*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Pulau
Tidore (dekat pulau Ternate) sebuah pulau kecil di sebelah barat pulau
Halmahera. Sebelum masuknya Islam pulau dikenal dengan nama; “Limau Duko/Kie
Duko” (pulau bergunung api) yang memiliki gunung api --bahkan tertinggi di
gugusan kepulauan Maluku yang dinamakan gunung “Kie Marijang” dan "kie
Maburu". Nama Tidore (To ado Re=saya mungkin sampai). Gunung Kie Matubu ketinggian
1730 M dpl. Ada 2 eks benteng Portugis, benteng Tohulu dan Toware (Tore) di bagian
barat laut pulau.
Bahasa Tidore adalah bahasa di Maluku Utara, yang dituturkan oleh masyarakat Tidore. Bahasa ini berpusat di Pulau Tidore, namun juga digunakan di beberapa wilayah tetangga Halmahera. Merupakan bahasa Halmahera Utara, tidak seperti kebanyakan bahasa di Indonesia yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Tidore dan bahasa Halmahera Utara lainnya mungkin berkerabat dengan bahasa di Semenanjung Kepala Burung, Papua Barat. Tidore merupakan lingua franca daerah yang digunakan untuk komunikasi antaretnis di wilayah Halmahera Tengah. Sejak abad ke-17, bahasa ini mempunyai pengaruh sebagai bahasa perdagangan di wilayah Maluku-New Guinea. Bahasa ini berkaitan erat dengan Ternate, yang terkadang dianggap sebagai dialek. Baik Ternate maupun Tidore telah tercatat secara tertulis setidaknya sejak akhir abad ke-15, menjadi satu-satunya bahasa Papua yang memiliki tradisi sastra asli. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tidore orang Tidore di pulau Tidore (Halmahera)? Seperti disebut di atas bahasa Tidore mirip bahasa Ternate. Pulau kecil memiliki relasi luas di Maluku dan Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tidore orang Tidore di pulau Tidore (Halmahera)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Tidore Orang Tidore di Pulau Tidore (Halmahera); Pulau Kecil Memiliki Relasi Luas di Maluku dan Papua
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Kecil Memiliki Relasi Luas di Maluku dan Papua: Tidore, Halmahera hingga Pantai Utara Papua
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar