*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Tidak seperti Atik Soeardi yang meulai karir sebagai guru, Raden Achjad Pena memulai karir di pemerintahan, Segera setelah Indonesia merdeka, bupati Tangerang pertama ditunjuk Raden Agoes Padmanegara. Namun dalam perkembangannya ketika Belanda (NICA) kembali bupati Agoes berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Setelah Raden Agoes Padmanegara berhasil dilengserkan oleh penduduk Tangerang, pemerintah RI menunjuk Raden Achjad Pena sebagai bupati Tangerang.
Tidak seperti Atik Soeardi yang meulai karir sebagai guru, Raden Achjad Pena memulai karir di pemerintahan, Segera setelah Indonesia merdeka, bupati Tangerang pertama ditunjuk Raden Agoes Padmanegara. Namun dalam perkembangannya ketika Belanda (NICA) kembali bupati Agoes berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Setelah Raden Agoes Padmanegara berhasil dilengserkan oleh penduduk Tangerang, pemerintah RI menunjuk Raden Achjad Pena sebagai bupati Tangerang.
Nieuwe courant, 25-05-1946 |
Lantas bagaimana selanjutnya dengan Achjad Pena?
Bupati perang ini terus berjuang di pengungsian di sebelah barat sungai
Tjisadane (karena SKnya belum dicabut). Bupati Tangerang yang baru ditunjuk
Belanda/NICA. Sementara adiknya, Letnan AS Pena mengambil peran berjuang di
front pertempuran Tangerang. Abang-adik ini berjuang di bawah bendera RI. Mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Raden Achjad Pena, Kepala Distrik di Pontang, Banten
Raden Pena diberhentikan sebagai anggota Landraad
di Tjilegon (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-03-1889). Ini buntut dari
kerusuhan yang terjadi di Tjelegon pada tahun 1888. Dalam kerusuhan ini Asisten
Residen Tjilegon terbunuh. Raden Pena saat itu adalah Patih di Tjilegon. Ada
yang menuduh Raden Pena lalai atau membiarkan dan bahkan ada tuduhan Raden Pena
terlibat. Namun ada juga yang meyakini Raden Pena tidak terlibat. Disebutkan
Raden Pena seorang pegawai pemerintah yang memiliki pendidikan tinggi.
Residentie
Banten belum sepenuhnya sembuh. Dampak bencana letusan gunung Krakatau tahun
1883 yang menghancurkan Residentie Banten pulih. Selain Laboehan, Afdeeling Anjer,
termasuk Tjilegon juga rusak parah. Target pengumpulan pendapatan tampaknya
terlalu tinggi untuk Afdeeling Anjer. Seorang djaksa telah melakukan tindakan
yang mungkin berlebihan kepada penduduk. Penduduk Tjiligon yang dipimpin oleh
seorang tokoh agama Naqsjabandiah Hadji Wasid berang dan memunculkan isu untuk
menggulingkan pemerintahan di Residentie Banten yang dimulai di Anjer. Aksi pemberontakan
ditolak oleh tokoh agama dari Pandeglang. Akhirnya terjadi kerusuhan di Tjilegon
yang mengakibatkan terbunuhnya Asisten Residen.
Setahun kemudian, Raden Pena dikabarkan telah
mendorong warga Tionghoa untuk melakukan pemberontakan terhadap Belanda (lihat De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-02-1890). Namun dalam
perkembangannya tidak ada pemberontakan yang terjadi. Sejak itu nama Raden Pena
tidak pernah muncul lagi. Boleh jadi berita ini bersumber dari pihak yang
sengaja ingin menkriminalisasi Raden Pena.
Raden
Pena bukanlah orang Tjilegon, Banten. Raden Pena adalah ipar dari Bupati Banten
di Serang. Raden Pena berasal dari Buitenzorg (kini Bogor). Pada tahun 1877 Raden
Pena diketahui menjabat sebagai demang distrik Tjibinong, Afdeeling Buitenzorg
(lihat Java-bode : nieuws, handels-
en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 02-03-1877). Tidak diketahui sejak
kapan Raden Pena menjabat demang. Pada tahun 1878 Raden Pena diangkat sebagai
kepala djaksa (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 29-07-1878).
Pada tahun 1885, Raden Pena diangkat menjadi Patih di Tjilegon (lihat De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 15-07-1885).
Setelah lama menghilang nama Raden Pena, muncul
nama Raden Epot Pena sebagai adjunct djaksa di Landraad Tangerang. Raden Epot
Pena adalah anak Raden Pena. Tampaknya Raden Epot Pena mengikuti karir sang ayah
sebagai pegawai pemerintah (mantan Patih di Tjilegon). Pada tahun 1896 Raden
Epot Pena dipromosikan sebagai djaksa di Landraad Meester Cornelis (lihat De
locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 01-04-1896).
Residentie
Batavia terdiri dari empat wilayah: Stad Batavia, Meester Cornelis en Bekasi,
Tangerang dan Buitenzorg. Landraad terdapat di Meester Cornelis, Buitenzorg dan
Tangerang. Sementara di Residentie Banten terdiri dari empat wilayah: Serang,
Anjer, Lebak dan Pandeglang. Dalam perkembangannya hanya terdiri dari tiga wilayah, Anjer digabung dengan Serang..
Raden Achjad Pena, Kepala Distrik di Pontang, Banten
Raden Achmad Pena mengikuti karir sang ayah (Raden
Epot Pena) dan karir sang kakek (Raden Pena). Pada tahun 1940 Raden Achjad Pena
diangkat menjadi kepala distrik (Districthoofd) di Pontang, Residentie Banten
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-06-1940). Raden Pena sebelumnya adalah kepala
Onderdistrict di Afdeeling Buitenzorg.
Residentie Batavia dan Residentie Banten (Peta 1940) |
Pada era pendudukan militer Jepang (1942-1945)
kabar Raden Achmad Pena tidak diketahui. Demikian juga pada awal kemerdekaan
Indonesia. Pada permulaan RI, yang diangkat sebagai Bupati Tangerang adalah Raden
Agoes Padmanegara. Tampaknya, Raden Agoes Padmanegara tidak disukai penduduk Tangerang,
bukan karena tidak asli Tangerang tetapi diduga karena Raden Agoes Padmanegara
berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Lalu Raden Agoes Padmanegara dilengserkan
penduduk.
Di
Lampoeng, Residen pertama yang ditunjuk pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
adalah Mr. Abdul Abbas Siregar (salah satu dari anggota PPKI yang diketuai oleh
Ir. Soekarno). Mr. Abdul Abbas Siregar, jelas bukan asli Lampoeng, tetapi
dilengserkan bukan karena berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Mr. Abdul Abbas
Siregar kelahiran Medan di era kolonial Belanda adalah seorang advokat di
Lampoeng. Justru yang berkolaborasi dengan Belanda/NICA adalah orang yang
menggantikan posisinyasebagai Residen. Mr. Abdul Abbas Siregar kembali ke pusat
(Djakarta). Presiden Soekarno menunjuk Mr. Abdul Abbas Siregar sebagai Residen
Sumatra Timur di pengungsian di Pematang Siantar.
Namun dalam perkembangannya ketika Belanda (NICA)
kembali bupati Agoes berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Juga Raden Hilman
Djajadiningrat juga berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Setelah Raden Agoes Padmanegara
berhasil dilengserkan oleh penduduk Tangerang, pemerintah RI menunjuk Raden
Achjad Pena sebagai bupati Tangerang.
Ketika
Raden Achjad Pena diangkat sebagai kepala distrik di Pontang pada tahun 1940, Raden
Agoes Padmanegara pada tahun 1940 diangkat sebagai patih di Residentie Krawang
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-11-1940). Tahun 1947 Pemerintah Belanda/NICA
mengangkat Raden Agoes Padmanegara sebagai bupati Garoet (lihat Algemeen
Indische dagblad, 08-12-1947). Pada bulan Maret 1948 terbentuk negara boneka
Belanda, Negara Pasoendan yang mana Raden Agoes Padmanegara mengepalai
departemen ekonomi (Jepang (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 25-03-1948). Di Batavia sudah dibentuk pemerintahan
yang mana Hussein Djajadiningrat sebagai menteri Opvoeding, Kunsten en
Wetenschappen (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te
Batavia, 09-03-1948).
Sekutu/Inggris yang berbasis di Buitenzorg gagal
melucuti senjata militer Jepang di Serpong karena tidak bisa melewati brikade
yang dibuat para pejuang Indonesia antara Buitenzorg dan Serpong (lihat Het
dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-01-1946).
Beberapa
hari kemudian, siswa akademi militer Tangerang yang dipimpin oleh Majoor Daan
Mogot coba mendapatkan senjata dan mesiu dari gudang penyimpanan senjata Jepang
di Serpong, namun gagal karena tetap dipertahankan oleh militer Jepang (lihat
Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 29-01-1946).
Daan Mogot dan anak buah gugur tanggal 25 Januari 1946.
Sementara itu, militer Belanda/NICA berambisi
keras untuk menguasai Tangerang dan mengamankan gudang senjata Jepang di
Serpong. Pada hari Senin (15/04), tentara Belanda menduduki Pesing, di jalan
menuju Tangerang (lihat Amigoe di Curacao : weekblad voor de Curacaosche
eilanden, 17-04-1946).
Pendudukan
Pesing (wilayah Republiken) ini mendapat protes keras dari Menteri Pertahanan
Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap dari Jogjakarta (lihat Het dagblad : uitgave van
de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-04-1946).
Wilayah Tangerang akhirnya berhasil dianeksasi
militer Belanda/NICA dan berhasil menduduki Serpong (lihat Het dagblad :
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 17-05-1946). Tiga ratus
militer Jepang di zona barat yang menjaga tempat penyimpanan senjata di Serpon
telah dilucuti militer Sekutu/Inggris (lihat Het dagblad : uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-05-1946).
Het dagblad te Batavia, 09-03-1948 |
Bupati RI Achjad Pena dari pengasingan bertemu
dengan pejabat Belanda di Tangerang (lihat Het dagblad: uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 09-03-1948). Disebutkan bupati republik
Tangerang, R Achjad Pena bertemu dengan controleur van Tangerang. Pertemuan ini
adalah yang pertama kali dilakukan secara resmi. Salah satu poin utama dari
diskusi adalah kemungkinan mengembalikan mantan pejabat administrasi ke
Tangerang.
Tampaknya
permintaan bupati RI Raden Achjad Pena ditolak. Sebaliknya pemerintah Belanda/NICA
tentu saja tidak memberikan wilayah Tangerang karena adanya perkebunan. Yang
jelas wilayah Tangerang menjadi area bergerilya dan pertempuran antara militer
NICA dengan TNI/laskar. Sementara itu Gubernur RI Jawa Barat dengan delegasi melakukan
negosiasi di Bandoeng namun ditangkap dan kemudian dibawa ke Batavia lalu
dijebloskan ke penjara Tangerang (lihat Het dagblad: uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 09-03-1948).
Pengakuan Kedaulatan Indonesia: Achjad Pena Diangkat Residen Banten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar