*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Hingga ini hari kita hanya mengetahuai sejarah lagu Indonesia Raya yang kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Tidak ada tulisan di internet yang mendeskripsikan sejarah lagu di Indonesia. Yang ada adalah sejarah musik, namun narasinya hanya sekadar dan buktinya tidak terkonfirmasi. Oleh karena itu dalam blog ini sudah dideskripsikan sejarah musi di Indonesia. Kini yang perlu diperhatikan adalah sejarah lagunya.
Lantas bagaimana sejarah lagu di Indonesia? Seperti disebut di atas, musik dan lagu itu berbeda, dan lagu ada yang dinyanyikan dengan lirik seperti lagu Indonesia Raya Lalu bagaimana sejarah lagu di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia – Sejarah Lagu di Indonesia: Indonesia Raya, Terang Bulan dan Rasa Sayang E
Apa nama lagu Indonesia pertama yang diketahui? Tentu saja banyak nama lagu di Indonesia sejak zaman kuno hingga era Hindia Belanda, namun yang diketahui dari catatan tertulis belum lama. Nama lagu Indonesia Raya, paling tidak sudah diketahui dalam sejarah sekitar tahun 1928 (seiring dengan Kongres Pemuda 1928). Apakah ada nama lagu-lagu Indonesia jauh sebelum muncul nama lagu Indonesia Raya?
Pada tahun 1929 di Belanda beredar rekaman lagu-lagu dalam bentuk gram-plate (kini kaset/CD) yang isinya tentang lagu-lagu pribumi di Hindia (lihat Haagsche courant, 22-02-1929). Tampak dalam kemasan, lagu-lagu itu diiringi musik kroncong yang dinyanyikan oleh P Miejer (Amsterdam) yang diedearkan oleh perusahaan rekaman Inggris Edison Bell dengan harga f1.25 per keping. Dalam daftar ada 30 buah lagu, antara lain Krontjong Betawie, Krontjing Toegoe, Krontjong Kemajoran, Krontjong Bandan, Ajoen-Ajoen, Boeroeng Kaka [Tua], Terang Boelan, Patjar Keling, Nina Bobo. Patokaan, Nona Manis, O Ina ni Keke dan Rasa Sajang E. Lagu Ajoen-Ajoen diputar di radio 1852 M (lihat De standaard, 11-06-1929).
Musik adalah satu hal, lagu adalah hal lain lagi. Lagu-lagu dapat diiringi dengan (genre) musik kroncong. Dari daftar lagu mengindikasikan lagu-lagu daerah di berbagai tempat. Lagu Kronting Betawie tetantu saja berasal dari daerah Betawi, dan secara khusus juga lagu-lagu kroncong (non-Betawie) berasal dari Toegoe dan Kemajoran. Lagu O Ina ni Keke dan Patokaan berasal dari Minahasa. Lagu Rasa Sajange dari Maluku. Lagu Patjar Keling darimana? Yang jelas pada masa ini lagu Cing Cangkeling dari Soenda.
Nama lagu Terang Boelan paling tidak sudah diketahui pada tahun 1922 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-10-1922). Disebutkan dua orang Eropa pada malam hari tengah jalan, salah satu diantaranya berhenti dan mendengarkan lagu Terang Boelan yang dimainkan dengan musik kroncong oleh orang pribumi.
Lagu Ajoen-Ajoen dan lagu Krontjong Bandan sudah diketahui pada tahun 1906 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-08-1906). Dua lagu ini terdapat dalam plaat (album) dari perusahaan rekaman Beka pimpinan Tio Tek Hong di Pasar Baroe, Weltevreden. Dalam plaat ini terdapat 20 lagu dalam format Stamboel Batavia dan 12 lagu yang diringi gemelan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sejarah Lagu di Indonesia: Lagu Apa Saja yang Populer Era Hindia Belanda?
Seperti disebut di atas, lagu-lagu Indonesia tempo doeloe, yang sudah eksis sejak lama masih dapat didengarkan pada masa ini dalam berbagai versi. Tidak semua lagu tempo doeloe dapat bertahan hingga ini hari. Lagu Nina Bobo telah telah diadopsi seorang komposer Prancis (1865). Komposer itu tertarik ketika melakukan tur ke Hindia. Lagu Terang Boelan juga telah digubah ke bahasa Belanda oleh komposer Speenhoff dengan judul Klacht aan een Verlaten Meisje (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).
Lagu Ajoen-Ajoen disebut tempo doeloe lagu yang sangat terkenal. Lagu ini begitu diminati yang bahkan penulis lagu Belanda harus menambahkan bahasa Belanda dalam liriknya (lihat (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1). Seseorang menulis di Kompasian belum lama ini (Mochamad Abi Munir) merasa bersalah saat mennyanyikan lagu Burung Kakak Tua karena kata ‘menclok’ yang dinyanyikannya dianggap salah dan yang benar menurut orang lain dalah ‘hinggap’. Namun sesungguhnya yang asli adalah menggunakan kata ‘mentjlok’ (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).
Lagu Rasa Sajange, yang berasal dari Ambon/Maluku liriknya dari yang asli telah berubah. Lagu ini telah dinyanyikan dengan lirik yang berbeda-beda. Lahu Rasa Sayange versi lirik Melayu Malaysia pernah diklaim Malaysia yang menjadikannya sebaga theme song dalam promosi pariwisata Malaysia Trully Asia, Namun kemudian disebutkan dibantah Malaysia. Lirik yang asli adalah sebagai berikut: //Ombak poetih, poetih//..//Omhak datang dari laoet//..//Kipas linsoe poetih//…//Tenah Ambon soeda, ajaoe//…//Rasa sajang Keneh!// (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar