Jumat, 19 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (784): Dilema Bahasa Belanda di Indonesia; Mahasiswa Ilmu Sejarah Tidak Bahasa Belanda, Lantas?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tidak banyak negara, sejarah Indonesia adalah sejarah yang sangat khas. Sejarah kemerdekaan Indonesia dapat dikatakan masih seumur jagung. Namun sejarah kehadiran Belanda di Indonesia (berkoloni dan menjajah) itu ratusan tahun. Yang jelas kini bahasa Belanda di Indonesia tidak popular, bahkan menjadi kerap diolok-olok. Sebagai gantinya bahasa Inggris yang popular. Namun kurangnya orang Indonesia yang tidak bisa berbahasa Belanda, memiliki dampak pada penulisan narasi sejarah Indonesia.


Pada masa lampau orang Indonesia (baca; pribumi di Hindia Belanda) awalnya mempertanyakan arti pengetahuan bahasa Belanda. Ketika Pemerintah Hindia Belanda ingin memperluas bahasa Belanda di berbagai jenis sekolah, termasuk sekolah guru banyak penentangan. Namun sikap ngotot pemerintah menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa resmi negara, terutama untuk tujuan belajar hingga perguruan tinggi, menjadi celah bagi siswa/mahasiswa pribumi (baca: Indonesia) untuk mendapat gelar sarjana. Dalam hal ini termasuk Ir Soekarni dan Drs Mohamad Hatta. Dengan modal bahasa Belanda dan level pendidikan dan pengertahuan yang menjadi lebih tinggi, diantara para pejabat yang umumnya bangsa Belanda, para golongan muda Indonesia mulai memperjuangkan kemerdekaan. Cita-citanya dapat dicapai. Lalu dengan modal kemerdekaan, dalam arti luas, bahasa Belanda dicampakkan. Hal itulah mengapa di Indonesia pada masa ini nyaris tak berbilang orang Indonesia yang bisa berbahasa belanda, termasuk dalam bahl ini mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah di perguruan tinggi. Ada untungnya mengentaskan bahasa Belanda dari Indonesia, tetapi apa ruginya dalam penulisan narasi sejarah Indonesia?

Lantas bagaimana sejarah dilema bahasa Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, bahasa (bangsa) Belanda begitu lama berkoloni dan menjajah di Indonesia, sehingga Ketika perjuangan kemerdekaan penuh, maka bahasa Belanda secara alamiah terentaskan. Lalu bagaimana sejarah dilema bahasa Belanda di Indonesia?Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (783): Bahasa Belanda Mahasiswa Ilmu Sejarah; Upaya Meningkatkan Narasi Sejarah Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada program studi Ilmu Sejarah dan program studi Bahasa Belanda. Namun apakah itu terhubung satu sama lain? Berbeda dengan di Malaysia, bahasa Inggris menjadi utama, di Indonesia bahasa Belanda sudah lama dientaskan. Seberapa orang Indonesia yang masih bisa berbahasa Belanda? Sejarah khusus berapa orang mahasiswa Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda? Lebih khusus lagi seberapa banyak dosen Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda. Yang jelas dosen Ilmu Sejarah di Indonesia umumnya bisa berbahasa Inggris. Lalu, masalahnya apa?


Pertanyaan-pertanyaan di atas, sepintas tampaknya tidak terlalu penting dalam dunia perguruan tinggi di Indonesia pada masa ini. Namun jika dibalik pertanyaannya: bagaimana kualitas narasi sejarah Indonesia ditulis oleh para ahli sejarah (sejarawan) dan dosen Ilmu Sejarah tanpa bisa berbahasa Belanda? Pertanyaan serupa ini tidak relevan ditanyakan di Malaysia, karena umumnya mereka bisa berbahasa Inggris. Fakta pertama pertama bahwa sejarah Indonesia banyak perbedaanya dengan sejarah Malaysia. Malaysia (baca: Federasi Melayu) mendapatkan kemerdekaan dari Inggris tahun 1957. Pada tahun 1957 ini di Indonesia, orang-orang Belanda di Indonesia hampir semuanya pulang ke Belanda. Sejak inilah bahasa Belanda mulai secara perlahan menghilang di Indonesia. Fakta kedua yang lebih penting dalam hal ini bahwa data sejarah Indonesia (sejak 1957) umumnya ditulis/tertulis dalam bahasa Belanda. Lalu pertanyaannya: Apa dampak mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah serta ahli sejarah (sejarawan) tidak bisa berbahasa Belanda? Yang jelas banyak narasi sejarah Indonesia ditulis oleh yang tidak berbahasa Belanda.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Belanda mahasiswa Ilmu Sejarah? Seperti disebut di atas, ditanyakan seberapa banyak mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda, sementara data sejarah Indonesia yang lebih tua umumnya ditulis/tertulis dalam bahasa Belanda. Apakah dalam hal ini diperlukan peningkatan kemampuan berbahasa Belanda mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah agar dapat memberi dampak pada peningkatan mutu narasi sejarah Indonesia?  Lalu bagaimana sejarah bahasa Belanda mahasiswa Ilmu Sejarah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 18 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (782): Sulawesi Bagian Selatan dan Geomorfologi; Prasasti Seko dan Hubungan Sumatra dan Filipina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama-nama tempat yang telah dikenal sejak masa lampau di wilayah Sulawesi bagian selatan antara lain Makassar, Luwu, Selajar dan Buton (lihat teks Negarakertagama 1365 M). Dalam teks ini tidak ada nama yang disebut di wilayah Sulawesi bagian utara. Yang disebut hanya berada di selatan teluk Tomini (Banggai). Satu yang penting di wilayah dimana Makassar kemudian berdiri suatu kerajaan yang kemudian menjadi kerajaan terkenal Gowa-Tallo. Di wilayah Luwi (teluk Bone) tetap sepi sendiri. Mengapa?


Seperti di wilayah Sulawesi bagian utara, sejatinya di wilayah Sulawesi bagian selatan sudah sejak di masa lampau terdapat peradaban awal (pra sejarah). Ini mengindikasikan bahwa wilayah Sulawesi bagian selatan bukanlah wilayah kosong. Hal ini juga ditemukannnya prasasti Seko di jantung Sulawesi (yang didahului pedabana megalitik). Terbentuknya (kerajaan) dimana ditemukan nama-nama tempat dalam teks Negarakertagama (1365) haruslah dipandang sebagai kelanjutan peradaban yang sudah ada di zaman sebelumnya/kuno. Adanya kota-kota di wilayah Sulawesi bagian selatan, terutama nama Makassar dan Luwu, serta Boeton (teks Negarakertagama 1365) mengindikasikan adanya pusat-pusat perdagangan yang penting di nusantara jauh sebelum terbentuknya kerajaan Goa-Tallo. Dalam perkembnangannya wilayah Sulawesi bagian selatan menjadi sangat penting bagi orang Portugis, lebih-lebih pada era VOC/Belanda? Mengapa?

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi bagian selatan? Seperti disebut di atas, sejarah Sulawesi bagian selatan tidak dimulai dari era Kerajaan Gowa-Tallo tetapi jauh sebelumnya. Bahkan sejak zaman kuno. Dalam hal ini apakah ada hubungan sejarah Sulawesi bagian selatan dengan Sumatra dan Filipina? . Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi bagian selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (781): Sulawesi Bagian Utara dan Geomorfologi; Prasasti Minahasa - Prasasti Seko di Jantung Pulau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa sejarah semenanjung Minahasa (Sulawesi bagian utara) kurang dikenal pada era Portugis? Lalu mengapa pada era VOC, Belanda mengusir Spanyol dari (wilayah) Manado dan pulau-pulau di Sangir dan Talaud? Yang lebih dikenal pada era Portugis adalah wilayah Maluku (dan tentu saja di Nusa Tenggara, Jawa, Sumatra dan Semenanjung Malaya dan pantai utara Borneo). Sejarah di wilayah Sulawesi bagian utara sedikit terisolasi relative terhadap di Sulawesi bagian selatan.


Di wilayah Semenanjung Minahasa pada era Portugis hanya ditemukan aktivitas di wilayah dimana ditemukan benteng Portugis di Amurang. Wilayah Semenanjung Minahasa baru dikenal secara baik pada paruh kediua kehadiran Belanda (VOC) dimana pada tahun 1657 VOC mengusir Spanyol dari (pulau) Manado (tua) di utara kota Manado yang sekarang dan kemudian mendirikan benteng Amsterdam di muara sungai Tondano pada tahun 1659. Sejak inilah nama Manado semakin terkenal bahkan hingga pada era Pemerintah Hindia Belanda. Meski demikian, sesungguhnya wilayah Sulawesi bagian utara termasuk yang memiliki peradaban tua di masa lampau (jauh sebelum kehadiran orang Eropa). Peradaban tertua itu diduga di wilayah dimana kini ditemukan prasasti Watut Pinawetengan di sekitar gunung Empung yang tidak jauh dari benteng Portugis di Amarung. Peradaban awal di Semenanjung Minahasa diduga sejaman dengan peradaban di jantung Sulawesi di sekitar wilayah Poso dan danau Lindu (prasasti Seko).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi Bagian Utara? Seperti disebut di atas, wilayah Sulawesi bagian utara termasuk wilayah perdaban tua. Hal ini sesuai dengan temuan adanya prasasti Minahasa hingga Prasasti Seko di jantung pulau. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi Bagian Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 17 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (780): Pantai Benua Australia dan Geomorfologi; Pelaut Nusantara, Portugis, Belanda dan Inggris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti artikel sebelum ini, navigasi pelayaran Nusantara tidak hanya mencapai pantai timur Tiongkok tetapi juga pantai-pantai di benua Australia, bahkan Pasifik di Selandia Baru. Navigasi pelayaran nusantara tersebut sudah dilakukan jauh sebelum kehadiran orang-orang Eropa. Pada saat pelaut-pelaut Eropa (Portugis dan Belanda/VOC) mencapai pantai-pantai di Australia sudah terdapat koloni orang Nusantara (ini luput perhatian dalam narasi sejarah). Dimana koloni nusantara itu berada, tentulah menarik untuk diperhatikan. Seperti biasanya pemukiman awal berada di muara-muara sungai besar. Mengapa?


Pelaut Eropa pertama yang mencapai Australia adalah pelaut-pelaut Portugis. Jalur navigasi pelayaran yang mereka gunakan awalnya adalah jalur navigasi pelayaran orang nusantara dan perdagang-pedagang Moor melalui pantau barat dan pantai selatan Papua hingga mencapai pantai timur Australia. Hal itulah kemudian nama selat yang memisahkan pulau Papua dan daratan Australia disebut selat Torres (nama seorang pelaut Portugis). Tampaknya tidak terlalu menarik perhatian para pedagang-pedagang Portugis, yang lebih memilih konsentrasi di kepulauan Maluku. Pada tahun 1605 pelaut Belanda mengusir orang Portugis di Amboina (tamat sudah seabad Portugis di Maluku). Pada tahun 1613 pelaut Belanda mengusir Portugis di Koepang (Portugis bergeser ke bagian timur pulau Timor/kini Timor Leste). Pada tahun 1641 VOC/Belanda kembali mengusir Portugis, kini giliran di Malaka, lalu pada tahun 1642 mengusir Portugis di Kamboja dan teluk Tonkin (Hanoi yang sekarang). Praktis koloni Portugis hanya tersisa di pulau Timor dan di Makao (pantai timur Tiongkok). Setahun kemudian giliran pelaut Belanda yang mencapai Australia tahun 1643. Ekspedisi Belanda yang dipimpin Abel Tasman tersebut sangat unik. Ekspedisi justru dimulai dari pulau Madagaskar (Afrika Selatan) dengan membawa orang-orang Madagaskar yang berbahasa Melayu untuk melintasi selatan Lautan India hingga mencapai pantai selatan Australia. Ekspedisi ini kemudian memutari pantai tenggara Australia melewati pulau-pulau di Selandia Baru terus ke pantai utara Papua hingga ke Amboina. Selanjutnya dari Amboina ekspedisi menuju Batavia. Pulau besar di selatan Australia kemudian ditabalkan dengan nama pulau Tasmania. Lalu giliran pelaut Inggris melakukan ekspedisi ke Australia dan Pasifik pada tahun 1772 yang dipimpin oleh James Cook yang mengawali ekspedisi dari Batavia. Orang-orang Inggris sejak tahun 1776 membentuk koloni di pantai tenggara Australia (kini Sidney). Sejak itu orang-orang Belanda terusir dari Australia. Putus sudah hubungan navigasi pelayaran orang nusantara ke Australia.

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti disebut di atas, benua Australia sudah sejak masa lampau pelaut-pelaut Nusantara mencapai Australia dan kemudian secara bertahap disusul pelaut-pelaut Eropa yang dimulai Portugis yang kemudian diikuti pelaut Belanda dan terakhir oleh pelaut Inggris (yang menjadi pangkal perkara hubungan nusantara dan Australia terputus). Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (779): Pantai Timur Tiongkok dan Geomorfologi;Navigasi Pelayaran Nusantara Mencapai Kota Canton


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mungkin anda bertanya, untuk apa harus memahami geomorfologi pantai timur Tiongkok. Bukankah itu suatu yang jauh dan suatu yang tidak terkait dengan nusantara? Nah disitulah tantangannya dalam penyelidikan sejarah. Faktanya, sebelum orang Tiongkok menjadi pelaut, orang-orang Nusantara sudah memiliki kemampuan navigasi pelayaran perdagangan hingga pantai timur Tiongkok. Suatu yang jauh menjadi prestasi sediri dan yang diduga tidak terkait bahwa faktanya ada hubungan yang erat antara nusantara dan Tiongkok pada masa lampau, khususnya pantai timur.


Pada zaman kenabian (Muhamad SAW masih hidup), menurut catatan Tiongkok abad ke-7 pada Dinasti Tang sudah ada perkampongan orang Arab di Canton. Dalam catatan itu tidak disebutkan apakah ada perkampongan oraang asal Nusantara. Catatan Tiongkok dari Dinasti Han, orang nusantara yang mencapai Tiongkok terjadi pada abad ke-2. Disebutkan utusan Raja Yeh-tiao (kerajaan di selatan lautan) menghadap Kaisar Tiongkok di Peking dalam rangka membuka pos perdagangan (sejumlah penbeliti era Hindia Belanda pos perdagangan itu diduga Nha Trang, Vietnam yang sekarang yang mana ditemukan prasasti Vo Chan daro abad ke-3. Satu yang penting dari adanya perkampongan Arab di Canton dibentuk oleh para pelaut/pedagang Arab yang tekah mencapai Tiongkok. Pelaut-pelaut Arab diduga sebelumnya telah membentuk perkampongan di Baroes, pantai barat Sumatra di Tapanuli. Kini terdapat makam tua Islam yang diduga berasal dari Persia/Arab di Barus

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Tiongkok? Seperti disebut di atas, jauh sebelum orang Tiongkok menjadi pelaut, navigasi pelayaran Nusantara sudah mencapai pantai timur Tiongkok dan pulau Tainan/Taiwan. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai timur Tiongkok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.