Kamis, 18 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (781): Sulawesi Bagian Utara dan Geomorfologi; Prasasti Minahasa - Prasasti Seko di Jantung Pulau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa sejarah semenanjung Minahasa (Sulawesi bagian utara) kurang dikenal pada era Portugis? Lalu mengapa pada era VOC, Belanda mengusir Spanyol dari (wilayah) Manado dan pulau-pulau di Sangir dan Talaud? Yang lebih dikenal pada era Portugis adalah wilayah Maluku (dan tentu saja di Nusa Tenggara, Jawa, Sumatra dan Semenanjung Malaya dan pantai utara Borneo). Sejarah di wilayah Sulawesi bagian utara sedikit terisolasi relative terhadap di Sulawesi bagian selatan.


Di wilayah Semenanjung Minahasa pada era Portugis hanya ditemukan aktivitas di wilayah dimana ditemukan benteng Portugis di Amurang. Wilayah Semenanjung Minahasa baru dikenal secara baik pada paruh kediua kehadiran Belanda (VOC) dimana pada tahun 1657 VOC mengusir Spanyol dari (pulau) Manado (tua) di utara kota Manado yang sekarang dan kemudian mendirikan benteng Amsterdam di muara sungai Tondano pada tahun 1659. Sejak inilah nama Manado semakin terkenal bahkan hingga pada era Pemerintah Hindia Belanda. Meski demikian, sesungguhnya wilayah Sulawesi bagian utara termasuk yang memiliki peradaban tua di masa lampau (jauh sebelum kehadiran orang Eropa). Peradaban tertua itu diduga di wilayah dimana kini ditemukan prasasti Watut Pinawetengan di sekitar gunung Empung yang tidak jauh dari benteng Portugis di Amarung. Peradaban awal di Semenanjung Minahasa diduga sejaman dengan peradaban di jantung Sulawesi di sekitar wilayah Poso dan danau Lindu (prasasti Seko).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi Bagian Utara? Seperti disebut di atas, wilayah Sulawesi bagian utara termasuk wilayah perdaban tua. Hal ini sesuai dengan temuan adanya prasasti Minahasa hingga Prasasti Seko di jantung pulau. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Sulawesi Bagian Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Geomorfologi Sulawesi Bagian Utara; Prasasti Minahasa hingga Prasasti Seko di Jantung Pulau

Tunggu deskripsi lengkapnya

Prasasti Minahasa hingga Prasasti Seko di Jantung Pulau: Apakah Ada Perubahan Geomorfologis?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar