Selasa, 22 September 2020

Sejarah Manado (38): Pulau Meares, Kini Marore atau Maru di Kepulauan Sangihe; Penanda Navigasi, Kini Tapal Batas Negara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Pulau terluar di utara Sulawesi tidak hanya Miangas, juga ada pulau Meares (kini disebut pulau Marore atau pulau Maru). Apa pentingnya pulau ini pada masa kini karena menjadi penanda tapal batas antara negara Filipina dan negara Indonesia. Pada masa lampau, pulau ini menjadi pananda navigasi untuk kapal-kapal Hindia Belanda (dengan Spanyol dan Amerika Serikat).

Pulau Meares atau pulau Marore atau pulau Maru pada masa ini menjadi bagian dari wilayah kecaatan Tabukan Utara, kabupaten Kepulauan Sangihe. Posisi GPS pulau ini berada di sebelah utara dari pulau Sangihe (Groot Sangir) dengan koordinat 4° 44′14″ LU dan 125° 28′42″ BT. Pulau ini sedikit memanjang dari barat daya ke timur laut dengan luas sekitar 3 Km2. Jumlah penduduk sekitar 800 jiwa. Pada masa ini di pulau tersebut telah ada pos TNI-AL, kantor perhubungan, kantor bea dan cukai,

Lantas apakah ada sejarah pulau Marore? Nah, itu dia. Tidak tahu maka ingin tahu. Yang jelas nama pulau Marore atau pulau Maru tempo doeloe dicatat pulau Meares. Lalu bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Meares

Sudah beberapa lama kepulauan di utara Manado dibentuk sebagai satu onderafdeeling dari Afdeeling Manado yakni onderafdeeling Sangir en Talaud, namun pejabat Pemerintah Hindia Belanda baru ditempatkan tahun 1882. Pejabat pemerintah setingkat Controleur tersebut berkedudukan di Taroena (pulau Groote Sangir). Dengan penempatan Controleur di Taroena, mengindikasikan ibu kota onderafdeeling Sangier en Talaud berada di Taroena. Ini akan membuka peluang bagi pulau Meares dikunjungi oleh pejabat pemerintah.

Pulau Sangir adalah posisi tengah antara pantai selatan Mindanao dengan pantai utara Sulawesi. Pulau Meares adalah posisi tengah antara pulau Sangir dengan pantai selatan Mindanao. Pulau Meares ini menjadi pulau terjauh di kepulauan Sangir dari ibu kota di Taroena. Kapan Controleur Sangir en Talaud melakukan kunjung an dinas ke pulau Meares tidak diketahuu secara jelas. Sementara itu, pada tahun 1892 atas perintah penjaga pos di Liroeug kepada Djogoegoe dari Kepulauan Nanoesa  (Talaud) menunjuk salah satu bawahannya untuk menjadi kapiten laut di pulau Miangas. Dalam perkembangannya kapitein laut ((semacam sjahbandar) di Miangas berinisiatif untuk membangun kampong Miangas dengan menyatukan rumah-rumah yang terpencar-pencar disatukan dalam satu perkampongan (Miangas). Sejak inilah terbentuk kampong Miangas di pulau Miangas. Peta 1935

Pada tahun 1899 kapal Pemerintah Hindia Belanda melakukan pelayaran (patroli) ke pulau-pulau di onderafdeeling Sangir en Talaud (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 05-08-1899). Disebutkan kapal ss Edi berangkat dari Manado tanggal 9 Maret. Setelah mengunjungi beberapa tempat termasuk Liroeng, pada tanggal 13 Maret kapal tiba di pulau Kratoa (salah satu pulau di kepulauan Manoesa). Lalu keesokan harinya kapal tersebut berlayar ke pulau Palmas dimana terdapat kampong Miangas. Komandan kapal turun dan bertemu dengan kepala lampong Miangas. Setelah dari Miangas pelayaran patroli kapal ss Edi dilanjutkan dan berlabuh di pulau Meares,

Inilah untuk kali pertama pulau Meares dikunjungi oleh kapal besar. Penanda navigasi diserahkan kepada kapala kampong di pulau itu berupa lencana dan bendera tricolor. Disebutkan awalnya penduduk pulau ini takut dan lari ke tengah pulau (pedalaman). Setelah diberi isyarat memanggil dengan berteriak mereka kemudian bergerak ke arah yang lebih dekat. Jelas bagi kami, bahwa sebuah kapal (besar) tidak pernah muncul di dekat pulau ini. Pelayaran dilanjutkan kembali dan melewati pulau-pulau dimana data penting untuk hrdiografi dikumpulkan, Kapal tiba (kembali) di Manado pada tanggal 16 Maret.

Dari berbagai keterangan tersebut terdapat kesan bahwa pejabat pemerintah, dalam hal ini Controleur Sangir en Talaud yang berkedudukan di Taroena belum pernah berkuinjung ke pulau Meares. Pemberian lencana dan bendera oleh komandan kapal ss Edi kepada kepala kampong mengindikasikan bahwa penduduk pulau Meares resmi menjadi bagian dari Pemerintah Hindia Belanda yang dengan sendirinya berada di bawah kendali Controleur kepulauan Sangir en Talaud yang berkedudukan di Taroena. Namun yang tetap menjadi pertanyaan kapan Controelur berkunjung ke pulau yang paling terjauh (terluar) di kepulauaan Sangir tersebut?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Meares Menjadi Marore

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar