*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Di Hindia
Timur seperti di Indonesia dan Filipina eksis berbagai bahasa. Penutur bahasa Jawa
terbanyak di Indonesia dan bahasa Tagalog di Filipina. Namun yang menjadi
lingua franca di Hindia Timur (Indonesia, Malaysia dan Filipina), terutama
awalnya dalam dunia navigasi pelayaran (perdagangan) adalah bahasa Melayu.
Bahasa Melayu inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia yang
sekarang. Sedangkan lingua franca di Filipina yang awalnya bahasa Melayu
bergeser menjadi Bahasa Tagalog (kini lebih dikenal sebagai bahasa Filipino).
Mengapa bisa?
Sejak zaman kuno, sudah terbentuk berbagai
bahasa di Hindia Timur. Sehubungan dengan kehadiran pedagang-pedagang India
(pada era Hindoe-Boedha) yang menjadi lingua franca adalah bahasa Sanskerta. Penggunaan
bahasa Sanskerta ini dapat diperhatikan pada berbagai prasasti, seperti
prasasti Kedukan Bukit (682 M). Lalu bahasa Sanskerta ini terus berkembang
(seiring dengan penyerapan bahasa lainnya), maka lingua franca ini digunakan di
berbagai kota pelabuhan seperti di Tapanuli (Barus), di Atjeh (Pasai) di
Semenanjung Malaya (Malaka), di Palembang, Banten, Demak, Banjarmasin,
Makassar, Ternate, Amboina, Brunai, Manado, Mindanao, Manila dan sebagainya.
Penggunaan lingua franca ini mencapai Madagaskar di barat, Makao di utara,
Papua di timur dan Maori (Selandia Baru) di selatan. Wilayah-wilayah atau
kota-kota yang tidak memiliki bahasa sendiri (atau awalnya memiliki tetapi
tergerus oleh lingua franca), bahasa lingua franca ini disebut Bahasa Melayu.
Bahasa Melayu menjadi bahasa internasional (ibarat bahasa Inggris masa kini).
Sebagai bahasa internasional, banyak kosa kata bahasa Melayu diserap ke dalam
bahasa etnik seperti bahasa Jawa dan bahasa Batak. Baru dalam perkembangannya
masuk unsur bahasa asing dari Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris) ke
dalam bahasa Melayu yang menjadi cikal bahasa Indonesia (sejak diproklamirkan tahun
1928). Pada masa kini, selain bahasa asing, bahasa-bahasa etnik juga banyak
diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Sejarah
bahasa Tagalog menjadi lingua franca di Filipina pada masa ini tentulah sangat
menarik diperhatikan. Sebab mengapa lingua franca bahasa Melayu menghilang
(terdegradasi) di Filipina, yang lalu kemudian muncul (promosi) bahasa Tagalog.
Yang jelas bahasa Melayu menjadi bahasa resmi (dan juga bahasa nasional) di
Brunai dan Federasi (negara) Malaysia. Sedangkan di Filipina yang menjadi
bahasa resmi tidak hanya bahasa Filipino tetapi juga bahasa Inggris. Lain lagi
di Singapoera, bahasa resmi adalah Inggris, Melayu, Mandarin dan Tamil tetapi
yang diakui sebagai bahasa nasional adalah bahasa Melayu. Lain pula di Timor
Leste yang sekarang, bahasa resmi bahasa Tetum dan Portugis (mirip dengan di
Filipina). Lalu apa yang menyebabkan bahasa Tagalog sebagai bahasa resmi di
Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.