*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini
Gunung
api meletus, gempa dan tsunami adalah kejadian alam sangat berbahaya yang
dapat menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang menyebabkan kerugian besar
bagi penduduk. Kejadian-kejadian tersebut tidak pernah berhenti sejak doeloe.
Kejadianya berulang, kapan waktunya terjadi tidak terduga. Pada masa ini
tingkat kesiapan menghadapinya lebih teliti jik dibandingkan pada masa lampau.
Namun kejadian tetaplah peristiawa sejarah. Mungkin tidak ada salahnya untuk
mendokumentasikannya karena masih dapat dijadikan pedoman untuk menghindari
bahaya yang ditimbulkannya di masa datang.
Sejarah letusan gunung api di wilayah Indonesia pada dasarnya berada pada
garis tertentu---garis yang sudah terbentuk sejak jaman kuno yang sering
disebut lintasan daerah cincin api Pasifik (ring of fire). Cincin api Pasifik
itu meliputi wilayah Indonesia termasuk pada lintasan bagian utara
Sulawesi---dari bagian barat Sumatra, selatan Jawa, laut Banda, Ambon,
Halmahera, semenanjung Sulawesi dan kepulauan Sangihe dan Talaud. Peristiwa
letusan gunung api juga dapat menimbulkan gempa yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan tsunami.
Lantas
bagaimana sejarah gunung api meletus, gempa dan tsunami di bagian utara
Sulawesi? Yang jelas tercatat
dan terdokumentasikan namun kurang terinformasikan pada masa ini. Seperti
kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Beberapa
catatan tertua gempa besar di Sangir dan Manado terjadi pada tahun 1695 dan 1707
(lihat Daghregister 6 Desember 1695 dan 28 Juni 1707). Namun catatan gempa yang
terbilang lengkap yang termasuk awal dan paling
mengerikan terjadi pada tahun 1856 dimana gunung Awu melatus di pulau Sangir
yang membawa korban tewas lebih dari 2.800 jiwa (lihat De Oostpost:
letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 19-06-1856).
Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.