*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Serawai populasi terbesar kedua di daerah Bengkulu. Sebagian besar di kabupaten
Bengkulu Selatan. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini
banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari
penghidupan baru, seperti ke Kepahiang, Rejang Lebong, Bengkulu Utara. Asal usul suku Serawai masih belum bisa dirumuskan secara ilmiah, baik
dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk-bentuk publikasi lainnya.
Bahasa Serawai digolongkan ke dalam kelompok bahasa Melayu Tengah, yang merupakan terjemahan dari ‘Midden-Maleisch’ oleh Helfrich (1904). Istilah Melayu Tengah menunjuk kepada bahasa yang wilayah pakainya meliputi daerah-daerah di pedalaman Palembang dan Bengkulu. Khusus untuk Bengkulu bahasa Serawai dipakai di beberapa kecamatan: Seluma, Talo, Pino dan Manna. Marga yang memakai bahasa Serawai ini antara lain: Andelas, Air Perikan, Ngalam, Seluma, Ulu Talo, Ilir Talo, Semindang Alas, Ulu Manna Ulu, Ulu Manna Ilir, Tanjung Raya, Anak Gumay, Pasar Manna, Tujuh Pancuran, Anak Lubuk Sirih, Anak Dusun Tinggi. Dalam bahasa Serawai ada dua macam dialek, yaitu dialek ‘o’ dan dialek ‘au’. Yang dikmaksud dengan dialek o ialah kata-kata yang pada umumnya berakhiran dengan o seperti kemano (kemana), tuapo (apa), dan sapo (siapa). Dialek o ini dipakai dalam wilayah Seluma dan Talo. Dialek ‘au’ kata-kata berakhiran ‘au’, seperti kemanau (kemana), tuapau (apa), dan sapau (siapa) dipakai dalam wilayah Pino dan Manna. (https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Serawai di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti disebut di atas bahasa Serawai umumnnya dituturtkan di wilayah Bengkulu Selatan. Bahasa bahasa di wilayah Palembang, Bengkulu, dan Lampung. Lalu bagaimana sejarah bahasa Serawai di wilayah Sumatra Bagian Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Serawai di Wilayah Sumatra Bagian Selatan; Bahasa Bahasa di Palembang, Bengkulu, Lampung
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Bahasa di Palembang, Bengkulu, Lampung: Asal Usul dan Terbentuknya Bahasa Serawai
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar