*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Hanya satu benteng yang pernah dibangun di Papua. Benteng tersebut adalah benteng Fort du Bus yang dibangun tahun 1828 di Dobo, teluk Triton. Benteng ini dibangun sehubungan dengan pembukaan pabrik (esrablissement) yang pertama di era Pemerintah Hindia Belanda. Pada era VOC pernah dibangun pabrik di Rumbati tahun 1667 namun beberapa tahun kemudisn diserang penduduk asli (kerajaan Rumbati). Pembangunan pabrik di Dobo adalah yang kedua di Papua dan juga pembangunan benteng pertama (untuk mengantisipasi tidak terulang kejadian era VOC di Rumbati).
Lantas apa hubungannya benteng Fort du Bus dengan Pulau Frederik Hentrik di Papua? Tampaknya Fort du Bus segera berakhir dan garnisun-garnisun militer akan menggantikannya. Mengapa? Selain membangun benteng mahal (daripada garnisun militer), juga karena jumlah pasukan militer Hindia Belanda dari waktu ke waktu semakin banyak dan semakin profesional, apalagi ada beberapa batalion yang bersifat mobile. Benteng Fort du Bus akhirnya dilikuidasi dan dibangun garnisun di Skroe (dekat Fakfak). Anehnya, ketika benteng-benteng mulai ditinggalkan, justru benteng kuno Fort Nordwijk di Weltevreden divermak dengan nama baru Fort Frederik Henrik. Bersamaan dengan ini pulau besar di pantai selatan Papua diberi nama Pulau Frederik Hendrik (kini Pulau Yos Sudarso). Lalu bagaimana sejarah Pulau Frederik Hendrik? Kini Pulau Frederik Hendrik disebut Pulau Yos Sudarso. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Mengapa Disebut Pulau Frederik Henrik?
Nama Pangeran Frederik Hendrik begitu penting dalam soal (pulau) Papua. Oleh karena itu pulau besar di (barat daya) Papua ditabalkan namanya sebagai Pulau Frederik Hendrik. Ini bermula dari usul sang Pangeran untuk mempertimbangkan kembali Papoea Niew Guinea (yang dianggap masih independen) untuk menjadi wilayah administrasi Pemerintah Hindia Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 06-03-1858).
Usulan Pangeran Frderik Hendrik ini segera direspon Pemerintah Hindia Belanda dengan membentuk suatu komisi untuk mempelajari dan memetakan wilayah (bagian) barat Papoea Nieuw Guinea. Laporan komisi ini dapat dibaca yang dipublikan pada jurnal 1862.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Apa Istimewanya Pulau Frederik Hendrik?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar