Rabu, 13 September 2023

Sejarah Bahasa (17): Bahasa Bungku Pesisir Wilayah Morowali; Bahasa Mori di Utara D Matano, Bahasa Tolaki di Selatan D Towuti


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Bungku To Bungku, To Bunggu) adalah kelompok etnis yang mayoritas mendiami wilayah Bungku Utara di Kabupaten Morowali Utara, Bungku Selatan, dan Bungku Tengah, dan Menui di Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah. Suku Bungku terbagi menjadi beberapa sub-suku, yaitu Lambatu, Epe, Ro'tua, Reta, dan Wowoni. Tetangga bahasa Bungku di sekitar danau Matano adalah bahasa Mori dan di sekitar danau Towuti adalah bahasa Tolaki.


Bahasa Bungku adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Morowali. Bahasa Bungku memiliki beberapa dialek, antara lain: Bun, Routa, Tulambatu, Torete (To Rete), Landawe dan Waia. Masyarakat suku Bungku berbicara dalam bahasa Bungku, yang merupakan salah satu identitas diri dan alat komunikasi antar keluarga mereka. Suku Bungku umumnya memeluk agama Islam. Masyarakat Bungku pernah membentuk kerajaan, yaitu Kerajaan Bungku yang dalam literatur Belanda disebut pula dengan nama Kerajaan Tambuku atau Tombuku. Kerajaan Bungku, bersama kerajaan-kerajaan kecil di daerah pesisir timur Sulawesi Tengah lainnya, ditaklukan oleh Kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-19. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bungku di wilayah pantai Morowali? Seperti disebut di atas penutur bahasa Bungku di wilayah pesisir Morawali. Tetangga bahasa Bungku adalah bahasa Mori di utara danau Matano dan bahasa Tolaki di selatan danau Towuti. Lal bagaimana sejarah bahasa Bungku di wilayah pantai Morowali? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 12 September 2023

Sejarah Bahasa (16): Bahasa Mori Morowali Utara di Pantai Timur di Sulawesi Tengah; Nama Mori, Morowali, Morotai dan Maori


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mori dituturkan oleh kelompok populasi (etnik) Mori di kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, seperti di Kolonodale, Beteleme, Tiu, Lembobelala, Lembobaru, Tingkea'o, Wawopada, Tomata, Taliwan, Ensa, Tompira. Sampai saat ini, bahasa Mori masih digunakan oleh sebagian anggota suku, terutama di daerah pedalaman. Suku Mori terbagi dalam beberapa subsuku yaitu, orang Molongkuni, Roda, Molio'a, Ulu' Uwoi, Moiki, Watu, Ngusumbatu, Mobahono. Bahasa Mori terdiri atas beberapa dialek seperti Watu, Karunsi'e, Ngusumbatu (Tinompo), dan Molongkuni.


Dalam arti luas, Mori adalah istilah umum yang merujuk pada dua bahasa di Sulawesi Tengah: Mori Bawah dan Mori Atas. Bahasa ketiga, Padoe juga disertakan. Semula istilah Mori hanya merujuk pada marga-marga tertentu yang tinggal di hulu Sungai Laa yaitu masyarakat Mori Atas atau 'Mori Atas' yang sekarang. Era pemerintahan kolonial Belanda nama tersebut diperluas untuk mencakup masyarakat yang tinggal di sebelah timur sepanjang hilir Sungai Laa dan di daerah aliran sungai Tambalako (sekarang disebut 'Mori Bawah'), dan ke selatan untuk masyarakat di sekitar Danau Matano (termasuk Padoe). Meski bahasa berbeda, masyarakatnya mempunyai budaya sama, saat itu mereka bersatu di bawah penguasa Marundu. Saat ini, Mori dalam arti sempit terutama mengacu pada bahasa Mori Bawah, dan lebih khusus lagi pada dialek Tinompo (standar di seluruh wilayah). Mead menunjukkan bahwa ada kesenjangan bahasa di wilayah Mori.  Mori Atas dan Padoe lebih dekat kekerabatannya dengan bahasa Tolaki, sedangkan Mori Bawah memiliki kesamaan linguistik dengan Bungku dan bahasa lain di pesisir timur seperti Wawonii dan Kulisusu. Kecil kemungkinan bahasa Mori Atas dan Mori Bawah dapat dimengerti secara inheren. Masyarakat Mori Atas dan Mori Bawah setidaknya akrab dengan bahasa satu sama lain, dan bahasa-bahasa tersebut telah menyatu (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mori di Morowali Utara di Pantai Timur Sulawesi Tengah? Seperti disebut di atas, penutur bahasa Mori adalah kelompok populasi (etnik) Mori. Nama Mori, Morowali, Morotai dan Maori. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mori di Morowali Utara di Pantai Timur Sulawesi Tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (15): Bahasa Banggai di Kab Banggai di Semenanjung Sulawesi Tengah; Nama Banggai di Negarakertagama 1365


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Banggai merupakan suku yang mendiami hampir seluruh wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut, dan sebagian wilayah Kabupaten Banggai. Pendahulu suku Banggai berasal dari Banggai Laut yang dahulunya adalah bekas Kerajaan Banggai dan juga dari Banggai Kepulauan. Suku Banggai terbagi menjadi dua yaitu Suku Sea-sea yang tinggal di pegunungan dan suku Banggai yang tinggal di pesisir pantai. Suku Banggai mempunyai kemiripan bahasa, budaya dan tradisi dengan Suku Saluan dan Suku Balantak yang mendiami Kabupaten Banggai. Hampir seluruh orang Banggai memeluk agama Islam.


Bahasa Banggai atau Silingan Banggai, merupakan anak cabang Melayu-Polinesia, yang dituturkan oleh suku Banggai dan suku Sea-sea yang disebut juga suku Banggai pegunungan. Penuturan bahasa ini berpusat di provinsi Sulawesi Tengah, yakni di kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut dan kabupaten Banggai. Di samping wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Maluku dan Maluku Utara. Bahasa Indonesia untuk bahasa Banggai: satu=meeng; dua=lua; tiga=tolu; empat=sangkap; lima=lima; enam=noom; tujuh=pitu, delapan=walu; sembilan=sio; sepuluh=songulo. Pola dalam bahasa Banggai tergolong unik. Salah satunya adalah penggunaan kata 'in' atau 'di' dalam bahasa Indonesia. Kata 'in' ini bisa berperan sebagai prefiks dan juga infiks dalam wilayah tutur Bulagi dan sekitarnya. Berikut contoh penggunaan 'in' sebagai prefiks dan penggunaan 'in' sebagai infiks: kibut (cabut)-k(in)ibut =kinibut = dicabut; abos (simpan) = in+abos = inabos = disimpan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banggai di kabupaten Banggai di Semenanjung Sulawesi Tengah? Sepeeti disebut di atas, penutur bahasa Banggai adalah kelompok populasi (etnik) Banggai. Nama Banggai dalam teks Negarakertagama (1365). Lalu bagaimana sejarah bahasa Banggai di kabupaten Banggai di Semenanjung Sulawesi Tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 11 September 2023

Sejarah Bahasa (14): Bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, Bahasa Konjo dan Bahasa Selayar; Bahasa Bugis, Mandar dan Toraja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Bugis terkait dengan kerajaan Bone. Kerajaan Gowa terkait dengan bahasa Makassar. Nama Makassar sudah dicatat dalam teks Negarakertagama (1365). Nama lain yang dicatat adalah Selayar, Luwu, Buton dan Banggai. Nama Makassar dan nama Selayar adalah nama lama. Duan ama bahasa di Sulawesi Selatan. Makassar di pantai, Selayar di pulau.


Bahasa Makassar disebut juga sebagai Makasar, Mengkasar, Mangkasar adalah sebuah bahasa yang lazimnya dituturkan oleh penduduk bersuku Makassar di sebagian wilayah Sulawesi Selatan di kabupaten Gowa, Sinjai, Maros, Takalar Jeneponto, Bantaeng, Pangkajene dan Kepulauan, Bulukumba, Kepulauan Selayar dan Kota Makassar. Dalam rumpun bahasa Austronesia, bahasa Makassar merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, walaupun kosakata bahasa ini tergolong divergen jika dibandingkan dengan kerabat-kerabat terdekatnya. Bahasa Makassar merupakan bahasa Austronesia dari subrumpun Melayu-Polinesia cabang Sulawesi Selatan, khususnya kelompok Makassar atau Makassarik yang juga mencakup bahasa Konjo (baik ragam Pegunungan maupun Pesisir) serta bahasa Selayar. Ragam bahasa Konjo dan Selayar terkadang juga dianggap sebagai dialek bahasa Makassar. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, bahasa Makassar juga berkerabat dekat dengan bahasa Bugis, Mandar, dan Sa'dan (Toraja). Dalam hal kosakata, rumpun bahasa Makassarik merupakan yang paling berbeda di antara bahasa-bahasa Sulawesi Selatan. Persentase kemiripan kosakata antara rumpun Makassarik dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya adalah sebesar 43%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, bahasa Konjo dan bahasa Selayar? Seperti disebut di atas, bahasa Makassar di satu sisi berbeda dengan bahasa Bugis dan di sisi lain dianggap dekat dengan bahasa Selayar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Makassar di Sulawesi Selatan, bahasa Konjo dan bahasa Selayar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (13): Bahasa-Bahasa Negeri Minahasa; Dialek-Dialek Bahasa Tondano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Tontemboan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada bahasa Minahasa? Apakah ada etnik Minahasa? Tentu saja ada semuanya. Bahasa Minahasa adalah bahasa-bahasa di Minahasa. Bahasa-bahasa yang dimaksud lebih tepat sebagai dialek bahasa-bahasa seperti halnya dalam bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Sunda dan bahasa Minangkabau, Bagaimana dengan bahasa Manado di wilayah Minahasa? Bahasa Manado adalah sebuah dialek bahasa Melayu. Bahasa Melayu Manado memiliki kesamaan dengan dialek bahasa Melayu di wilayah Sunda (bahasa Betawi).


Rumpun bahasa Minahasa adalah sekelompok bahasa Melayu-Polinesia yang di pertuturkan di Sulawesi Utara. Kelompok ini termasuk dalam rumpun bahasa Filipina. Bahasanya adalah: Kelompok Minahasa Utara: Kelompok Timur Laut: bahasa Tondano; bahasa Tombulu; bahasa Tonsea; bahasa Tonsawang; bahasa Tontemboan. Adelaar dan Himmelmann (2005) mengklasifikasikan Sangirik dan Minahasa sebagai cabang dari bahasa Filipina. Namun, analisis 2008 dari Austronesian Basic Vocabulary Database ditemukan moderat (80%) dukungan bagi keluarga Sangir-Minahasa, yang ditempatkan dalam suatu kelompok bahasa Melayu–Polinesia Inti (Wikipedia). Bahasa Minahasa dialek Tountemboan dituturkan di Desa Poopo, Passi Timur, Bolaang Mongondow; Desa Paku Ure II, Tenga dan Desa Ritey, Amurang Timur, Minahasa Selatan; Desa Tombasian Atas, Kawangkoan Barat, Minahasa; Desa Saluan Satu, Tareran, Minahasa; Desa Tumaratas, Langowan Barat, Minahasa; Dialek Toulour Jaton dituturkan di Desa Pulutan, Remboken, Minahasa; Desa Kakenturan, Modoinding, Minahasa Selatan; Desa Kayuroya, Lembean Timur, Minahasa; Dialek Tombulu dituturkan di Desa Lemoh, Tombariri Timur, Minahasa dan Kelurahan Woloan Dua, Tomohon Barat, Kota Tomohon. Persentase perbedaan antardialek itu berkisar antara 68%--77% (Wikibuku).

Lantas bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Minahasa? Seperti disebut di atas bahasa Minahasa terdiri dari dialek-dialek bahasa Tondano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Tontemboan. Lalu bagaimana sejarah bahasa-bahasa di Minahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 10 September 2023

Sejarah Bahasa (12): Bahasa Banjar, Selatan Kalimantan; Bahasa Minangkabau Sumatra, Betawi di Jawa, Bahasa Iban Borneo Utara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Seberapa dekat bahasa Banjar dengan bahasa Melayu? Pertanyaan yang sama untuk bahasa Minangkabau di Sumatra, bahasa Betawi di Jawa dan bahasa Iban di Borneo Utara. Jika bahasa Banjar terbentuk di pantai selatan pulau Kalimantan, seberapa tua bahasa Banjar. Dengan memisahkan bahasa-bahasa Dayak, bagaimana hubungan bahasa Banjar dengan bahasa tetangga terdekat bahasa Kutai dan bahasa Berau?


Bahasa Banjar adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh etnis Banjar yang merupakan etnis pribumi yang berasal dari daerah Banjar di Kalimantan Selatan. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Banjar termasuk kelompok bahasa Melayu, Borneo Timur. Kelompok Borneo Timur pula menurunkan dua kelompok, yaitu Borneo Utara dan Borneo Tenggara. Borneo Tenggara menurunkan satu cabang yang akhirnya menurunkan bahasa Berau dan bahasa Kutai, satu cabang lagi disebut sebagai kelompok Borneo Selatan yang menurunkan bahasa Banjar dan Bukit. Beberapa dialek Melayu di Borneo tersebut ada yang hanya menurunkan 3 vokal saja, yaitu: /i/; /u/; /a/. Collin (1991) menemukan gejala penyatuan vokal e dan a menjadi /a/ di Berau dan juga dialek lain di timur pulau Borneo, yakni dalam dialek Banjar dan Kutai (Kota Bangun). Walaupun bahasa Banjar dianggap sebagai bahasa Melayu, tetapi faktanya tidak ada kekerabatan dengan bahasa Melayu lainnya. Di tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar, yaitu Banjar Kuala dan Banjar Hulu. Masyarakat Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar yang ditulis dengan aksara Arab. Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banjar di Kalimantan Selatan? Seperti disebut di atas, bahasa Banjar diduga mirip bahasa Melayu seperti halnya bahasa Minangkabau di Sumatra, bahasa Betawi di Jawa dan bahasa Iban di Borneo Utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Banjar di Kalimantan Selatan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.