*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
AE Kawilarang adalah pahlawan Indonesia. Mengapa disebut begitu? AE Kawilarang ikut aktif berjuang selama perang kemerdekaan Indonesia. Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda kedua (1948) Major Jenderal Abdoel Haris Nasution, komandan Divisi Siliwangi (Jawa Barat) meminta teman lamanya Kolonel AE Kawilarang (komandan Bogor) untuk mendukung TNI di kampong halamannya di Tapanuli Selatan. Kolonel AE Kawilarang mengajak Major Ibrahim Adji (komandan Depok). Keduanya memiliki karir yang bagus di wilayah pertahanan (Divisi II/ BB Sumatra Utara).
Lantas bagaimana sejarah AE Kawilarang? Seperti disebut di atas, AE Kawilarang pernah bersama dengan Abdoel Haris Nasution dan TB Simatoepang di Akademi Militer di Bandeng semasa Pemerintah Hindia Belanda? Lalu mengapa mengundurkan diri dari TNI? Apakah karena Permesta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia AE Kawilarang dari Minahasa: Bersama Abdoel Haris dan TB Simatoepang di Akademi Militer di Bandoeng
Nama A Kawilarang sangat dikenal di Bandoeng. Bukan sebagai pemain sepak bola. A Kawilarang adalah pemain polo air yang berposisi sebagai kiper. A Kawilarang adalah anggota tim Bandoeng Sedangkan ayah belum lama (1938), AHW Kawilarang meminta mengundurkan diri sebagai tentara dengan pangkat terakhir Majoor infantri (lihat De locomotief, 15-02-1938) ,
AE Kawilarang pada tahun 1938 lulus di sekolah menengah HBS lima tahun di Bandoeng. Hal ini didasarkan pada tahun 1936 AE Kawilarang lulus ujian naik dari kelas tiga ke kelas empat HBS V Bandoeng (lihat De koerier, 09-06-1936). Dalam berita ini juga disebutkan di Bandoeng terbit pertama surat kabar Kebangoenan dimana senagao pemmpin redaksi adalah Sanoesi Pane. Anggota redaksi adalah Liem Koen Hian dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Pemimpin umum adalah Mr Mohamad Jamin.
Setelah lulus HBS, AE Kawilarang lebih mimilih masuk akdemi militer (KMA) di Bandoeng. Ini sesuai bakatnya barangkali pemain polo air yang menggunakan tangan dan sebagai kiper. Pada tahun 1941 AE Kawilatang, sersan milisi di KMA dipromosikan ke tahun kedua untuk pelatihan perwira profesional (lihat De Indische courant, 18-03-1941). Disebutkan dalam korps ini juga ada nama Kartakoesouma, Mas Mohamad Rachmat dan AH Mantiri serta Raden Askari,
Di Bandoeng dibentuk komite untuk menyelamatkan para peladjar asal Minahasa karena komunikasi telah terputus dengan Manado. Kirim uang dari orang tua juga menjadi kendala yang menjadi alasan mengapa komite ini dibentuk. Komite itu awalnya dibentuk di Batavia, lalu kemudian menyusul dibentuk sub komite di Bandoeng. Susunan komiter Bandoeng adalah Mayor AHK Kawilarang, ketua, Mayor B Walangitang, wakil ketua, DP Palar, sekretaris, FH Lapian, bendahara. Anggota terdiri dari J N Tambajong, AJ Senduk dan AT Lumowa. Sebagaimana disebut di atas Majoor AHK Kawilarang adalah ayah AE Kawilarang. Dalam perkembangan yang singkat, tampaknya pensiunan Major Kawilarang telah dipanggil untuk tugas. Major Kawilarang diberitakan melakukan inspeksi di Buitenzorg (Bogor) pada suatu komite palang merah (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-01-1942). Dalam berita ini disebutkan AHK Kawilarang berpangkat Overste (Letnan Kolonel). Boleh jadi dengan ditugaskan ini AHK Kawilarang mendapat kenaikan pangkat (pangkat yang tidak pernah diberikan, selama ini pribumi hanya sampai Majoor). Palang merah (Roode Kruis) di Bogor ini dipimpin oleh dokter Zahar dan dokter Napitoepoeloe (sebagaimana di artikel sebelumnya, Napitoepoeloe adalah alumni sekolah kedokeran NIAS di Soerabaja, bersaama Dr GA Siwabessy). Overste AHK Kawilarang menjadi komandan militer di wilayah Buitenzorg (Bogor)
Akhirnya Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942 di Soebang. Sejak saat itu orang Eropa/Belanda dan juga orang pribumi yang memiliki posisi dan pro Belanda diinternir, sebagaimana di Bogor dipusatkan di penjara Paledang. Sementara itu sebagain besar para pemimpin Indonesia dilibatkan Jepang dalam penyelenggaraan pemerintahan (yang mana sebagai pemimpin tertinggi Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta).
Dalam masa pendudukan militer Jepang ini tidak banyak hal yang terinformasikan. Surat kabar sudah lama banyak yang berhenti terbit. Namun masa pemerintahan militer Jepang ini tidak lama. Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan dan kemudian dibentuk negara Republik Indonesia.
Pada permulaan Republik Indonesia ini kemudian terbentuk cabang pemerintahan. Gubernur Jawa Barat diangkat Mas Sutardjo Kertohadikusumo yang kemudian digantikan oleh Mohammad Djamin dan kemudian oleh Dr Moerdjani. Untuk bidang keamanan dipimpin oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion (di Bandoeng). Sementara itu Residen di Bogor adalah Raden Ijok kemudian digantikan Raden Barnas lalu Dr Moerdjani yang kemudian digantikan lagi oleh Gaos. Untuk posisi keamanan kemudian di bawah TRI dipimpin oleh Overste AE Kawilarang.
Pada permulaan Republik Indonesia di Buitenzorg/Bogor, pemerintah militer Jepang wait en see, para interniran masih di tahanan, para pejuang melakukan konsolidasi hingga akhirnya kehadiran pasukan Sekutu/Inggris pada bulan Oktober 1945 di Bogor. Tidak lama kemudian Sekutu/Inggris sudah mencapai Bandoeng. Banyak peristiwa yang terjadi hingga kehadiran kembali Belanda/NICA. Dalam hal ini AE Kawilarang di Bogor berada di bawah komando temannya dulu di KMA Bandoeng Kolonel Abdoel Haris Nasution (Komandan Divisi Siliwangi). Pangkat AE Kawilarang sebagai Overste (Letnan Kolonel) seakan penerus pangkat ayahnya di Bogor sebelum pendudukan militer Jepang, Overste AHK Kawilarang. Pada fase ini banyak terjadi pertempuran di wilayah Bogor, perselisihan dengan militer Jepang, tantara Sekutu/Inggris dan kemudian Belanda/NICA.
Apa yang terjadi Buitenzorg/Bogor ini juga terjadi di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Di Minahasa di kampong halaman AE Kawilarang juga terjadi pemberontakan ketika kehadiran Belanda/NICA. Sebaliknya sebagian besar penduduk Minahasa memihak Belanda/NICA yang kemudian terjadi perang antara sesama Minahasa. Boleh jadi itu karena di pihak Belanda/NICA yang datang dari pusat (Batavia) terdapat Dr Tumbelaka dan Dr Tumbelaka. Tentu saja pihak yang dibantu Belanda/NICA yang menang (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 19-03-1946). Para pemimpin pemberontakan akan dihukum berat, Akhirnya sepenuhnya wilayah Minahasa jatuh ke tangan Belanda/NICA. Lalu kemudian di Minahasa dibentuk dewan Minahasaraad (lihat Nieuwe courant, 22-06-1946). Sementara di wilayah Bogor pertempuran/gerilya tidak ada habisnya bahkan hingga Belanda/NICA telah membentuk cabang pemerintahan di Buitenzorg.
Seperti di sejumlah tempat, di wilayah komdandi Bogor (termasuk Soekaboemi dan Tengerang) juga komandan Overste AE Kawilarang mengeluarkan maklumat bagi pihak (para pejabat) yang bekerjasama dengan Belanda/NICA akan dihukum berat (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 08-08-1947). Dalam berita ini juga disebutkan Belanda/NICA sudah memasuki Soekabomi dan akan mengganti Walikota Republik Raden Soeria Oedaja dengan RAA Hilman Djajadiningrat. Pertempuran antara yentara republik dengan militer Belanda/NICA terus berlangsung termasuk di wilayah luar kota Soekaboemi. Dalam perkembangannya dilakukan gencatan senjata.
Kelanjutan gencatan ini, sesuai hasil perjanjian Renville, maka semua pasukan Republik yang berada di bawah otritas Belanda/NICA harus evakuasi ke wilayah Republik. Proses evakuasi akan berakhir pada tanggal 7 Februari. Di wilayah timur Jawa dievakuasi ke arah barat di Malang. Evakuasi dari Bandoeng sekitar sudah lebih dahulu ke arah timur di Jawa Tengah/Djogjakarta. Evakuasi terakhir dari Jawa Barat adalah pasukan AE Kawilarang yang dipusatkan di Bogor (lihat Nieuwe courant, 09-02-1948).
Konsentrasi tentara Indonesia di sejumlah tempat menjadi tinggi. Pasukan Siliwangi di bawah komandan Abdoel Haris Nasution yang evakuasi ke Djogjakarta dan sekitar. Pun di wilayah Sumatra bagian utara terkonsentrasi di wilayah Tapanoeli. Komandan Siliwangi tampanya harus membagi pasukan, sebagian dikirim ke Tapanoeli untuk memperkuat pertahanan. Dalam hubungan ini yang dikirim dari bagian Siliwangi ke Tapanoeli Selatan (kampong halaman Abdoel Haris Nasution) dipimpin oleh Overste AE Kawilarang yang dibantu oleh Majoor Ibrahim Adji. Pasukan ini telah dikirim (lihat De Heerenveensche koerier: onafhankelijk dagblad voor Midden-Zuid-Oost-Friesland en Noord-Overijssel, 06-11-1948).
Salah satu resimen yang terkonsentrasi di wilayah Tapanoeli adalah pasukan di bawah komandan Majoor Maraden Panggabean. Resimen lainnya berada di wilayah Tapanoeli Selatan dan Laboehan Batoe di bawah komando Majoor Bedjo. Satu Batalion ditempatkan di kota Padang Sidempoean di bawah pimpinan Kapten Koima Hasiboean. Rekan kerja Overste AE Kawilarang di Tapanoeli adalah Residen Abdoel Hakim Harahap (yang menggantikan Dr FL Tobing). Wakil Residen adalah Binanga Siregar.
Tidak lama kemudian terjadi Agresi Militer (Belanda/NICA) yang kedua yang dimulai pada tangga 19 Desember 1948. Ibu kota Djogjakarta jatuh, Presiden Soekarno dan PM Mohamad Hatta lebih memilih menyerah. Tidak menggubris permintaan Jenderal Soedirman pemerintah RI untuk mengungsi ke pedalaman. Sebagai konsekuensinya Jenderal Soedirman meminta Majoor Jenderal Abdoel Haris Nasution membawa pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat (Long March) untuk bergerilnya (sementara pasukan Jenderal Soedirman bergerilya ke selatan Jogjakarta dan Kediri.
Agresi Belanda di wilayah Tapanoeli dimulai tanggal 20 Desember 1948. Pasukan tiga matra (darat, laut dan udara) memborbardir kota Sibolga (ibu kota Residentie Tapanoeli). Panglima AE Kawilarang meminta pemerintahan mengungsi. Residen Abdoel Hakim Harahap nengungsi ke Tapanuli Selatan. Sejak itulah nama Abdoel Hakim Harahap disebut Residen Perang (residen yang tidak mau menyerah).
Akhirnyaa setelah perundingan Roem-Royen (April 1949) dilakukan gencatan senjata yang kemudian diikuti dengan persiapan perundingan KMB di Den Haag. Pemerintahan RI di Djogjakarta dipulihkan dengan mengembalikan Soekarno dan Mohammad Hatta serta lainnya dari pengasingan ke Djogjakarta (bulan Juni 1948). Residen Tapanoeli juga kembali dipulihkan. Abdoel Hakim Harahap akan berpartisipasi ke Den Haak sebagai bagian delegasi dari Republik Indonesia. Overste AE Kawilarang promosi menjadi kepala staf di wilayah pertahanan Siumatra bagian utara.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kolonel AE Kawilarang, Mantan KNIL: Republik Maluku Selatan (RMS) hingga Permesta
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar