Rabu, 28 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (15): Jalan Raya di Bangka dan Belitung; Dulu Coast to Coast, Kini Jalan Raya Antar Kota di Dalam Pulau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pada masa ini di pulau Bangka dan pulau Belitung, antara satu kota dengan kota lain terhubung dengan jalan raya. Jaringan jalan yang melintasi di seluruh pulau kini menjadi domain dalam pencarian lokasi geografis (shareloc) dan jalan raya menjadi pananda navigasi visual (googleearth). Semua itu di masa lampau bermula dari pelayaran laut (coast to coas) hingga munculnnya rintisan jalan darat, yang terus berkembang hingga zaman Now.


Seperti halnya sejarah Kesehatan penduduk, sejarh jalan raya di pulau Bangka (dan pulau Belitung) tidak hanya tidak terinformasikan tetapi juga tidak terperhatikan. Sejarah perjalanan di pulau Bangka, hanya dikaitkan dengan sejarah kota-kota pelabuhan yang tidak terhubung satu sama lain, karena yang diperhatikan adalah lalu lintas pelayaran di pulau Bangka dan Belitung melalui laut (yang berbeda dengan di pantai timur Sumatra seperti di wilayah provinsi Sumatra Selatan dan provinsi Jambi yang sekarang yang dihubungkan dengan lalu lintas sungai. Oleh karena itulah, sejarah jaringan jalan di pulau Bangka dan pulau Belitung terlupakan dan terabaikan. Fakta bahwa masa kini, kita di Bangka dan Belitung sehari-hari menjalani kehidupan melalui jalan-jalan raya.

Lantas bagaimana sejarah jalan raya di pulau Bangka dan pulau Belitung? Seperti disebut di atas, hal itu kurang terperhatikan, faktanya kini kita hidup menggunakan jalan raya. Dulu Coast to Coast melalui laut, kini jalan antar kota di dalam pulau. Lalu bagaimana sejarah jalan raya di pulau Bangka dan pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (14): Kesehatan dan Dokter di Bangka dan Belitung; Tempo Doeloe Bagaimana? Kini RSUD Ir Soekarno


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah kesehatan di pulau Bangka dan pulau Belitung (kini provinsi Bangka Beliting) adalah satu hal, sejarah Ir Soekarno adalah hal lain lagi, Namun kini nama Ir. Soekarno ditabalkan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di provinsi Bangka Belitung. Apakah Ir Soekarno adalah dokter? Tentu tidak. Yang jelas Ir. Soekarno disebutkan pernah diasingkan di Pulau Bangka. Okelah. Sebab di Medan juga ada nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik.


Sejarah kesehatan nyaris tidak terperhatikan, apalagi sejarah kesehatan di daerah. Apakah karena dianggap penting, itu tidak menjadi soal, tetapi (bidang) kesehatan dan kehadiran dokter adalah bagian dari sejarah. Dalam pembentukan cabang pemerintah, setelah bidang ekonomi (perdagangan dan infrastruktur jalan serta pertanian), pengembangan Kesehatan masyrakat dan peningkatan pendidikan penduduk adalah bertujuan agar terbentuk produktivitas penduduk/masyarakat yang lebih baik. Hal itulah mengapa pembangunan kesehatan penduduk/masyrakat pada era Pemerintah Hindia Belanda menjadi bagian dari kebijakan umum pemerintah daerah. Pengembangan fasilitas kesehatan untuk peningkatan status kesehatan msyarakat melalui pembangunan fasilitas Kesehatan, seperti RSUD Ir Soekarno adalah kelanjutan program pengembangan kesehatan penduduk sejak masa lampau (era Pemerintah Hindia Belanda). 

Lantas bagaimana sejarah kesehatan dan pengadaan dokter di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, pengembangan Kesehatan penduduk adalah bagian sejarah yang tidak bisa diabaikan. Sejarah tetaplaj sejarah. Puncak pengembangan Kesehatan di Bangka Belitung kini direpersentasikan dengan pembangunan rumah sakit yang diberi nama Ir Soekarno. Lalu bagaimana sejarah kesehatan dan pengadaan dokter di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 27 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (13): Karimata dan Selat antara Pulau Belitung dan Kalimantan; Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Dulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Nama Karimata yang berada diantara pantai barat pulau Kalimantan dan pulau Belitung hingga ini hari masih eksis, sebagai nama pulau dan juga nama selat. Nama pulau Karimata juga digunakan sebagai nama kawasan (kepulauaa) di sekitar pulau Karimata. Kepulauan ini berada di wilayah kabupaten Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat. Namun artikel ini tidak dalam konteks pantai barat Kalimantan, tetapi kepulauan Bangka dan Belitung.


Selat Karimata adalah selat luas yang menghubungkan Laut Natuna dengan Laut Jawa. Selat ini terletak di antara Pulau Sumatra dan Kalimantan di Indonesia. Lebar selat ini sekitar 207 km apabila diukur dari Kalimantan hingga Pulau Belitung. Belitung dipisahkan dari Pulau Bangka oleh Selat Gaspar. Bangka terletak dekat pesisir timur Sumatra yang dipisahkan oleh Selat Bangka. Kepulauan Karimata terletak di Selat Karimata. Selat Karimata juga merupakan salah satu selat terbesar di Indonesia. Tempat ini juga menjadi lokasi jatuhnya pesawat Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 yang menewaskan 162 penumpang dan awak pesawat pada 28 Desember 2014 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah selat Karimata, antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas, selat Karimata adalah selat yang cukup lebar antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan yang Namanya mengambil nama pulau Karimata. Penamaan selat sejak era navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno. Lalu bagaimana sejarah selat Karimata, antara pulau Belitung dan pulau Kalimantan?? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (12): Bajak Laut, Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda; Hak Ulayat Laut - Penghapusan Perbudakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Peperangan, diantara perdamaian, perbudakan dan bajak laut adalah praktek yang sudah ada sejak zaman kuno (bahkan hingga ini hari). Hanya bentuknya yang agak berbeda. Perdagangan adalah sumber kemakmuran untuk membangun dan mengembangkan kekuasaan yang lebih besar (imperium). Demikian juga yang terjadi di wilayah nusantara. Salah satu yang diperdagangkan dalam konteks ini adalah hasil penculikan penduduk dan tawanan perang. Dala hubungan inilah praktek bajak laut menjadi sumber perdebatan akademik.


Budak dan praktek perbudakan adalah sistem berlaku umum sejak zaman kuno, di seluruh muka bumi. Adanya orang Afrika di (benua) Amerika tidak sepenuhnya soal migrasi dan penempatan pekerja dalam dunia perdagangan, pertambangan dan perrtanian, tetapi juga di dalamnya ada bagian dari praktek perbudakan yang dihubungkan dengan perdagangan (dalam hal ini termasuk perdagangan manusia). Tidak ada hukum internasional yang melarang praktek itu. Intensitas itu dengan jelas terjadi pada era Portugis di nusantara. Pada era VOC, kapal-kapal Belanda dari Belanda ke Hindia Timur dan sebaliknya, dipersenjatai dan pelayaran dilakukan dengan rombongan (konvoi). Kejadian pertempuran dengan para bajak laut terjadi lautan Hindia, pantai-pantai Afrika bahkan hingga sekitar Giblartar. Pemerintah VOC juga memanfaatkan hasil perdagangan budak dengan membeli di pasar gelap bahkan tidak hanya para pimpinan kerajaan-kerajaan dan juga para bajak laut. Praktek ini tetap massif pada era Pemerintah Hindia Belanda. Konvensi soal perdagangan manusia kemudian diratifikasi Kerajaan Belanda yang dengan sendirinya Pemerintah Hindia Belanda mengikuti dan mulai melakukan Tindakan secara bertahap (pembebasan budak) dan juga tidakan pencegahan praktek perdagangan budak yang di belakangnya juga berdiri para bajak laut, bahkan ada yang bekerjasama dengan kerajaan-kerajaan.  

Lantas bagaimana sejarah bajak laut di Bangka Belitung Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda? Sepereti disebut di atas, praktek bajak laut sudah ada sejak lama, bahkan di wilayah perairan pantai timur Sumatra. Orang-orang Eropa tidak membedakan praktek bajak laut sebagai criminal dengan bajak laut yang diorganisasikan (termasuk oleh negeri atau kerajaan-kerajaan). Dalam hubungan ini, ada hak tradisional di satu sisi sebagai hak ulayat laut dan upaya penghapusan perbudakan oleh Pemerintah Hindia Belanda yang notabene juga terkait dengan praktek bajak laut. Lalu bagaimana sejarah bajak laut di Bangka Belitung Angkatan Laut Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 26 September 2022

Sejarah Bangka Belitung (11): Selat Bangka dan Selat Gaspar; Narasi Riwayat Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Zaman Kuno


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Dalam artikel sebelum ini, dibicarakan geomorfologi pulau Bangka dan pulau Belitung. Artikel ini membicarakan selata Bangka dan selata Gaspar yang memisahkan pulau Sumatra di satu sisi dan yang memisahkan diantara pulau Bangka dan pulau Belitung di sisi lain. Bagaimana sejarah selat Bangka dan selat Gaspar sejak awal navigasi pelayaran perdagangan? Siapa yang peduli.


Dalam laman Wikipedia deskripsi selat Bangka hanya secuil: ‘Selat Bangka adalah selat yang memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka, di perairan sebelah barat Laut Jawa. Selat Bangka juga memisahkan Provinsi Sumatra Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung’. Sementara selat Gaspar, sebagai berikut: ‘Selat Gaspar adalah sebuah selat yang memisahkan pulau Bangka dan Belitung. Selat Gaspar adalah bagian dari dangkalan Sunda yang kedalamannya kurang dari 200 meter. Selat Gaspar terkenal karena menjadi tempat banyak situs kapal karam. Selat Gaspar sejak zaman dahulu berperan penting sebagai jalur pelayaran antara kapal-kapal dari arah Selat Malaka dan Tiongkok ke Jawa. Wilayah ini masuk ke dalam wilayah laut provinsi Bangka Belitung yang terdapat Pulau Gaspar, atau Pulau Glassa, kurang lebih 24 mil dari utara Pulau Tengah dan 18 mil dari Tanjong Brekat’. Apa hanya itu saja? Mari kita cari tahu!

Lantas bagaimana sejarah Selat Bangka dan Selat Gaspar? Seperti disebut di atas, sejarah selat Bangka dan selat Gaspar kurang terinformasikan. Bagaimana riwayat navigasi pelayaran perdagangan sejak zaman kuno di selat Bangka dan selat Gaspar nyaris tidak terperhatikan. Lalu bagaimana sejarah Selat Bangka dan Selat Gaspar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (10):Pulau Bangka dan Pulau Belitung dalam Era Zaman Kuno; Studi Geomorfologi vs Teori Paparan Sunda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Bangka dan pulau Belitung, itulah yang dikenal pada masa ini. Namun, hanya satu dua peneliti yang berbicara tentang zaman kuno pulau Bangka dan pulau Belitung. Dalam artikel ini dibicarakan bagaimana bentuk pulau Bangka dan pulau Belitung di masa lampau. Dalam hal ini ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi di (kepulauan) Bangka dan Beliting. Namun narasi sejarah kepulauan Bangka dan Belitung dihubungkan dengan keberadaan Paparan Sunda? Bagaimana secara geomorfologi?


Berdasarkan pemahaman selama ini sebagai berikut: ‘Secara geologi, Paparan Sunda adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Area ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta Km2. Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter, hal ini mengakibatkan kuatnya erosi dasar laut akibat gelombang laut. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Secara biogeografi, kawasan ini dikenal sebagai Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Besar termasuk Kalimantan, Sumatra, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan. Bukti bahwa pulau-pulau Sunda Besar pernah bersatu dengan benua Asia adalah sebaran jenis mamalia Asia seperti beberapa jenis kera, gajah, macan dan harimau yang ditemukan di benua Asia, Sumatra, Jawa, dan Bali; serta adanya Orangutan baik di Sumatra dan Kalimantan. Pada zaman es, permukaan laut turun, dan kawasan luas Paparan Sunda terbuka dan muncul di atas permukaan air dalam bentuk dataran rawa yang amat luas. Naiknya permukaan air laut pada saat gelombang es di kutub mencair sebanyak 14,6 sampai 14,3 kbp menaikan permukaan laut setinggi 16 meter dalam jangka waktu 300 tahun’ (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Bangka dan pulau Belitung dalam sejarah zaman kuno? Seperti disebut di atas, narasi sejarah cenderung mengaitkan dengan keberadaan Paparan Sunda. Mengapa demikian? Satu yang penting dalam hal ini sangat jarang para peneliti yang memperhatikannya secara geomorfologis. Lalu bagaimana sejarah pulau Bangka dan pulau Belitung dalam sejarah zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.