*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah kesehatan di wilayah (pulau) Madura? Tampaknya tidak ada yang perduli sehingga sejarah Kesehatan di wilayah Madura kurang terinformasikan. Apa pentingnya sejarah Kesehatan di wilayah Madura? Seperti di wilayah lain, sejarah kesehatan menggambarkan bagaimana asal mula peningkatan status kesehatan, khususnya di pulau Madura sehingga penduduk di Madura sekarang menjadi lebih sehat dibandingkan masa lampau. Peran para dokter penting dalam mengatasi permasalahan awal kesehatan di Madura (epidemic). Salah satu diantara dokter tersebut adalah Dr Mohamad Anwar.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar Sumenep, Madura, Jawa Timur, merupakan rumah sakit satu-satunya milik Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sebelum tahun 1973, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep menyatu dengan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Sumenep. Ketika itu dinamakan Kantor Malaria, kantornya berada di Jl. Dr. Soetomo, Desa Pajagalan, Kecamatan Kota, Sumenep. Pada tahun 1980 dimulai pembangunan gedung baru Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep yang terletak di Jl. Dr. Cipto No. 42 Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep (di lokasi sekarang). Pada tahun 2005 terjadi perubahan nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep menjadi Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh. Anwar. Nama Dr. H. Moh. Anwar mengambil nama dokter putra daerah yang pertama kali mendharma baktikan profesinya sebagai dokter di Kabupaten Sumenep (https://faktualnews.co/2021/03/13/)
Lantas bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Madura? Seperti disebut di atas, sejarah kesehatan di wilayah Madura kurang terinformasikan. Dalam sejarah Kesehatan di wilayah Madura terutama di pulau Madura terkait dengan kehadiran dokter-dokter Belanda, terjadinya epedimik, dan keutamaan sekolah kedokteran dan dokter-dokter asal pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Kesehatan di Wilayah Madura; Dokter Belanda, Epedimik, Sekolah Kedokteran dan Dokter Asal Pulau Madura
Epidemi kolera menjadi ancaman serius di Jawa sejak beberapa decade terakhir hingga pada akhirnya Pemerintah Hindia Belanda tahun 1851 mendirikan sekolah kedokteran untuk pemuda pribumi. Tujuannya para lulusan dapat membantu dokter-dokter Belanda (yang bekerja di rumah-rumah sakit militer). Pada tahun 1851 ini juga terjadi epidemik kolera di seluruh Jawa dan Madura (lihat Javasche courant, 24-05-1851).
Di Masura sendiri laporan kolera berjangkit terjadi pada tahun 1822 di
Afdeeeling Soemanap dimana 23 orang meninggal (lihat Rotterdamsche courant, 16-03-1822).
Disebutkan jenis kolera yang berjangkit kolera Morbus. Pada tahun 1825 seorang
pejabat pemerintah di Madura Jean Henri Ferdinand Loius Changuion diberitakan
meninggal karena kolera Morbus (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 17-11-1825).
Ini mengindikasikan semua lapisan masyarakat rentan terhafap kolera termasuk
orang Belanda. Demikianlah epidemic kolera terus berulang hingga terjadi epidemic
kolorea di seluruh Jawa dan Madura pada tahun 1851 (lihat Javasche courant, 24-05-1851).
Di pulau Madura sendiri, disebutkan terjadi kasus kolera di Kamal yang semua
kasus berakhir dengan kematian.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dokter Belanda, Epedimik, Sekolah Kedokteran dan Dokter Asal Pulau Madura: Dr Moh. Anwar
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar