*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini
Siapa Abdoel Rivai? Tentulah sudah dikenal
luas. Bagaimana hubungan Dr Abdoel Rivai dengan wilayah Bengkulu? Tampaknya
kurang terinformasikan. Di dalam laman Wikipedia tidak ada indikasi hubungan Dr
Abdoel Rivai dengan wilayah Bengkoeloe. Satu yang jelas belum lama ini nama Dr
Abdoel Rivai termasuk diantara tokoh yang diusulkan Pemerintah Provinsi
Bengkulu untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Abdoel Rivai (13 Agustus 1871 – 16 Oktober 1937) adalah dokter dan wartawan. Orang Indonesia pertama menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dari luar negeri, pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doctor. Ayah Abdul Karim dan ibu Siti Kemala Ria. Ayahnya guru di sekolah Melayu. Pada tahun 1886, usia 15 tahun diterima bersekolah di STOVIA. Setamat 1894, ditugaskan menjadi dokter di Medan. Penghujung 1899, Rivai melanjutkan pendidikan ke Belanda. Rivai merupakan orang Hindia pertama yang bersekolah kedokteran di Belanda, lulus 1907. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Gent, Belgia dan dinyatakan lulus 23 Juli 1908, sebagai pribumi pertama meraih gelar doktor. Rivai terlibat perdebatan dengan AA Fokker, pejabat Belanda yang mengklaim lebih fasih berbahasa Melayu ketimbang orang Melayu sendiri. Dalam perdebatan ini Fokker berang karena ada orang inlander yang berani menantangnya. Akibat kegemilangannya dalam berdebat, Rivai diperbolehkan sekolah di Utrecht. Tahun 1900 Rivai memprakarsai surat kabar Pewarta Wolanda. Selain itu Rivai mengirimkan tulisan ke berbagai media di Belanda maupun Hindia. Bersama Henri Constant Claude Clockener Brousson, Rivai menerbitkan Bendera Wolanda pada 15 April 1901. Juga bersama Brousson, ia mendirikan usaha penerbitan Bintang Hindia pada Juli 1902. Selanjutnya, Rivai memutuskan untuk keluar dari Bintang Hindia pada tahun 1907, hingga akhirnya Bintang Hindia meredup dan akhirnya pada tahun 1910 berakhir. Setibanya dari Belanda pada tahun 1911, Rivai turut mendukung pembentukan Indische Partij (IP) di Sumatra. Tahun 1913 IP dibubarkan karena dianggap membahayakan pemerintah kolonial. Mantan aktivisnya kemudian mendirikan Insulinde. Pada tahun 1918, ia diangkat sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) mewakili Insulinde. Ia kemudian menetap di Batavia, sebagai pembantu utama surat kabar Bintang Timur. Sementara itu surat kabar Pewarta Deli, Medan menyebutnya Sebagai "Bapak dalam golongan Jurnalistik (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rivai, penduduk Hindia dan warga negara Kerajaan Belanda? Seperti disebut di atas, sejarah Abdoel Rivai sudah ditulis. Lalu mengapa harus ditulis Kembali. Yang jelas Dt Abdoel Rivai memiliki kedekatan dengan guru Soetan Casajangan dan Parada Harahap. Lantas bagaimana sejarah Abdoel Rivai, penduduk Hindia dan warga negara Kerajaan Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.