*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Palembang atau Melayu Palembang suku bangsa Melayu mendiami Palembang wilayah
Sumatera Selatan. Suku Melayu Palembang pada dasarnya suku Melayu telah melebur
dengan budaya bangsa Arab, Tiongkok, India dan Jawa. Bahasa Melayu Palembang
sendiri memiliki dua ragam bahasa yaitu Baso Palembang Alus dan Baso Palembang
Sari-Sari.
Bahasa Melayu Palembang atau Bahasa Palembang (Baso Pelémbang) bahasa rumpun Melayu Musi dituturkan, terutama di aliran Sungai Musi. Dialek bahasa Melayu Palembang merupakan dialek bahasa Melayu. Bahasa Palembang menjadi basantara antar percakapan secara poliglosia dengan Bahasa Indonesia dan dialek setempat dikarenakan penuturan di beberapa bagian Sumatera Selatan pernah menjadi kawasan penuturan orang Melayu dan Jawa. Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern. Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14. William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' dan 'e pepet' di posisi akhir kata (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa bahasa Palembang di hilir sungai Musi? Seperti disebut di atas bahasa Palembang berpusat di kota Palembang; Kerajaan Palembang dan dialek bahasa Melayu di pantai timur Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa bahasa Palembang di hilir sungai Musi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Palembang di Hilir Sungai Musi; Kerajaan
Palembang dan Dialek Bahasa Melayu di Pantai Timur Sumatra
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Palembang dan Dialek Bahasa Melayu di Pantai
Timur Sumatra: Asal Usul dan Terbentuknya Bahasa Palembang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar