Jumat, 13 Agustus 2021

Sejarah Makassar (24): Suku Ta’a dan Wana di Poso; Mengedepankan Penduduk Awal Peradaban, Sisa Peradaban Zaman Kuno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

ada dasarnya tidak ada alasan untuk bangga menjadi penduduk era modern jika masih ada penduduk awal yang masih tertinggal. Penduduk Ta’a (dan juga Wana) termasuk penduduk awal, asli Indonesia. Hanya saja dalam peradaban modern mereka tertinggal atau ditinggalkan. Namun satu hal, gambaran penduduk Ta’a dan Wana dari sudut pandang masa kini, mereka tertinggal, tetapi sejatinya mereka adalah gambaran wajah kita pada awal peradaban di zaman kuno. Tidak hanya suku Ta’a dan Wana, banyak suku-suku tertinggal di Indonesia yang harus ditempatkan di samping kita. Melupakan mereka adalah pengingkaran diri kita sendiri.

Suku Ta’a (Bare'e Taa) adalah suatu suku di Sulawesi Tengah. Disebutkan bahwa suku Taa berbeda dengan suku To Wana, Suku Taa adalah penduduk asli dan hidup menetap di wilayah Bongka dan Ampana. Suku Taa pada tahun 1919 pernah mengangkat Tandjumbulu sebagai Kepala suku Taa dan kemudian pada tahun 1926, Tandjumbulu menjadi Raja Tojo menggantikan Muslaini melalui pemilihan Raja, Ulubongka adalah sebuah kecamatan di kabupaten Tojo Una-Una yang berpusat di dea Marowo, berjarak sekitar 22 Km ke arah selatan dari ibu kota kabupaten Tojo Una-Una. Ampana adalah sebuah kecamatan yang juga ibu kota kabupaten Tojo Una-Una. Sedangkan suku Tau Taa Wana adalah subkelompok masyarakat yang mempertuturkan varian bahasa Ta'a. Suku Tau Taa Wana adalah penduduk asli yang tinggal di desa kecil atau lipu's di sekitar sungai Bulang dan Bongka. Sejak tahun 2000, suku Wana telah menerapkan pertanian rotasi untuk melestarikan keberadaan mereka. Sebelumnya mereka tinggal sebagai suku nomaden.

Lantas bagaimana sejarah suku Ta’a dan Wana di wilayah Poso, provinsi Sulawesi Tengah? Seperti disebut di atas, wilayah peradaban mereka di Bongka dan Ampana.yang kini masuk wilayah kabupaten Tojo Una-una. Lalu bagaimana sejarah suku Ta’a dan Wana sendiri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Suku Ta’a dan Wana di Jantung Sulawesi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sisa Peradaban Zaman Kuno: Mengedepankan Penduduk Awal Peradaban

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar