*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Lampung tentulah sudah tua. Prasasti-prasasri yang ditemukan di Lampung menjadi bukti awal. Hanya saja prasasti-prasasti itu kurang terinformasikan dan jarang diinterpretasi sebagai bagian dari sejarah zaman kuno di Lampung. Dalam hubungan ini, apakah hanya prasasti saja yang ada di Lampung? Lalu apakah ada candi-candi kuno yang menyertai sejarah peradaban kuno di Lampung tersebut? Tentu saja kita terus menunggu laporan-laporan penduduk yang dapat ditindaklujuti oleh para arkeolog.
Lantas bagaimana sejarah prasasti-prasasti di Lampung? Apakah sejarah Lampung terkait dengan sejarah Sriwijaya? Lalu apakah keberadaan prasasti di Lampung memiliki peninggalan zaman kuno yang lain seperti candi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja tidak penting-penting amat, tetapi jika digabungkan untuk menjawab satu pertanyaan tunggal bisa memiliki makna: Apakah sejarah Lampung bermula di danau Ranau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Danau Ranau di Lampung: Prasasti Pasemah
Pada tahun 1935, Dr FM Schnitger, kepala dinas kepurbakalaan di Palembang menerima laporan bahwa ditemukan, bukan patung, tetapi batu berbentuk gajah di dataran Pasemah (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 19-12-1935). Batu yang disebut Batoe Gadjah itu yang diduga berasal dari zaman megalitik (prasejarah). Batu itu tepatnya berada di dusun Pagar Gading di tempat sepi di hutan bambu dekat danau kecil. Gajah itu berbaring dengan gambar prajurit di kedua sisi yang diukir dari batu andesit dan memiliki panjang 2,17 meter yang mana kepala gajah terkesan dibuat orang yang mahir.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Prasasti Lampung: Apakah Ada Candi di Martapura?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar