*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Parlindoengan
Lubis studi kedokteran dan berhasil meraih gelar dokter di Belanda. Dalam
perkembangannya Parlindoengan Lubis dikenal sebagai salah satu mahasiswa/sarjana
pribumi di Belanda yang anti-fasis. Karena itu ketika Belanda diduduki (militer)
Jerman, Parlindoengan Lubis ditangkap dan diinternir di kamp militer NAZI
Jerman.
Parlindoengan Loebis lahir 30 Juni 1910. Parlindoengan merantau ke Batavia dan sempat bergabung di organisasi pemuda Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk PPPI (Persatoean Pemoeda Peladjar Indonesia) dan Indonesia Moeda. Parlindungan berangkat ke Belanda setelah lulus kandidat I di GHS Batavia namun kemudian studi di Universitas Leiden. Ketua Perhimpoenan Indonesia (PI) selama periode 1936-1940. Bersama PI, ia berjuang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia. Sepeninggal Hatta, PI dianggap berhaluan kiri. Di bawah kepemimpinan Parlindoengan, PI menghentikan kerja sama dengan Partai Komunis Belanda dan jalin hubungan dengan Partai Buruh Sosialis Demokrat (Social Democratische Arbeiter Partij; SDAP). Sekalipun sosialis, Parlindoengan sebagai antifasis. Ia ditangkap polisi rahasia Belanda binaan Gestapo, di Amsterdam pada Juni 1941. Bagi Nazi Jerman, orang-orang seperti Parlindoengan dianggap sebagai pemberontak. Parlindoengan ditahan oleh Nazi Jerman selama empat tahun. Usai Perang Dunia II, Parlindoengan kembali ke tanah air. Sepanjang 1947-1950, ia menetap di Yogyakarta dan berkerja sebagai Kepala Dinas Kesehatan Pabrik-pabrik Persenjataan Departemen Pertahanan. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti disebut di atas, Parlindoengan Lubis studi kedokteran dan salah aktivis mahasiswa di Belanda dan terpilih menjadi Ketua Perhimpoenan Indonesia. Pada saat pendudukan militer Jerman di Belanda, Parlindoengan Lubis diinternir militer Jerman di kamp militer. Lalu bagaimana sejarah Parlindoengan Lubis studi kedokteran di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Parlindoengan Lubis Studi Kedokteran di Belanda; Ketua Perhimpoenan Indonesia Diinternir Jerman
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ketua Perhimpoenan Indonesia Diinternir Jerman: Mengapa Anti Fasis?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar