*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Herman Neubronner van der Tuuk (24 Oktober 1824 – 17 Agustus 1894) adalah peletak dasar linguistik modern beberapa bahasa yang dituturkan di Nusantara, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali. Dalam buku ”Mirror of the Indies”, Rob Nieuwehuys engutip komentar seorang pendeta Bali (pedanda) yang sangat berpengaruh ketika itu, “Hanya ada satu orang di seluruh penjuru Bali yang tahu dan paham bahasa Bali, orang itu adalah Tuan Dertik (Mr. Van der Tuuk) Di daerah Batak, ia dikenal sebagai Tuan Pandortuk. Sebagai orang sangat berbakat dalam mempelajari bahasa, ia banyak menyusun kamus, seperti kamus bahasa Melayu, Jawa, Batak Toba, Lampung, dan Bali. Buku tata bahasa Batak Toba juga berhasil disusunnya sebagai yang pertama kalinya. Van der Tuuk juga mewariskan dua hukum tentang peralihan konsonan dalam bahasa-bahasa Austronesia. Hukum pertama adalah mengenai pergeseran antara bunyi /r/, /g/, dan /h/, sedangkan yang kedua adalah mengenai pergeseran konsonan antara /r/, /d/, dan /l/. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti disebut di atas penyelidikan bahasa-bahasa adalah awal pelestarian bahasa-bahasa daerah di Indonesia. HN van der Tuuk dan para peneliti bahasa daerah tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982