Jumat, 29 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (742): Nusantara versus India, Mana Dulu Berkembang Lebih Awal? Kebudayaan di India dan di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam dunia pengetahuan alam sebelum kegiatan eksploitasi dalam perkembangan lebih lanjut diperlukan eksplorasi. Dalam hal ini jika eksploitasi sudah jenuh diperlukan kegiatan baru yang mengawali (eksplorasi). Demikian pula yang terjadi dalam dunia social, dalam bidang penyelidikan ilmu-ilmu social. Pertanyaannya: Apakah kita sudah cukup puas dengan narasi sejarah yang ada masa kini? Tampaknya tidak. Dunia modern membuat manusia sampai ke bulan. Narasi pengetahuan sejarah (hasil eksploitasi pengetahuan) yang ada masa ini haruslah dijadikan sebagai syarat perlunya saja. Dunia modern memerlukan eksplorasi yang lebih baru dan mutakhir. Dengan demikian kekayaan ilmu pengathuan manusia tidak hanya yang sudah ada, itu-itu saja.


Satu topik sejarah yang belum pernah diretas pada masa ini adalah hukum keseimbangan sejarah. Selama ini narasi sejarah selalu datang dari satu tempat ke tempat lain dalam satu arah. Contohnya sejarah (peradaban Nusantara/Indonesia) mengalir dari barat di India. Pendapat ini semakin diikat dengan teori penyebaran manusia homo sapiens yang bermula di Afrika (Out of Africa). Bukankah homo sapiens lebih baru dari homo lainnya seperti homo neanderthal? Hukum keseimbangan sejarah dalam hal ini bahwa timbangan tidak harus sama berat di dua sisi. Ukuran proporsi juga harus menjadi hukum keseimbangan sejarah. Jika narasi sejarah Nusantara/Indonesia masa ini selalu dihubungan dengan origin di India, lalu apakah tidak ada kontribusi Nusantara/Indonesia dalam terbentuknya fakta sejarah. Jika ada, maka narasi sejarah haruslah dibuat dalam konteks keseimbangan.

Lantas bagaimana sejarah Nusantara versus India, dimana lebih dulu berkembang lebih awal? Seperti disebut di atas, peradaban manusia itu (hingga ini hari) telah berlangsung ribuan tahun. Dalam hal ini ribuan hal telah terjadi, ribuan masa telah dilalui. Apakah ribuan masa itu memiliki hal yang seragam dan arah yang sama? Lalu bagaimana sejarah Nusantara versus India, dimana lebih dulu berkembang lebih awal? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (741): Zending di Borneo Utara; Etnik Melayu Harus Islam, Etnik Dayak Ada Islam, Kristen dan Pagan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Federasi Malaysia tidak hanya bermasalah soal ras (Melayu, India dan Cina), juga memiliki permasalahan soal bahasa dan budaya diantara penduduk. Soal agama juga menjadi masalah tersendiri di Malaysia. Federasi Malaysia yang terbagi antara wilayah barat (Semenanjung Malaya) dan wilayah timur (Serawak dan Sabah) secara geografis memiliki masalah sendiri pula. Dua wilayah Malaysia dipisahkan oleh wilayah Indonesia (Kepuluan Natuna).


Islam adalah agama resmi dari federasi Malaysia, namun negara bagian Serawak tak memiliki agama resmi. Namun, pada masa kepemimpinan Abdul Rahman Ya'kub, Konstitusi Sarawak diamendemenkan untuk menjadikan Yang di-Pertuan Agong sebagai kepala Islam di Sarawak dan mengukuhkan hukum-hukum yang mengesahkan urusan-urusan Islam. Faktanya agama dominan di Serawak adalah Kristen, sebanyak 60.2% dari populasi, sementara yang beragama Islam hanya sebanyak 18.4%. Sebanyak 2.1 persen disebut agama tradisi (pagan?). Populasu keseluruhan Serawak 2.9 juta jiwa. Sabah adalah negara bagian terbesar kedua di Malaysia dengan jumlah umat Kristen terbanyak, setelah Sarawak. Sekitar seperempat dari 3,9 juta penduduk Sabah beragama Kristen.. Sedangkan secara keseluruhan di Federasi Malaysia agama Islam (61.32%) dan Kristen (9.24%). Ini mengindikasikasin populasi di Serawak dan Sabah lebih beragam dari penganut agama (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah zending di Borneo Utara khususnya di Serawak dan Sabah? Seperti disebut di atas, di Malaysia etnik Melayu harus Islam, tetapi diantara penduduknya khususnya etnik Dayak ada yang Islam, Kristen dan pagan. Lalu bagaimana sejarah zending di Borneo Utara khususnya di Serawak dan Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 28 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (740): Tanjung Datu dan Geomorfologi, Batas Indonesia di Serawak; Tanjung Batu Tinagat di Sabah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Masih ingat polemik pembangunan menara mercusuar di wilayah perairan Tanjung Datu, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tahun 2014? Pemerintah Malaysia membangun baru mercu suar. Padahal sesuai landas kontinental, mercusuar itu berada di wilayah perairan Indonesia sesuai perjanjian RI-Malaysia tahun 1969. Nama Tanjung Datu bagi Indonesia juga menjadi penting, karena menjadi nama kapal Indonesia. Namun artikel ini tidak tentang membahas itu tetapi tentang geomorfolofi sejarah wilayah Tanjung Datu sendiri. Tanjung Datu sendiri batas sejak era Hindia Belanda di barat dan Tanjung Batu Tinagat di timur.


Kapal kelas Tanjung Datu dibangun oleh PT Palindo Marine mulai 15 Maret 2016. Pembangunannya memakan waktu 636 hari. Ini resmi beroperasi pada Senin, 18 Januari 2018. Pada 13 Desember 2020, KN Tanjung Datu menyelamatkan kapal nelayan China yang terombang-ambing di Laut Natuna Utara. Kapal, Lu Rong Yuan Yu 168, memiliki kemudi yang patah. Awak Tanjung Datu melakukan perbaikan dan kapal dikawal keluar ZEE Indonesia. Dengan sengketa di Laut China Selatan, KN Tanjung Datu telah mengusir sekitar 31 hingga maksimal 64 kapal nelayan (dalam satu kali kesempatan) dikawal oleh 3 kapal Penjaga Pantai China di Laut Natuna Utara. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Tanjung Datu, batas Indonesia dan Serawak? Seperti disebut di atas, Tanjung Datu begitu penting bagi Indonesia. Sejak era Hindia Belanda Tanjung Datu adalah batas di barat dan Tanjung Batu Tinagat di timur. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Tanjung Datu, batas Indonesia dan Serawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (739): Sibu dan Bintulu, Geomorfologi Dua Kota Lama di Wilayah Serawak;Kuching Nama Kota Baru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Kota Kuching adalah nama kota baru. Kota yang menggantikan nama Kota Serawak. Jauh sebelum kota Serawak/Kuching terbentuk ada dua kota lain yang lebih tua di wilayah Serawak yakni Kota Sibu dan Kota Bintulu. Pada masa ini Kota Sibu seakan berada jauh di pedalaman sementara Kota Bintulu berada di pantai. Dua kota tua ini dulunya sama-sama di pantai.


Sibu is an inland city in the central region of Sarawak. It is the capital of Sibu District in Sibu Division, Sarawak, Malaysia. The city is located on the island of Borneo and covers an area of 129.5 square kilometres (50.0 sq mi). It is located at the confluence of the Rajang and Igan Rivers, Sibu is mainly populated by people of Chinese descent, mainly from Fuzhou. Other ethnic groups such as Iban, Malay and Melanau are also present, but unlike other regions of Sarawak, they are not as significant. Sibu was founded by James Brooke in 1862 when he built a fort in the town to fend off attacks by the indigenous Dayak people. Before 1873, Sibu was called "Maling", which was named after a bend of the Rajang river called "Tanjung Maling" opposite the present day town of Sibu near the confluence of Igan and Rajang rivers. On 1 June 1873, the third division of Sarawak (present day Sibu Division) was created under the Brooke administration. The division was later named after the native Pulasan fruit which can be found abundantly at the region ("Pulasan" is known as "Buah Sibau" in the Iban language). In the 15th century, the Malays living in southern Sarawak displaced the immigrant Iban people towards the present-day Sibu region. Throughout the 17th and 18th centuries, the Rajang basin was rife with tribal wars between the Ibans and indigenous people in the Rajang basin. The Ibans would occasionally form a loose alliance with the Malays to attack the Kayan tribes and perform raids on Chinese and Indonesian ships passing through the region. Bintulu is a coastal town on the island of Borneo in the central region of Sarawak, Malaysia. Bintulu is located 610 kilometres (380 mi) northeast of Kuching, 216 kilometres (134 mi) northeast of Sibu, and 200 kilometres (120 mi) southwest of Miri. With a population of 114,058 as of 2010, Bintulu is the capital of the Bintulu District of the Bintulu Division of Sarawak, Malaysia. The name of Bintulu was derived from the local native language "Mentu Ulau" (picking heads). Bintulu was a small fishing village when Rajah James Brooke acquired it in 1861. Brooke later built a fort there in 1862. In 1867, the first General Council meeting (now Sarawak State Legislative Assembly) was convened in Bintulu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sibu dan wilayah Bintulu, dua kota lama di Serawak? Seperti disebut di atas, wilayah Sibu dan wilayah Bintulu adalah pusat perdagangan awal dimana kini terbentuk kota besar Sibu dan Bintulu. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Sibu dan wilayah Bintulu, dua kota lama di Serawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 27 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (738): Wilayah Kuching dan Geomorfologi; Asal Usul Nama Sarawak; Brunai, Melanau, Sabah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini soal nama kerap menjadi perdebatan, termasuk soal nama Serawak dan nama Kuching. Itu satu hal. Hal lain dalam hal ini adalah bagaimana geomorfologi wilayah Kuching yang kini menjadi wilayah ibu kota negara Serawak berada. Duan ama terawal yang diidentifikasi yang masih eksis hingga ini hari adalah Melanau dan Brunai. Dalam hal ini bagaimana geomorfologi wilayah Kuching dimana kemudian terbentuk nama kampong Serawak dan nama kampong Kuching.


Kuching merupakan ibu kota Serawak, Malaysia. Kota ini juga merupakan ibu kota Divisi Kuching. Kota ini terletak di Sungai Serawak di ujung barat daya negara bagian Serawak di pulau Kalimantan dan meliputi area seluas 431 kilometer persegi (166 sq mi) dengan populasi sekitar 165,642 di wilayah administratif Kuching Utara dan 159,490 di wilayah administrasi Kuching Selatan. dengan jumlah 325,132 orang. Kuching adalah ibu kota ketiga Serawak pada tahun 1827 pada masa pemerintahan Kekaisaran Brunei. Pada tahun 1841, Kuching menjadi ibu kota Serawak setelah Serawak diserahkan ke James Brooke untuk membantu Kerajaan Brunei dalam menghancurkan pemberontakan. Kota ini terus mendapat perhatian dan pengembangan selama pemerintahan Charles Brooke seperti pembangunan sistem sanitasi, rumah sakit, penjara, benteng, dan bazar. Namun, Rajah terakhir Serawak, Sir Charles Vyner Brooke memutuskan untuk menyerahkan Serawak sebagai bagian dari Mahkota Inggris pada tahun 1946. Kuching tetap menjadi ibu kota selama periode Mahkota Inggris. Setelah pembentukan Malaysia pada tahun 1963, Kuching juga tetap dikekalkan menjadi ibu kota dan mendapat status resmi kota pada tahun 1988. Sejak itu, kota Kuching dibagi menjadi dua wilayah administratif yang dikelola oleh dua pemerintah daerah yang terpisah. Pusat administrasi pemerintahan negara Serawak terletak di Wisma Bapa Malaysia, Kuching. Nama "Kuching" sudah digunakan untuk kota ini pada saat Brooke tiba pada tahun 1839. Ada banyak teori mengenai derivasi dari kata "Kuching". Itu mungkin berasal dari kata Melayu untuk hewan kucing, atau dari nama "Cochin", sebuah pelabuhan perdagangan India di Pantai Malabar dan istilah generik di Tiongkok dan India Britania untuk perdagangan pelabuhan. Namun, sumber lainnya melaporkan bahwa kota Kuching sebelumnya dikenal sebagai "Serawak" sebelum Brooke tiba. Pemukiman ini berganti nama menjadi "bagian Serawak" selama ekspansi kerajaan. Barulah pada tahun 1872 bahwa pemukiman ini berganti nama menjadi "Kuching" semasa administrasi Charles Brooke. Ada lagi teori yang lebih kredibel bahwa Kuching sebenarnya berarti "Ku" - Lama dan "Ching" - "Sumur" atau "sebuah sumur tua"  dalam bahasa Tionghoa selama pemerintahan Brooke. Namun nama kota ini dalam bahasa Tionghoa sekarang adalah GÇ” jìn (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Kuching dan asal usul nama Sarawak? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat kerap menjadi perdebatan hingga kini. Namun apakah nama-nama tempat itu terkait dengan perubahan geomorfologi suatu wilayah?  Lalu bagaimana sejarah geomorfologi wilayah Kuching dan asal usul nama Sarawak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (737): Mengapa Brunai Kecil Diantara Serawak dan Sabah; Bagaimana Hubungan Inggris dan Brunai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah (negara) Brunai yang sekarang begitu kecil. Sudah kecil dua bagian pulau (yang dibatasi wilayah negara Serawak). Mengapa wilayat Brunai begitu kecil diantara dua negara yang lebih besar (Serawak dan Sabah). Ibarat wilayah negara Malaysia dibandingkan dengan wilayah Indonesia. Wilayah negara Brunai hanya berada di wilayah pesisir pantai (sementara Serawak dan Sabah berbatas hingga ke pedalaman). Dalam hubungan ini bagaimana hubungan Inggris dengan (kerajaan) Brunai di masa lampau?


Brunei terdiri dari dua bagian yang tidak berkaitan; 97% dari jumlah penduduknya tinggal di bagian barat yang lebih besar, dengan hanya kira-kira 10.000 orang tinggal di daerah Temburong, yaitu bagian timur yang bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 470.000 orang. Dari bilangan ini, lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibu kota Bandar Seri Begawan. Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seria yang menghasilkan minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah kampung halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan rekreasi Royal Dutch Shell dan British Army. Klub Panaga yang terkenal terletak di sini. Iklim Brunei ialah tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar matahari serta hujan lebat sepanjang tahun. Brunei dibagi atas empat distrik: Belait, Brunei dan Muara; Temburong; dan Tutong. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah mengapa Brunai wilayahnya kecil diantara wilayah Serawak dan Sabah? Seperti disebut di atas, wilayah Brunai hanya wilayah kecil dan jauh lebih luas dari wilayah Serawak dan wilayah Sabah. Apa yang terjadi di masa lampau? Lalu bagaimana sejarah mengapa Brunai wilayahnya kecil diantara wilayah Serawak dan Sabah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.