*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Kabupaten Tangerang dibentuk pada era penmerintahan pendudukan militer Jepang, tanggal 27 Desember 1943. Tanggal ini pada masa ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Tangerang. Saat penetapan Tangerang sebagai abupaten di Jawa Barat, yang diangkat menjadi bupati adalah Atik Soeardi. Saat itu, Atik Soeardi di Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu pribumi yang memiliki portofolio tinggi. Atik Soeardi memulai karir sebagai seorang guru sekolah dasar HIS di Indramajoe, 1918 dan jabatan terakhir di era Pemerintah Hindia Belanda adalah Ketua Dewan Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Tangerang dibentuk pada era penmerintahan pendudukan militer Jepang, tanggal 27 Desember 1943. Tanggal ini pada masa ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Tangerang. Saat penetapan Tangerang sebagai abupaten di Jawa Barat, yang diangkat menjadi bupati adalah Atik Soeardi. Saat itu, Atik Soeardi di Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu pribumi yang memiliki portofolio tinggi. Atik Soeardi memulai karir sebagai seorang guru sekolah dasar HIS di Indramajoe, 1918 dan jabatan terakhir di era Pemerintah Hindia Belanda adalah Ketua Dewan Provinsi Jawa Barat.
Daftra Bupati Kabupaten Tangerang (wikipedia) |
Sejauh ini riwayat hidup Atik Soeardi belum
pernah ditulis. Sangat disayangkan, karena Atik Soeardi adalah Bupati Kabupaten
Tangerang yang pertama. Selain itu, Atik Soeradi alumni sekolah guru
Kweekschool di Bandoeng, karirnya terbilang cermerlang dengan memiliki berbagai
jabatan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menambah pengetahuan, mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Atik Soeardi, bukan Tokoh Daerah tetapi Tokoh Nasional
Atik Soeardi bukanlah tokoh daerah, tetapi tokoh
nasional. Atas dasar itulah Pemerintah Militer Jepang di Indonesia memposisikan
Atik Soeardi sebagai bupati dan menempatkannya di Kabupaten Tangerang, suatu
wilayah terpenting di sisi barat ibukota (stad) Djakarta. Atik Soeardi, di Kabupaten
Tangerang diharapkan dapat bekerja sama dengan wali kota Djakarta, Dahlan
Abdullah. Kedua tokoh utama di seputar Batavia ini sudah saling kenal sejak era
kolonial Belanda, ketika keduanya pernah menjadi anggota dewan kota
(gemeenteraad) Batavia pada tahun 1930. Kebetulan keduanya sama-sama berlatar
belakang guru (pendidik). Satu posisi yang juga sangat penting adalah Pemerintah
Militer Jepang mengangkat Dr. Radjamin Nasution sebagai wali kota di Soerabaja.
Lingkaran
pribumi yang direkrut Pemerintah Militer Jepang adalah orang-orang yang di era
kolonial Belanda yang non-cooperative terhadap Belanda dan bahkan sangat anti
terhadap Belanda, seperti Soekarno dan Parada Harahap. Saat pengangkatan Atik
Soeardi sebagai bupati Tangerang, tokoh-tokoh pribumi di pusat adalah Parada
Harahap, Soekarno dan Mohamad Hatta. Dalam struktur pemerintahan militer Jepang
yang menyertakan pemimpin Indonesia, Ir. Soekarno sebagai ketua Dewan Indonesia
dan Mohamad Hatta sebagai wakil. Parada Harahap, yang berlatar belakang
jurnalis diposisikan sebagai ketua koordinasi media yang didalamnya terdapat
nama-nama Adam Malik, Mochtar Lubis, Sakti Alamsjah dan BM Diah.
Sepuluh
tahun sebelumnya tahun 1933, ketika pers pribumi dibreidel dan Ir. Soekarno ditahan
di penjara, Parada Harahap memimpin tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang. Salah
satu dari tujuh orang ke Jepang itu adalah Mohamad Hatta yang baru pulang ke
tanah air setelah selesai studi di Belanda. Kerjasama revolusioner Indonesia dengan
Jepang secara eksplisit dimulai tahun 1933. Parada Harahap sendiri sudah
mendapat perhatian positif dari kalangan diplomat konsulat Jepang di Hindia
Belanda sejak tahun 1918. Konsulat Jepang di Hindia Belanda terdapat di tiga
tempat: Batavia, Soerabaja dan Medan. Pada tahun 1918 Parada Harahap, editor
surat kabar Benih Merdeka di Medan membongkar kasus prostitusi wanita-wanita
Jepang di hotel-hotel mewah (bintang) di Medan. Wanita-wanita Jepang ini dipasok
oleh para germo yang berbasis di Singapoera. Konsulat Jepang di Medan
berterimakasih kepada Parada Harahap.
Nama Atik Soeardi kali pertama dipublikasikan di
Medan pada tahun 1915 (lihat De Sumatra post, 19-06-1915). Atik Soeardi lulus
sekolah guru Kweekschool Bandoeng dan akan ditempatkan sebagai guru di Bangka.
Namun dalam perkembangannya, Atik Soeardi lebih memilih untuk melanjutkan studi
ke yang lebih tinggi di Poeworedjo. Pada tahun pertama di sekolah guru tinggi
Hoogere Kweekschool Poerworedjo sukses dan berhasil naik ke tingkat dua (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 03-07-1916).
Hoogere
Kweekschool didirikan seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mendirikan HIS
(mengeliminasi siswa pribumi dari ELS) yang dimulai tahun 1914. Lulusan Hoogere
Kweekschool diproyeksikan untuk menjadi guru HIS. Untuk direktur HIS (dan juga
Kweekschhol) harus berpendidikan sarjana (lulusan Eropa/Belanda). Pada tahun
1913 Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan pulang ke tanah air setelah
menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pendidikan di Belanda dan kemudian
ditempatkan sebagai Direktur Kweekschool di Fort de Kock. Soetan Casajangan
adalah guru pertama pribumi yang menyandang gelar sarjana pendidikan. Lulusan Hoogere
Kweekschool setara dengan Diploma (D3) sedangkan lulusan Kweekschool setara
sekolah menengah atas (SPG). Hoogere Kweekschool (HKS) yang pertama di
Poerworedjo dibuka secara resmi pada tanggal 1 Oktober 1914 yang mana posisi
direktur sekolah dijabat oleh JD Wannen (lihat Haagsche courant, 28-10-1914).
Dalam hal ini, Atik Soeardi adalah angkatan kedua di Hoogere Kweekschool
Poerworedjo. Beberapa guru muda yang tengah menempuh pendidikan sarjana
pendidikan di Belanda, mengikuti jejak Soetan Casajangan adalah Ibrahim Datoek
Tan Malaka dan Dahlan Abdullah (keduanya tiba di Belanda akhir tahun 1913).
Saat itu di Belanda yang juga mengikuti studi sarjana pendidikan adalah Tadoeng
Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia yang tiba di Belanda tahun 1910. Ibrahim
Datoek Tan Malaka kelak dikenal pejuang Tan Malaka, Dahlan Abdullah sebagai
wali kota Batavia dan Soetan Goenoeng Moelia sebagai Menteri Pendidikan RI yang
kedua (menggantikan Ki Hadjar Dewantara).
Atik Soeardi dinyatakan lulus ujian akhir di Hoogere
Kweekschool (HKS) Poerworedjo bulan April 1918 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 26-04-1918). Atik Soeardi salah satu dari 17
siswa yang dinyatakan lulus. Mereka ini kemudian diangkat menjadi guru dan
ditempatkan di sekolah HIS yang sudah ada. Atik Soeardi ditempatkan di sekolah
HIS Indramajoe.
Soetan Goenoeng Moelia, anak seorang guru di Padang Sidempoean setelah
menyelesaikan sarjana pendidikan di Belanda kembali ke tanah air. Pada tahun
1919, diberitakan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi
pemerintah dan ditempatkan sebagai Direktur sekolah HIS di Sipirok, Afdeeling
Padang Sidempoean (lihat Algemeen Handelsblad, 18-07-1920). Selanjutnya Soetan
Goenoeng Moelia, guru pendidikan Eropa, diangkat menjadi Direktur sekolah di
Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang baru dibuka di Kotanopan, Afdeeling
Padang Sidempoean (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
02-05-1921). Saat ini Soetan Casajangan, setelah dari Fort de Kock, Dolok
Sanggoel dan Ambon sejak tahun 1921 diangkat sebagai Direktur sekolah guru
Normaal School di Meester Cornelis (Djatinegara). Sekolah guru Normaal School adalah
bentuk baru dari Kweekschool, yang sudah ada sejak lama sejak 1851, dan didirikan
di kota besar, tiga yang pertama Normaal School di Batavia/Meester Cornelis,
Semarang dan Soerabaja. Masih pada tahun ini (1921) seorang guru alumni pertama
Hoogere Kweekschool Poerworedjo, Raden Atmadinata guru HIS di Tjimahi yang juga
merangkap anggota dewan kota (gemeenteraad) Bandoeng berangkat studi ke Belanda
untuk melanjutkan pendidikan guru (lihat De Preanger-bode, 08-11-1921). Tahun
sebelumnya HKS yang kedua dibuka di Bandoeng. Pembukaan HKS di Bandoeng adalah
peningkatan Kweekschool di Bandoeng. HKS Bandoeng dibuka bulan Juli 1920. Yang
menjadi direktur HKS Bandoeng adalah JD Winnen, sebelumnya sebagai direktur HKS
di Poerworedjo (lihat De Preanger-bode, 13-04-1920). Untuk menggantikan Winnen
menjadi direktur HKS Poerworedjo adalah Koert (lihat De Preanger-bode,
19-05-1920), Masih pada tahun 1920 Sorip Tagor pada bulan Desember 1920 lulus
ujian akhir di Rijksveeartsenijschool, Utrecht. Sorip Tagor diwisuda dan
mendapat gelar dokter hewan (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig
nieuwsblad, 30-01-1921). Sebagaimana Soetan Casajangan guru pertama berlisensi
Eropa/Belanda, Sorip Tagor Harahap yang juga kelahiran Padang Sidempoean adalah
dokter hewan pribumi pertama berlisensi Eropa/Belanda. Dr. Sorip Tagor adalah
kakek dari Inez/Risty Tagor.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Atik Soeardi, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Tangerang
Makam Bupati Pertama kab. Tangerang ATIK SOEARDI terdapat di Makam ASTANAGEDE kabupaten Kuningan Jawa Barat.. Beliau kelahiran Kuningan Jawa Barat
BalasHapushttps://youtube.com/shorts/GYNUyScqSkc?feature=share
Hapus