Prof.
Mr. Dr. Hazairin adalah orang hebat. Ahli hukum adat dan juga ahli hukum Islam.
Hazairin memulai pendidikan hukum di Rechthoogeschool Batavia dan meraih gelar
doktor. Kepintaran Hazairin menarik pertahatian Prof. Ter Har dan mengangkatnya
menjadi sebagai asisten dosen dan asisten peneliti. Lalu kemudian pada tahun
1938 pemerintah mengangkat Dr. Hazairin untuk bertugas sebagai Ketua Pengadilan
Landraad di Padang Sidempoean.
Dr. Hazairin (foto saat promosi doktor, 1936) |
Pertanyaannya:
Bagaimana Dr. Hazairin menjadi tokoh dua disiplin ilmu yang berbeda, ahli hukum
adat dan juga ahli hukum Islam? Fakta bahwa Dr. Hazairin cukup lama di
Tapanoeli dari tahun 1938 hingga tahun 1946 (era Belanda, era pendudukan Jepang
dan era kemerdekaan). Lantas mengapa Dr. Hazirin terjun ke dunia politik dengan
ikut mendirikan Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) sementara Dr, Hazairirn
sendiri masih tetap sebagai akademisi? Last but not least: Siapa sesungguhnya
Prof. Mr. Dr. Hazairin? Kita memerlukan jawaban. Mari kita telusuri.
Hazairin: Radja Enda Boemi vis-a-vis Parada
HarahapHazairin, namanya muncul kali pertama tahun 1928 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1928). Hazairin lulus ujian masuk Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia. Mahasiswa-mahasiswa lulusan sekolah tinggi ini kelak banyak yang terkenal. Salah satu mahasiswa yang diterima di sekolah ini tahun 1927 adalah Amir Sjarifoeddin. Ini berarti, Hazairin adalah adik kelas Amir Sjarifoeddin. Pada masa itu, orang Indonesia yang sudah meraih gelar doktor hukum baru satu orang, bernama Radja Enda Boemi.
Het nieuwsblad, 05-08-1953 |
Radja
Enda Boemi kelahiran Padang Sidempoean, tidak hanya sangat terkenal di
Tapanuli, juga dikenal luas di Nederlandsch Indie (baca: Indonesia) karena Radja Enda Boemi juga adalah pengajar di Rechtshoogeschool Batavia. Tentu saja
Radja Enda Boemi sudah mengenal Amir Sjarifoeddin, Hazairin dan SM Amin, tiga pemuda Sumatra yang kuliah di kampus tersebut. Amir
Sjarifoeddin, kelahiran Medan (1907) sesungguhnya menempuh pendidikan sekolah menengah (SMA)
di Belanda dan diterima tahun 1926 di sekolah tinggi hukum di Haarlem. Namun
karena ayahnya, Djamin Baginda Soripada Harahap bermasalah di pengadilan di
Sibolga, Amir Sjarifoeddin pulang ke tanah air dan kemudian meneruskan
pendidikan tingginya di Rechthoogeschool di Batavia (1927). Sementara Hazairin
sendiri yang lahir di Padang, sekolah MULO di Padang melanjutkan sekolah
menengah atas (AMS) ke Bandoeng dan kemudian masuk Rechthoogeschool di Batavia. Sedangkan SM Amin kelahiran Kotaradja (kini Banda Aceh) juga diterima di Rechthoogeschool Batavia. Saat itu, Alinoedin Siregar gelar Radja Enda
Boemi adalah salah satu tokoh pribumi yang berpengaruh di dalam pemerintahan karena satu-satunya pribumi yang menjadi kepala pengadilan Landraad di Buitenzorg (kini Bogor), sementara salah satu tokoh berpengaruh di luar pemerintahan adalah Parada Harahap, kelahiran Padang Sidempoean yang menjadi pemimpin surat kabar Bintang Timoer di Batavia..
Dr. Hazairin
Ahli Hukum Adat Tapanuli Selatan
Java-bode, 03-08-1953 |
De Sumatra Post, 21-07-1938 |
Pada tahun 1950
Dr. Hazairin diangkat menjadi Residen Bengkoeloe. Sedangkan untuk Residen
Lampoeng diangkat Mr. Gele Haroen, kelahiran Sibolga (saudara sepupu Mr. Masdoelhak yang mana Gele
Haroen dan Masdoelhak sama-sama lulus sarjana hukum dari Universiteit
Leiden). Kakak kandung Gele Haroen
bernama Ida Loemongga, kelahiran Padang adalah perempuan Indonesia pertana
bergelar doktor (Ph.D) tahun 1931 di Universiteit Leiden. Untuk Wali Kota
Padang ditunjuk Dr. Abdul Hakim Nasution, kelahiran Padang Sidempoean (Wakil Wali Kota Padang 1931-1938 dan Wali Kota Padang 1947-1949). Namun Egon Hakim menolak secara halus karena
ayahnya Abdul Hakim sedang sakit (Mr. Egon Hakim, ahli hukum di Padang adalah
lulusan Universiteit Leiden, yang juga sepupu dari Mr. Gele Haroen dan Mr.
Masdoelhak). Untuk sekadar tambahan: Residen pertama Lampoeng (1945) adalah
Abdul Abbas (Siregar) kelahiran Medan (anggota PPKI yang dipimpin Soekarno
1945). Pada masa agresi militer Belanda, Abdul Abbas yang sekampus dengan Hazairin dan Amir Sjarifoeddin di RHS Batavia diangkat menjadi Residen
Sumatra Timur sementara untuk Residen Tapanoeli diangkat Abdul Hakim (Harahap)
kelahiran Sarolangoen, Djambi. Sedangkan Hazairin (Harahap) diangkat menjadi
Wakil Gubernur Militer di Sumatra (bagian) Selatan.
Dr. Hazairin
Menjadi Politisi
Pada saat itu topik tentang hukum
adat Tapanoeli sangat menarik karena unik dan lebih orisinil. Dua akademisi
lainnya yang merupakan orang pribumi yang telah meneliti hukum adat Tapanoeli
adalah Alinoedin Siregar gelar Radja
Enda Boemi dalam desertasinya di Universiteit Leiden tahun 1925 dengan judul
‘Het grondenrecht in de Bataklanden: Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’
dan Masdoelhak Nasution gelar Soetan Oloan dalam desertasinya di Universiteit
Rijks Universiteit, Utrecht tahun 1943 dengan judul ‘De plaats van de vrouw in
de Bataksche Maatschappij’.
Dalam
perkembangannya, Prof. Hazairin ikut membidani lahirnya Partai Persatuan
Indonesia Raya (PIR). Pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-12
Agustus 1955) yang dipimpin Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (PNI). Dalam
kabinet ini PNI berkoalisi dengan PIR yang mana Wongsonegoro duduk sebagai
Wakil Perdana Menteri dan Hazairin sebagai Menteri Dalam Negeri.
Pelantikan SM Amin dilakukan Hazairin |
Pemerintahan PNI dengan PIR tidak
lama. Tanggal 23 Oktober 1954 koalisi pecah dan PIR digantikan oleh Partai NU untuk mendampingi PNI. Wongsonegoro
digantikan oleh Zainul Arifin sebagai Wakil Perdana Menteri yang juga merangkap
sebagai Menteri Dalam Negeri menggantikan Prof. Hazairin. Zainul Arifin Pohan menjadi double gardan untuk mengatasi berbagai pemberontakan di daerah dan isu-isu pemekaran daerah (otonomi) termasuk isu pemisahan diri Djambi dari Provinsi Sumatera Tengah yang ingin masuk ke Provinsi Sumatera Selatan yang belum berhasil diselesaikan oleh Hazairin. Partai NU adalah
pecahan Partai Masyumi Pimpinan Burhanuddin Harahap. Partai NU yang dibidani
oleh Zainul Arifin menjadi Ketua Partai NU yang pertama. Zainul Arifin
kelahiran Baros dan menyelesaikan pendidikan dasar dan pesantren di Padang
Sidempoean (ibunya berasal dari Kotanopan). Sebagaimana diketahui dalam Pemilu tahun 1955, pemenang pemilu tiga
terbesar: Masyumi, PNI dan NU. Lalu Kabinet Ali Sastroamidjojo digantikan oleh
Kabinet Burhanuddin Harahap dengan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap (Masyumi). Salah
satu menterinya adalah Abdul Hakim Harahap (Gubernur Sumatra Utara, mantan
Residen dan pimpinan Masyumi di Tapanoeli). Kontribusi terbesar Burhanuddin
Harahap adalah mengangkat kembali Panglima yang sejak 1952 diambilalih oleh
Presiden Soekarno. Siapa yang akan menjadi panglima sangat alot karena ada dua
kubu militer yang dipimpin Kolonel Abdul Haris Nasution (kelahiran Kotanopan) di satu pihak dan yang
dipimpin Kolonel Zulkifli Lubis (kelahiran Aceh) di pihak lain. Abdul Hakim Harahap berhasil
mendamaikannya dan yang menjadi panglima dipilih Kolonel Abdul Haris Nasution.
Dr. Hazairin dan istri, Aminah (foto saat promosi, Mei 1936) |
Pada tahun 1999
Pemerintah Indonesia menetapkan Prof. Hazairin (Harahap) sebagai Pahlawan
Nasional. Pada tahun 2006 Pemerintah juga telah menetapkan Masdoelhak Nasution
sebagai Pahlawan Nasional. Sedangkan KH Zainul Arifin Pohan ditetapkan Pahlawan
Nasional tahun 1963. Gele Haroen Nasution kini tengah diusulkan sebagai
Pahlawan Nasional dari daerah Lampung.
Masa Awal
Kehidupan Hazairin Selama Studi di Batavia
Parada
Harahap sangat dekat dengan Amir Sjarifoeddin dan Hazairin. Kedekatan Parada
Harahap dan Hazairin karena dua tokoh beda generasi ini kerap bermain bersama
dalam satu tim sepakbola di Batavia. Kedua tokoh ini kebetulan ‘gibol’. Pada
tahun 1927 Parada Harahap adalah Sekretaris Sumatranen Bond di Batavia.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Asal Usul Hazairin Berasal Tapanoeli?
Pada
tahun 1879 di Kweekschool Fort de Kock berhasil lulus lima siswa. Dua nama
siswa yang lulus tersebut adalah Zakaria dan Mohammad Taif (lihat De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-10-1879). Kemudian
guru-guru muda tersebut ditempatkan diberbagai tempat. Mohammad Taif
ditempatkan di Padang dan Zakaria ditempatkan di Batang Toroe (lihat Bataviasch
handelsblad, 18-11-1879).
Kweekschool Fort
de Kock dibuka tahun 1856. Kweekschool Tanobato dibuka tahun 1861 lalu ditutup
tahun 1874 karena Sati Nasution alias Willem Iskander berangkat studi untuk yang kedua kali ke Belanda (untuk mendapatkan akta kepala sekolah lisensi Eropa) dan direncanakan
setelah pulang menjadi direktur Kweekschool Padang Sidempoean (pengganti
kweekschool Tanobato dengan kweekschool Padang Sidempoean yang lebih besar) yang
akan dibuka tahun 1879. Oleh karenanya siswa-siswa yang berasal dari Tapanoeli
sejak 1871 dialihkan ke Kweekschool Fort de Kock sebelum Kweekschool Padang
Sidempoean dibuka tahun 1879. Dalam hubungan ini, Mohammad Taif besar kemungkinan salah satu dari siswa transisi ketika terjadi penutupan Kweekschool Tanobato dan akan dibukanya Kweekschool Padang Sidempoean. Selanjutnya setelah Mohammad Taif berdinas di Padang lalu kemudian dipindahkan ke Kota Radja (Banda Aceh) dan terakhir ditugaskan ke Tandjong Pinang, Riau. Sebagaimana diketahui, ayah SM Amin Nasution bernama
Mohammad Taif adalah seorang guru kepala sekolah di Kota Radja (dan penilik sekolah di Tandjong Pinang, Riau)..
Asal Usul Hazairin Berasal Tapanoeli?
Hazairin
lahir di Fort de Kock. Informasi ini dapat dibaca dalam sampul desertasi
Hazairin berjudul ‘De Redjang: De Volksordening, Het Vermant-schaps-,
Huwelijks-en Erfrecht’ yang dicetak dan diterbitkan AC. Nix tahun 1936.
Informasi lainnya bahwa penelitian lapangan yang dilakukan Hazairin untuk
desertasi adalah Redjang di Bengkulu. Lalu setelah selesai studi mendapat gelar
doktor ditugaskan untuk menjadi Ketua Pengadilan Landraad di Padang Sidempoean.
Lantas apa hubungannya Hazairin dengan Fort de Kock, Padang Sidempoean dan
Bengkulu?
Di dalam
berbagai tulisan disebutkan ayah Hazairin bernama Zakaria yang berprofesi
sebagai seorang guru. Oleh karena Hazairin lahir tahun 1906 maka ayahnya yang
bernama Zakaria sudah barang tentu adalah lulusan sekolah guru (kweekschool),
Di Sumatra hanya ada tiga sekolah guru: Fort de Kock, Tanobato dan Padang
Sidempoean.
Bataviasch handelsblad, 18-11-1879 |
Ketika Medan masih kampung, Padang Sidempuan sudah kota |
Penempatan
Zakaria di Batang Toroe (dekat kota Padang Sidempoean) adalah penempatan guru
pertama (di kota Padang Sidmpoean sendiri sejak 1875 sudah terdapat empat sekolah dasar negeri). Sekolah dasar negeri Batang Toroe baru akan dibuka pada tanggal 14 Oktober
1879 dengan jumlah siswa 25 orang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 05-01-1879). Setelah beberapa tahun Zakaria dipindahkan ke
sekolah dasar negeri di Padang. Zakaria kemudian dipindahkan dari Padang ke
Fort de Kock (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 24-02-1898). Sebagaimana diketahui Hazairin
lahir di Fort de Kock 1906 dan ayahnya seorang guru kepala sekolah bernama Zakaria (dan kelak menjadi penilik sekolah di Bengkulu?).
Lantas
pertanyaannya: Jika SM Amin dapat dibuktikan berasal dari Tapanoeli, apakah
Hazairin juga berasal dari Tapanoeli? Memang masih sulit dibuktikan kebenarannya karena
minimnya data dan informasi yang dapat ditelusuri. Yang jelas: ketika menjadi Menteri Dalam Negeri tahun 1953 Hazairin melantik SM Amin Nasution sebagai
Gubernur Sumatera Utara. Hal yang lainnya: Hazairin dan SM Amin pernah satu
kampus di Rechthoogeschool di Batavia. Dalam kasus yang sama dan masih samar-samar Eny Karim (Menteri Pertanian pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II) yang lahir di Batusangkar diduga berasal dari Tapanoeli. Sebagaimana hukum adat di Tapanoeli: dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. SM Amin sangat terikat dengan Atjeh, Hazairin sangat terikat dengan Bengkulu dan Eny Karim sangat terikat dengan Solok. Meski demikian adanya, ketiga tokoh ini selama karir politik mereka justru banyak berkaitan dengan tokoh-tokoh asal Tapanoeli (Selatan).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja
Malam pak, apakah masih ada foto2 Prof. Hazairin selain di atas tersebut, sebab beberapa tidak bisa terbuka, sebab saya juga sedang riset tentang pemikiran Prof Hazairin dan sedang perlu foto2 tersebut pak, barangkali bisa membantu?
BalasHapusMasih ada dua atau tiga buah lagi. Silahkan email (lihat email di laman Read Me di atas) ke alamat email mana dikirim.
Hapusbaik pak, awankusti09@gmail.com
Hapusmohon bisa dikirim juga Foto Dr. Hazairin saat promosi doktor 1936, Pelantikan SM Amin dilakukan Hazairin, Bataviasch handelsblad, 18-11-1879 ngeh pak, sebab tidak bisa dilihat. terima kasih banyak sebelumnya atas bantuannya pak.
Akan saya kirim. Saya cari dulu di folder arsip
Hapus