Kabinet 100 Menteri. Setelah peristiwa Gestok tahun 1965 Oei ditahan oleh pemerintah Orde Baru dan dipenjarakan selama 10 tahun, tanpa melalui proses pengadilan sampai tahun 1976. Pada tahun 1976 Oei akhirnya dikenai tuduhan terlibat dalam Gestok, tetapi tuduhan itu tidak pernah terbuktikan. Akhirnya Oei dibebaskan dari tahanan pada tahun 1977. Memoirnya yang berjudul Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno diterbitkannya pada usianya yang ke-73 untuk memperingati pesta emas hari pernikahannya. Namun pada September 1995, atas anjuran Fosko '66 (Forum Studi dan Komunikasi '66), buku ini dilarang beredar oleh pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soeharto. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Oei Tjoe Tat? Seperti disebut di atas, pendidikannya di fakultas hukum disela oleh pendudukan militer Jepang. Lalu bagaimana sejarah Oei Tjoe Tat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 29 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (385): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Mr Tan Po Gwan; Orang Tionghoa Pertama Menteri RI 1946

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Semua (suku) bangsa di Indonesia turut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Demikian juga semua (suku) bangsa turut membenuk dan membangun Republik Indonesia termasuk orang Tionghoa. Drs. Yap Tjwan Bie menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia); Tan Ling Djie anggota Badan Pekerja KNIP dan Mr Tan Po Gwan sebagai Menteri Republik Indonesia dalam Kabinet Sajrir III (2 Oktober 1946-3 Juli 1947). Namun sejarah Mr Tan Po Gwan tampaknya kurang terinformasikan.

Banyak pelaku sejarah Indonesia kurang terinformasikan. Bagaimana bisa. Boleh jadi karena keterbatasan data. Meskin demikian sejarah Mr Tan Po Gwan masih dapat dibaca sedikit di laman Wikipedia sebagai berikut: Mr Tan Po Gwan lahir di Tjiandjoer, 24 Oktober 1911. Ia bersekolah di Algemeene Middelbare School, Bandung dan Mendapatkan Gelar Meester in de Rechten dari Rechtshoogeschool te Batavia tahun 1937. Pada tahun 1939, Ia bergabung dengan Sin Po. Pada tahun 1942- 1945, Ia diinternir (dilakukan tahanan militer) oleh Jepang. Setelah Indonesia merdeka, Ia diangkat Menjadi Salah Satu Menteri Negara dalam Kabinet Sjahrir Ke III. tahun 1947 ia Menjadi Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan diangkat Menjadi Anggota DPR Tahun 1950-1956.

Lantas bagaimana sejarah Mr Tan Po Gwan? Seperti disebut di atas, Mr Tan Po Gwan adalah orang Tionghoa pertama menjadi Menteri Republik Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Mr Tan Po Gwan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (384): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Lim Kie Chie 1938: Persatoean Islam Tionghoa Mula di Medan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Partai Tionghoa Indonesia (PTI) didirikan di Soerabaja sebagai partai dari Persatoean Tionghoa Indonesia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-09-1932), Beberapa bulan kemudian di Medan didirikan organisasi Persatoean Tionghoa Indonesia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 16-12-1932), Organisasi ini merupakan cabang ke-11 di Hindia Belanda. Lalu pada tahun 1936 di Medan didirikan Persatoean Islam Tionghoa (PIT) yang dipimpin oleh Lim Kie Chie. .

Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dahulu dikenal sebagai Pembina Iman Tauhid Islam adalah sebuah organisasi Islam Tionghoa-Indonesia. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 14 April 1961. PITI tidak bertalian dengan organisasi sosial politik manapun. Ketua PITI saat ini adalah DR. Ipong Hembing Putra, yang terpilih pada tahun 2018. Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta, pada tanggal 14 April 1961, antara lain oleh Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari persaudaraan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm Abdusomad Yap A Siong dan Persaudaraan Muslim Tionghoa (PMT) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Sumatra Utara, di Sumatra Barat, di Riau, di Kepulauan Riau, di Jambi, di Bengkulu, di Sumatra Selatan, dan di Lampung, diizinkan oleh Wishnutama dan Ardiansyah Bakrie, masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia. Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah Islamiyah di kalangan muslim Tionghoa, maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM yang berkedudukan di Medan merelakan diri pindah ke Jakarta dengan bergabung dalam satu wadah, yakni PITI.  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Persatoean Islam Tionghoa? Seperti disebut di atas, Persatoean Islam Tionghoa lahir di Medan dan kemudian menyebar ke Jawa. Lalu bagaimana sejarah Persatoean Islam Tionghoa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 28 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (383): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Siauw Giok Tjhan; Menteri Negara Kabinet Amir Sjarifoeddin

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada permulaan Republik Indonesia, ada satu posisi jabatan Menteri Negara untuk urusan peranakan. Tentulah maksudnya yang berkaitan dengan peranakan Cina (Tionghoa). Posisi ini tetap dipertahankan selama masa Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Hanya sampai disitu. Mengapa urusan itu diperlukan? Yang jelas Menteri Negara urusan peranakan pada Kabinet Amir ini adalah Siauw Giok Tjhan.

Siauw Giok Tjhan (23 Maret 1914-20 November 1981) adalah seorang politikus pejuang dan tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia dari golongan Tionghoa-Indonesia. Ayahnya bernama Siauw Gwan Swie, seorang peranakan dan ibunya Kwan Tjian Nio, seorang totok. Siauw pernah menjadi ketua umum Baperki, Menteri Negara, anggota BP KNIP, anggota parlemen RIS, parlemen RI sementara, anggota DPR hasil pemilu 1955/anggota Majelis Konstituante, anggota DPRGR/MPR-S, dan anggota DPA. Salah satu warisan buah karya Siauw ialah Universitas Trisakti yang dulu didirikan oleh Baperki dengan nama Universitas Res Publika, yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Trisakti. Siauw Giok Tjhan wafat di Belanda pada tanggal 20 November 1981, beberapa menit sebelum memberikan ceramah di Universitas Leiden. Siauw sejak kecil sudah mempunyai watak perlawanan atas penghinaan dan ketidakadilan yang menimpa diri dan kelompok etnisnya. Saat itu, ejekan "cina loleng" sering sekali dilayangkan oleh kelompok anti-Tionghoa untuk merendahkan orang-orang Tionghoa. Begitulah, dengan kemahiran kung-fu yang dipelajari dari kakeknya, memungkinkan Siauw Giok Tjhan untuk berkelahi melawan anak-anak Belanda, Indo, dan Ambon yang mengejek dirinya. Setelah kedua orang tuanya meninggal dalam usia muda, ia terpaksa melepaskan sekolah begitu selesai HBS, untuk mencari nafkah meneruskan hidupnya bersama adik tunggalnya, Siauw Giok Bie yang masih harus meneruskan sekolah itu.  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Siauw Giok Tjhan? Seperti disebut di atas, Siauw Giok Tjhan pernah menjadi Menteri Negara pada Kabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Lantas bagaimana sejarah Siauw Giok Tjhan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (382): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Sekolah Cina Era Hindia Belanda: Partai Tionghoa Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sekolah-sekolah Cina pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah satu hal. Partai Tionghoa Indonesia yang dibentuk tahun 1932 hal lain lagi. Namun keduanya saling terkait. Nama Tionghoa diperkenalkan sebagai identitas baru (menggantikan Cina). Meski tidak ada lagi Partai Tionghoa tetapi perhimpunan Tionghoa masih ekisis. Di Malaysia sekolah-sekolah Cina masih eksis, sementara di Indonesia sudah dihapuskan. Semua sekolah-sekolah di Indonesia berlabel Indonesia berbahasa Indonesia.

Partai Tionghoa Indonesia adalah sebuah partai politik di Hindia Belanda yang didirikan pada 25 September 1932 di Surabaya. PTI berdiri dengan maksud untuk menyadarkan peranakan Tionghoa yang ada di Hindia Belanda untuk ikut terlibat dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. Saat itu ada dua kelompok Tionghoa di Hindia Belanda: Chung Hwa Hui dan Sin Po. Keduanya berorientasi kepada nasionalisme Tiongkok. Dalam kondisi ini muncul kelompok ketiga yang diprakarsai Liem Koen Hian dan Ko Kwat Tiong, yaitu Partai Tionghoa Indonesia. Dari segi idealisme, mereka ingin mengejar kewarganegaraan Indonesia. Tapi, pendirian PTI tidak serta merta menyatukan gerakan Tionghoa di Hindia Belanda saat itu. Malah, PTI dimusuhi dua kelompok lainnya karena maksud ini. Setelah sukses mengantarkan wakilnya masuk dalam Volksraad, PTI justru diambang-ambing. Liem Koen Hian mencurigai temannya sesama pendiri PTI, Ko Kwang Tiong, sebagai orang yang akan menghancurkan PTI. Saking kerasnya konflik di antara mereka membuat Liem keluar dari PTI pada 1939 dan memutuskan masuk sebagai anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindo).  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah sekolah-sekolah Cina dan bagaimana sejarah Partai Tionghoa? Seperti disebut di atas, kedua entitas itu tidak ada lagi pada era Pemerintah Republik Indonesia. Namun sejarah tetaplah sejarah. Lalu bagaimana sejarah sekolah-sekolah Cina dan sejarah partai Tionghoa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.