*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Pulau
Leti adalah pulau terluar Indonesia di Laut Timor berbatasan dengan Timor
Leste. Pulau Leti masuk wilayah kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku. Sejak abad
17, VOC telah berada di pulau Leti. Ernst Christoph Barchewitz dari Jerman,
pegawai VOC tinggal di Leti tahun 1714-1720. Pada masa ini pulau Letti terdiri satu
kecamatan (kecamatan Letti) terdiri 7 desa: Tutuwaru, Nuwewang, Tomra, Tutukey
(Serwaru, sekaligus ibu kota kecamatan), Batumiau, Laitutun, dan Luhulely. Pelabuhan
terdapat di Tomra.
Leti (atau Letti) adalah bahasa Austronesia yang digunakan di pulau Leti di Maluku Meskipun kosakatanya sama dengan bahasa Luang yang berdekatan, bahasa ini sedikit dapat dimengerti satu sama lain. Kurang dari 1% penutur bahasa Leti bisa berbahasa Leti, meskipun antara 25% dan 50% dari mereka bisa membaca bahasa lain. Pembagian dialektologi utama dalam bahasa Leti adalah antara ragam timur, yang dituturkan di wilayah Laitutun dan Luhuleli, dan ragam barat, yang dituturkan di wilayah Batumiau, Tutukei, Tomra, dan Nuwewang. Artikel ini berfokus pada ragam Tutukei dan didasarkan pada studi deskriptif yang dilakukan oleh Aone van Engelenhoven (2004), seorang ahli bahasa Belanda keturunan Leti. Tutukei sendiri terbagi menjadi dua sosiolek, lirlèta yaitu 'bahasa desa' (lira 'bahasa', lèta '(bertembok) desa'), dan lirkòta yaitu 'bahasa kota' ( lira 'bahasa', kòta 'kota'). (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Leti di pulau Leti? Seperti disebut di atas bahasa Leti dituturkan oleh orang Leti di pulau Leti. Suatu pulau terjauh Kepulauan Maluku, pulau terdekat dari Pulau Timor di Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah bahasa Leti di pulau Leti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.