*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kapal Titanic adalah kapal raksasa. Kapal
yang tenggelam dari pelayaran dari Towns ke New York tangga 14 April 1912. Tenggelamnya
kapal Titanic juga menjadi berita besar di koran-koran di Hindia Belanda
seperti Batavia, Soerabaja, Semarang, Bandoeng, Padang dan Medan. Mengapa
berita tenggelamnya kapal Titanic begitu heboh di Hindia Belanda? Berita
tenggelamnya kapal juga terjadi di Hindia Belanda, Kapal tersebut adalah kapal
van der Wijck.
|
Kapal Van der Wjick (Soerabaijasch handelsblad, 20-10-1936) |
Tenggelamnya kapal Titanic dan juga tenggelamnya kapal
van der Wijck menjadi berita yang menarik di Hindia dan mendapat liputan yang
luas. Itu karena orang-orang Belanda yang ada di Hindia datang dari Belanda ke
Hindia menggunakan pelayaran jarak jauh. Tidak itu saja, di Hindia sebagai
wilayah kepulauan, pelayaran adalah moda transportasi utama. Oleh karenanya,
orang-orang Belanda di Hindia sangat paham betul tentang urusan pelayaran. Berita
tenggelamnya kapal Titanic dan kapal Van der Wijck dengan sendirinya menjadi
pembicaraan semua orang.
Lantas bagaimana sejarah kapal Titanic itu
sendiri? Itu sudah banyak ditulis. Lantas apa perlunya ditulis kembali? Itu
dia. Artikel ini tidak mengulang tulisan sejarah Titanic secara keseluruhan,
tetapi mendeskripsikan detail yang tidak pernah diceritakan. Selain itu,
artikel ini juga memperkaya dengan berita-berita yang terkait sebelum dan
setelah kejadian di berbagai tempat sehingga memberikan gambaran kontekstual pada
waktu kejadian tenggelamnya kapal. Lalu bagaimana dengan sejarah kapal Van der
Wijck? Sangat minim informasinya. Untuk kedua kapal itu, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Itu terjadi pada era kolonial Belanda. Pada era
kemerdekaan Indonesia, juga pernah terjadi musibah di laut yakni tenggelamnya
Kapal Tampomas II tahun 1980. Kapal Tampomas II adalah kapal raksasa untuk
ukuran kapal Indonesia saat itu.
Kapal Titanic
Nama
Titanic sudah lama digunakan. Yang pertama kali menggunakan nama Titanic adalah
perusahaan baja Mushets Titanic Steel di Dresden, Jerman (lihat Nieuwe
Rotterdamsche courant : staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 30-01-1868).
Lalu muncul nama kapal. Kapal Titanic kali pertama terdeteksi di pelabuhan
Mobile, Alabama, USA tahun 1890 (lihat Algemeen Handelsblad, 27-01-1890). Kapal dengan nama
Titanic ini kemudian terdeteksi di pelabuhan Bremen, Jerman (Algemeen
Handelsblad, 26-01-1892). Demikian seterusnya kapal Titanic ini terdeteksi di
berbagai pelabuhan dalam kurun waktu hingga tahun 1900 di Rio de Jeneiro,
Tampa, Florida, Duitschland, Barbados, Liverpool, Harmburg, Trinidad,
Liverpool, London, Trinidad, Barbados, West Indie dan terakhir di pelabuhan
Lota (lihat Algemeen Handelsblad, 04-12-1900).
Sejak berada di
pelabuhan Lota tahun 1900, kapal Titanic tidak terdeteksi lagi. Kapal Titanic
ini diduga sebagai kapal dagang. Sebelumnya kapal Titanic ini adalah kapal
internasional yang melayari lautan di benua Amerika Utara, Eropa dan Amerika
Selatan. Sejak 1900 kapal internasional Titanic diduga telah turun kelas menjadi
kapal pelayaran regional di Amerika Selatan.
Setelah menghilangnya kapal dagang Titanic dari
publikasi internasional, pada tahun 1908 muncul kabar di Inggris bahwa White-Star
Company akan membangun dua kapal raksasa yang diberi nama Olympic dan Titanic
(lihat De Maasbode, 13-06-1908). Surat kabar yang terbit di Belanda tersebut
menyebutkan bahwa dua kapal yang beritonase 45.000 GT ini akan melampaui dua
kapal raksasa sebelumnya yang dimiliki Cunard Company, Mauretania dan Lusitania
yang masing-masing dengan bobot 31,000 GT. Kapal terbesar Belanda sendiri
adalah kapal Het Nieuwe Schipp dengan tonase 32,500 GT dan kapal Rotterdam
dengan tonase 24.149 GT.
Saat itu, di Belanda sudah terdapat sebanyak 20 mahasiswa
pribumi asal Hindia (baca: Indonesia). Salah satu diantaranya, mahasiswa senior
Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan menggagas didirikan organisasi
mahasiswa. Organisasi teresebut didirikan pada tanggal 25 Oktober 1908 di
Leiden yang mana Soetan Casajangan didaulat sebagai Presiden pertama. Soetan
Casajangan berangkat dari Batavia 5 Juli 1905 dan tiba di Rotterdam 30 Juli
1905 dengan kapal Prinses Juliana. Pada tahun 1908 kapal Prinses Juliana ini
akan digantikan dengan kapal baru yang lebih besar dengan bobot 3.000 GT
(panjang 363 kaki, yang akan mulai dipoerasikan
pada tahun 1910.
Juga disebutkan kapal Titanic akan dibangun
di dermaga Harland and Wolffdan di Belfast dan akan selesai dalam 21 bulan.
Kapal Titanic itu berukuran panjang 810 kaki (sekitar 275 M) dan lebar 78 kaki
(40 M). Kapal Titanic akan jauh lebih besar dari kapal Lusitania, tetapi dari
segi kecepatan lebih cepat Lusitania. Kapal Titanic dibuat dengan konsumsi
batubara yang lebih sedikit.
Kapal Lusitania panjang 210 M dengan kekuatan mesin sebesar
65.000 tenaga kuda pada kecepatan rata-rata 24,5 knot dengan perpindahan air
36.000 ton. Kapal Titanic dengan pemindahan air sebsar 50,000 ton. Satu
permasalahan kapal Lusitania adalah konsumsi batubara yang besar. Lusitania
dalam perjalanannya dari Queenstown (Inggris) ke Sandy Hook (Amerika) yang
ditempuh dalam perjalanan 4 hari 18 jam dan 40 menit telah mengkonsumsi 1.090
ton batu bara per hari untuk semua mesin dan instalasi mesin yang secara
keseluruhan perjalanan menghabiskan 4.996 ton batu bara (lihat Middelburgsche
courant, 25-06-1908).
Perkejaan kapal Olympic telah dimulai,
sementara kapal Titanic baru dimulai pada musim semi mendatang. Dua kapal ini
direncanakan melayani Trans-Atlantic dari Southhampton ke New York dan
sebelaiknya (De Telegraaf, 17-09-1908).
Kapal Titanic tidak unggul dalam kecepatan, tetapi unggul
dalam ukuran dan bahkan disebut kapal Titanic dapat dengan memudah menyimpan Menara
Eiffel berada di dalamnya. Kapal uap Jerman mengambil rekor kecepatan selama
beberapa tahun; tetapi sejauh menyangkut ukuran, kapal-kapal White Star Line
yang berada di garis depan. Kapal Titanick juga akan dilengkapi keindahan yang akan
jauh melebihi segalanya, yang bahkan sebagian besar kesenangan wisatawan dimana
dapat bermimpi. Kapal Titanic dirancang sebagai istana terapung dengan
kecepatan 21 knot. Kapal Titanic ditaksir akan menelan biaya pembuatan berkisar
antara 40 dan 50 juta Gulden (lihat Rotterdamsch nieuwsblad, 02-10-1908).
|
Rotterdamsch nieuwsblad, 29-01-1912 |
Akhirnya kapal Titanic selesai dibangun.
Sambil mempersiapkan manajemen kapal yang akan melakukan pelayaran pertama dari
Southampton menuju Newyork yan dijadwalkan pada tanggal 10 April 1912, tiket
sudah mulai dipasarkan sejak bulan Januari di seluruh Eropa termasuk di Belanda
(lihat Rotterdamsch nieuwsblad, 29-01-1912). Disebutkan di dalam iklan bahwa
kapal Titanic akan menempuh 4.5 hari ke New York dan 6 hari ke Canada. Iklan
ini dipasang di berbagai surat kabar dan bahkan iklan yang sama masih dimuat
sejumlah surat kabar hingga jelang keberangkatan, seperti surat kabar Rotterdamsch
nieuwsblad edisi tanggal 09-04-1912.
|
Kapal Titanic di pelabuhan Southampton (April 1912) |
Kapal Titanic
benar-benar berangkat dari Southampton tepat waktu pada tanggal 10 April 1912.
Kapal Titanic lebih dahulu menuju pelabuhan Cherbourg di Prancis untuk
mengambil penumpang lalu kemudian singgah di pelabuhan Queenstown (kini Qobh) di
Ireland dan selanjutnya mengarungi Samudra Atlantik menuju New York.
Saat pemberangkatan di pelabuhan Southampton
terjadi suatu kejadian yang tidak terduga (De Telegraaf, 11-04-1912).
Disebutkan kapal New York yang tengah berlabuh di dekatnya terhisap oleh
gelombang air yang ditimbulkan kapal Titanic pada saat pemberangkatan. Tujuh
tali tambang yang menambat kapal New York di pelabuhan putus yang mengakibatkan
kapal terseret ke laut. Peristiwa serupa juga pernah terjadi sebelumnya dimana
kapal yang tertambat putus oleh gerakan air yang ditimbulkan kapal Olympic dan kapal
tersebut menabrak kapal Olyimpic yang tengah beringsui menuju laut lepas.
Tunggu deskripsi
lengkanya
Kapal Van der
Wijck
Pagi
tanggal 20 Oktober 1936 pukul delapan pesan diterima oleh redaksi surat kabar
yang terbit di Hindia (baca: Indonesia) bahwa kapal Van der Wijck telah
tenggelam di Tandjong Pakis. Surat kabar tersebut antara lain surat kabar yang
terbit di Soerabaja yakni Soerabaijasch handelsblad dan De Indische courant;
surat kabar yang terbit di Batavia yakni Bataviaasch nieuwsblad dan Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie. Juga pesan diterima surat kabar yang
terbit di Medan, De Sumatra post. Semua surat kabar tersebut hingga siang hari sangat
sibuk mengumpulkan berita dan menempatkannya pada halaman depan (headline) untuk
terbit siang tanggal 20-10-1936.
|
Bataviaasch nieuwsblad, 20-10-1936 |
Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 20-10-1936 menulis ratapan di kolom pertama: ‘Selama
berabad-abad, kami orang Belanda berjuang melawan laut. Dengan tanggul dan
kunci kami telah mendorongnya kembali dari daratan, Anda tahu kami memiliki
kapal yang semakin besar dan semakin besar, kami memilikinya dengan semangat,
dan menaklukkan lautan dan dalam abad teknologi ini struktur kapal kami semakin
kuat, layanan radio yang sempurna telah memberi kami rasa aman. Namun, tetap
saja laut menang lagi’.
Berita tenggelamnya kapal Van der Wijck juga dengan
cepat sampai ke Belanda. Puluhan surat kabar di Belanda pada hari yang sama (20-10-1936)
memberitakan tenggelamnya kapal Van der Wjick. Ada perbedaan waktu antara
Batavia dan Amsterdam selama tujuh jam sehingga surat kabar yang terbit di
Belanda juga memberitakan pada hari yang sama tanggal 20-10-1936.
Tenggelamnya
kapal Van der Wijck sangat cepat hanya dalam tempo lima menit sejak sinyal SOS ‘kapal
miring berat’ diterima pukul 1.03 di pangkalan Angkatan Laut di Soerabaja.
Tidak ada sinyal berikutnya yang diterima. Meski tidak ada sinyal berikutnya,
segera kapal dan pesawat bergegas membantu mereka di tengah lautan malam yang masih
gelap gulita.
Kapal Van der
Wijck adalah pelayaran jarak pendek Batavia-Makassar (pp) via Buleleng,
Soerabaya dan Semarang. Pada pukul 9 malam hari Senin (19-10-1936) berangkat dari
pelabuhan Tandjong Perak, Soerabaja dengan tujuan Semarang dan Batavia, setelah
sebelumnya dari Buleleng dan Makassar.
Pada hari
kejadian sudah diidentifikasi yang selamat dan berapa orang yang tersisa yang
masih dicari. Sebagai suatu berita besar, pada hari itu juga menjadi viral di
semua surat kabar di Hindia Belanda dan di Eropa (Belanda). Satu kurang yang
dianggap penting dalam pemberitaan musibah ini adalah koran yang terbit di
Surabaya (Soerabaijasch handelsblad). Hal ini karena akses menuju TKP paling
cepat dan banyak jalur yang digunakan.
Soerabaijasch handelsblad, 21-10-1936: ‘Editor kami,
yang kemarin berangkat dengan kapal torpedo Banckert ke lokasi bencana, memberi
pesan kepada kami sebagai berikut: Kemarin sore Banckert melintasi tempat
bencana dengan sangat hati-hati; reruntuhan, dll. Ladang minyak yang tersebar
luas adalah indikasi menyedihkan dimana tragedi terjadi pada malam hari.
Gelembung minyak yang naik menunjukkan tempat dimana jatuhnya bangkai kapal,
yang posisinya ditentukan secara akurat. Menjelang matahari terbenam, Banckert
mengeluarkan pelampung awal. Kemarin sore kami mengunjungi kapten kapal Reael, Koning,
yang mengumumkan bahwa pada malam dimana bencana itu terjadi, pada jam 12.55
menit dia menerima sinyal lampu dari Van der Wijck tentang pantai lampu.
Sepuluh menit kemudian sinyal marabahaya datang yang tidak diterima di Reael
yang tidak memiliki nirkabel di kapal. Kapal ini kembali ke lokasi bencana
kemarin pagi dari Surabaya, mengamankan tiga sloop tak berawak. kegelapan
kembali Reael ke Surabaya; Banckert menjatuhkan jangkar, menunggu Pollux, yang
dimulai pukul setengah enam pagi ini dengan pemasangan pelampung gas di atas
bangkai kapal. Pekerjaan penyelamatan lebih lanjut tidak lagi berguna, sehingga
Bankert akan kembali ke Surabaya pada hari itu’.
Berita surat
kabar Soerabaijasch handelsblad, 21-10-1936 telah menginformasikan bahwa posisi
GPS kapal Van der Wijck telah ditemukan secara akurat. Pengukur posisi tentu
dilakukan dengan pengukuran navigasi yang lengkap. Sudah barang tentu dicatat dan
disimpan sebagai dokumentasi.
Tunggu deskripsi
lengkanya
Kapal Tampomas
Tunggu
deskripsi lengkanya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar