*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Tempo doeloe, di Bekasi ada produsen keju (fabriek kaas). Itu ada alasannya. Negeri Belanda adalah negeri produsen keju di Eropa. Tentu saja tidak sulit bagi orang Belanda untuk membuat keju, bahkan di Bekasi sekali pun. Produksi keju Bekasi dijual ke Batavia, tempat dimana terdapat banyak orang Eropa/Belanda. Jadi, keju dan orang Belanda tidak terpisahkan. Penduduk lokal (pribumi) boleh jadi tidak terlalu mengenal keju.
Tempo doeloe, di Bekasi ada produsen keju (fabriek kaas). Itu ada alasannya. Negeri Belanda adalah negeri produsen keju di Eropa. Tentu saja tidak sulit bagi orang Belanda untuk membuat keju, bahkan di Bekasi sekali pun. Produksi keju Bekasi dijual ke Batavia, tempat dimana terdapat banyak orang Eropa/Belanda. Jadi, keju dan orang Belanda tidak terpisahkan. Penduduk lokal (pribumi) boleh jadi tidak terlalu mengenal keju.
Pedati penumpang tempo doeloe, 1870 |
Penduduk pribumi sangat akrab dengan ternak dan
dunia peternakan dalam menghasilkan susu. Keju dengan bahan dasar susu menyebabkan
orang Belanda dan orang pribumi terhubung. Susu yang sehat menghasilkan keju
yang baik dan sehat. Atas dasar inilah pemerintah Hindia Belanda cukup peduli
terhadap lapangan usaha pribumi ini. Tentu saja tidak hanya itu. Ternak juga
digunakan pribumi untuk banyak hal: membajak sawah, menarik gerobak (pedati) untuk
membawa batang dan tentu saja untuk kebutuhan daging dalam pesta besar. Ini
juga menyebabkan pemerintah Hindia Belanda cukup peduli terhadap ternak pribumi
ini.
Pedati pengangkut tebu, 1902 |
Epidemik Ternak di Tjabangboengin, 1865
Ternak dan peternakan boleh jadi seumur dengan
peradaban. Namun persoalan penyakit (epidemik) ternak di Indonesia (baca:
Hindia Belanda) dan catatan tertua baru ditemukan pada tahun 1865. Dilaporkan penyakit
ternak besar pecah di Tjabangboengin dan Telok Djambe (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-07-1865). Ahli bedah hewan pemerintah
segera dikirim ke TKP untuk menyelidikinya. Hasilnya, ditemukan penyakit
antraks.
Perhatian
terhadap kesehatan ternak sudah disadari pemerintah lebih awal. Pemerintah
mendatangkan dokter-dokter hewan dari Belanda. Pada tahun 1861 di Soerabaja mulai
dirintis sekolah kedokteran hewan untuk melatih sejumlah pemuda pribumi. Ahli
bedah hewan yang ada di Soerabaja inilah yang diduga didatangkan ke Bekasi.
Identifikasi penyakit ternak di District Bekasi tepat berada di tangan ahlinya.
Hasil penyelidikan dokter hewan dari Soerabaja
ini mengindikasikan bahwa penyakit ternak kerbau yang diselidiki identik dengan
antraks (penyakit tertua ternak besar). Para ahli ini tidak berdaya menyelamatkan
hewan yang sekarang dan banyak yang telah mati, gejala penyakitnya sudah lama
berlangsung dan sulit ditangani. Namun begitu, para ahli ini menemukan
sebab-sebab munculnya epidemik tersebut.
Sebab
pertama karena kurangnya perawatan yang dilakukan oleh penduduk terhadap
ternaknya. Ternak mengikuti alamnya, selepas makan berendam di kubangan lumpur
semalaman. Perilaku hewan ini juga ditemukan pada perilaku pemiliknya yang
kurang memperhatikan kandang ternak yang kotor dan basah. Hal inilah yang diduga
menyebabkan kuman yang menyebabkan antraks berkembang biak dengan cepat.
Peristiwa epidemik ini telah menemukan jalan ke upaya pencegahan. Sekolah
kedokteran hewan bagi pribumi menjadi perlu.
Satu abad sebelum kejadian epidemik ini, di Tandjoeng
West (kini Tanjung Barat) terdapat peternakan besar yang dikelola oleh orang
Eropa/Belanda, Andries Duurkoop. Peternakan Tandjoeng West ini mengusahakan
sebanyak 5.000 ekor sapi dengan mempekerjaan sebanyak 400 budak. Usaha
peternakan (ranch) Tandjoeng West memasok kebutuhan susu segar ke Batavia. Jhos
Rach sempat mengabadikan land Tandjong West lewat beberapa lukisan pada tahun 1760.
Untuk menunjukkan kekagumannya, Jhos Rach menyebut ranch Tandjoeng West ini
bagaikan Frisia di timur (Oostvriesland).
Land Tandjong West, latar G. Salak (lukisan 1760) |
Pada tahun 1780 Jan Andries Duurkoop diketahui
tidak mampu lagi membayar kepada tenaga kerjanya (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 17-08-1893). Namun tidak dijelaskan sebab-sebabnya mengapa
demikian. Apakah ada kaitannya dengan penyakit ternak? Pada tahun 1791 Jan Andries Duurkoop
diketahui telah meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan seorang
anak yang masih kecil. Tampaknya sang istri yang ditinggal tidak meneuskan
ranch ini. Ranch Tandjoeng West tamat.
Meski
ranch Tandjoeng West ini telah berakhir, tetapi peternakan-peternakan kecil
yang dikelola penduduk bermunculan di berbagai tempat seperti di Lenteng
Agoeng, Djagakarsa dan Pondok Ranggon. Penduduk yang mengusahakan peternakan
sapi skala kecil ini besar dugaan adalah para mantan cowboy-cowboy dari ranch
Tandjoeng West. Usaha-usaha peternakan skala kecil pada gilirannya, diduga
telah berkembang di daerah aliran sungai Bekasi.
Peternakan sapi penduduk dan ternak besar
penduduk penghela pedati (kerbau) dan kereta (kuda) menjadi satu paket
perhatian pemerintah. Sapi, kerbau dan kuda harus dijaga kelangsungannya
mungkin demikian cara berpikir pemerintah sehingga harus mendatangkan dokter
hewan dari Belanda. Itulah awal kehadiran dokter-dokter hewan Belanda dan
menjadi awal mula rintisan sekolah kedokteran hewan di Soerabaja yang kemudian
mereka dapat bertemu dengan penduduk di Bekasi yang resah dengan ternak-ternak
mereka yang sekarat dan sudah banyak yang mati.
Industri Keju dan Sekolah Kedokteran Hewan di Buitenzorg
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ini menjadi salah satu artikel yang cukup menarik ...
BalasHapusBerbagai jenis keju lainnya.
Keju4d Slot Gacor | Daftar Keju4d | Login Keju4d
Keju4d Pragmatic Slot | Register Keju4d | Masuk Keju4d
Keju4d PG Soft | Join Keju4d | Slot Keju4d
Keju4d Slot Habanero | Sign Up Keju4d | Link Keju4d