*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Pepatah asam di gunung garam di laut di pulau Madura, dapat diartikan garam di pantai dan asam di bukit. Fakta bahwa di pulau Madura sejatinya tidak ada gunung, yang ada adalah bukit-bukit yang rendah. Namun pantai di pulau Madura sangat sesuai dengan produksi garam. Akan tetapi kita sedang membicarakan pertanian di pulau Madura, sejarah pertanian sejak era VOC/Belanda.
Sejarah Tembakau Masuk Madura di dalam disertasi Kuntowijoyo di Universitas Columbia, 1980 berjudul: "Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940". Disebutkan di masa kejayaan tembakau, tiap selesai panen, dealer- dealer sepeda motor akan kehabisan stok karena diborong orang Madura. Tembakau di Madura erat kaitannya dengan tebu. Di masa lalu, tebu adalah simbol kapitalisme. Tahun 1870 jadi penanda masuknya kapitalisme di Indonesia. Di tahun itu, Pemerintah Hindia Belanda membuat beberapa peraturan baru yang mengubah Indonesia dari sistem jajahan ala VOC menjadi sebuah jajahan yang bersistem liberal. Perkebunan yang dulunya dimonopoli pemerintah, kini boleh diusahakan modal-modal swasta. Sistem kerja paksa dan rodi dihapus dan diganti dengan sistem kerja upah secara bebas. 'Mulai sejak itu mengalirlah modal-modal asing ke Indonesia, menggarap pertambangan, perkebunan dan pabrik-pabrik," "Walaupun pengusaha- pengusaha perkebunan tidak dapat memiliki tanah, namun mereka dapat dan berhak menyewa dari Pemerintah atau "Bumiputra”. Dan dengan kekuasaan uangnya mereka berhasil memaksa desa-desa menyewakan tanah-tanah desa dan biasanya dengan memberikan premi tertentu kepada kepala-kepala desa," Dokumen-dokumen Belanda menyebut tebu telah masuk ke Madura sejak 1835 atau 35 tahun sebelum tebu meluas di pulau Jawa. Tebu pertama diperkenalkan satu kongsi pengusaha dari Eropa. Ujicoba penanaman pertama di lahan-lahan milik Kerajaan Pamekasan dengan luas tak lebih dari 400 bau. Ketika sistem kerajaan di Madura dihapus oleh Hindia Belanda pada 1858, penanaman tebu dilanjutkan oleh pemerintah kolonial dan panennya terus meningkat hingga mencapai 10 ribu pikul pada 1860 (https://www.liputan6.com/regional/)
Lantas bagaimana sejarah pertanian di pulau Madura sejak era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, karakteristik alam di pulau Madura berbeda dengan di pantai timur pulau Jawa. Tentu saja pertanian ada di pulau Madura. Hanya saja pepatahnya menjadi asam di bukit, garam di pantai. Lalu bagaimana sejarah pertanian di pulau Madura sejak era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.