*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini
Apa arti nama Dharmasraya dalam sejarah
wilayah Jambi? Yang jelas wilayah yang kini menjadi kabupaten Dharmasraya
(provinsi Sumatra Barat) berada di daerah aliran sungai Batanghari. Dalam hal
ini kota Jambi berada di hilur dan Dharmasraya berada di hulu. Lalu lintas perdagangan
sungai di zaman doeloe menjadi hubungan dua wilayah ini menjadi intens. Diantara
dua wilayah di daerah aliran sungai Batanghari ini terdapat kota Moeara Tebo
dan Moeara Tembesi (duan ama yang mirip di wilayah Residentie Tapanoeli: Toba
dan Tambusai).
Dharmasraya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatra Barat. Pada kawasan ini dahulunya pernah menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan kerajaan Melayu. Ibu kota Kabupaten Dharmasraya adalah Pulau Punjung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 2003, dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Sijunjung. Nama kabupaten ini diambil dari manuskrip yang terdapat pada Prasasti Padang Roco, di mana pada prasasti itu disebutkan Dharmasraya sebagai ibu kota dari kerajaan Melayu waktu itu. Kerajaan ini muncul setelah kejatuhan kerajaan Sriwijaya pada abad 13-14, di mana daerah kekuasaan kerajaan ini merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya sebelumnya, yaitu mulai dari Semenanjung Malaya hingga Sumatra. Hal ini dapat dibuktikan dari Prasasti Grahi di Chaiya, selatan Thailand serta catatan dalam naskah Cina yang berjudul Zhufan Zhi karya Zhao Rugua tahun 1225. Kemudian kerajaan ini menjalin hubungan dengan Kerajaan Singhasari, sebagaimana yang terpahat pada Prasasti Padang Roco. Selain itu nama Dharmasraya juga disebutkan dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagama. Sejarawan zaman kolonial Belanda sudah banyak mempelajari sejarah tersebut, bahkan pada tahun 1930 memboyong arca Amoghapasa dan arca Bhairawa ke tempat yang sekarang disebut Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Secara geografi Kabupaten Dharmasraya berada di ujung tenggara Provinsi Sumatera Barat. Batas wilayah kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut: di utara vKabupaten Sijunjung dan Kabupaten Kuantan Singingi, Riau; di timurKabupaten Bungo dan Kabupaten Kerinci, Jambi; di selatan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Bungo, Jambi; dan di barat Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Secara topografi, daerah Kabupaten Dharmasraya bervariasi antara berbukit, bergelombang, dan datar dengan variasi ketinggian dari 100 m - 1.500 m di atas permukaan laut. Ketinggian dari permukaan laut mulai dari 100 meter dpl pada bagian kawasan yang mengarah ke sebelah timur, hingga 1.500 meter dpl pada bagian kawasan yang menjadi bagian dari gugusan Bukit Barisan di sebelah barat. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Dharmasraya, wilayah era
zaman doeloe antara Minangkabau dan Jambi? Seperti yang disebut di atas, nama Dharmasraya adalah nama yang sudah eksis
sejak lama seperti Tebo, Tembesi dan Jambi yang secara geomorfologi terhubung
dengan Pantai Timur Sumatra di daerah aliran sungai Batanghari. Lalu bagaimana sejarah Dharmasraya, wilayah era zaman
doeloe antara Minangkabau dan Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Dharmasraya, Wilayah Era Zaman Doeloe Antara Minangkabau dan Jambi; Geomorfologi Pantai Timur Sumatra
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologi Pantai Timur Sumatra di Daerah Aliran Sungai Batanghari: Dharmasraya dan Jambi
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar