*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Pondok Gede sesuai namanya. Memiliki sejarah panjang, tetapi hanya ditulis singkat. Sebaliknya, Kedoeng (Gedoeng) Gede sejarahnya singkat tetapi ditulis panjang lebar. Itulah sejarah Bekasi, suatu district yang keberadaanya telah diketahui sejak era VOC/Belanda. District Bekasi berbatasan dengan Batavia di sebelah barat (land Pondok Gede di sungau Soenter) dan berbatasan dengan Krawang di sebelah timur (land Kedoeng Gede di sungai Tjitaroem). Land Pondok Gede dan land Kedoeng Gede adalah dua land terkaya di District Bekasi.
Sejarah Pondok Gede sesuai namanya. Memiliki sejarah panjang, tetapi hanya ditulis singkat. Sebaliknya, Kedoeng (Gedoeng) Gede sejarahnya singkat tetapi ditulis panjang lebar. Itulah sejarah Bekasi, suatu district yang keberadaanya telah diketahui sejak era VOC/Belanda. District Bekasi berbatasan dengan Batavia di sebelah barat (land Pondok Gede di sungau Soenter) dan berbatasan dengan Krawang di sebelah timur (land Kedoeng Gede di sungai Tjitaroem). Land Pondok Gede dan land Kedoeng Gede adalah dua land terkaya di District Bekasi.
Gedong Gede, Pondok Gede (Peta 1900) |
Lalu serupa apa sejarah Pondok Gede? Yang jelas
berbeda dengan sejarah Kedoeng Gede. Sejarah Pondok Gede dapat dikatakan
memiliki sejarah paling lengkap di Bekasi, namun kurang terdokumentasikan
dengan baik. Keberadaannya yang dekat dengan lapangan terbang Tjililitan (kini
Bandara Halim) menambah kekayaan sejarah Pondok Gede. Untuk melengkapi sejarah
Pondok Gede, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Pondok Gede dari Pondok
Bambu: Johannes Graaf van den Bosch
Pondok Gede sebagai lahan perkebunan (landgoed)
paling tidak sudah diketahui tahun 1817 yang mana land Pondok Gede termasuk
wilayah Buitenzorg (lihat Bataviasche
courant, 17-05-1817). Di dalam pengumuman ini, mulai dari sungai Tjiloear
hingga land Pondok Gede berada di bawah wilayah administratif Adipaty van
Buitenzorg. Nama-nama land lainnya yang masuk wilayah yang dimaksud antara lain
land Tjimanggies, land Noesakambangan, land Tjitrap, land Tjibinong, land
Kaoempandak, land Tjiloear en Soekaradja, land Kampong Baroe.
Landhuis Kedoeng Gede di batas Krawang (Peta 1901) |
Pemilik land Pondok Gede adalah Johannes, graaf
van den Bosch. Sejak kapan van de Bosch menguasai land Pondok Gede tidak
diketahui secara jelas. Setelah berakhir Perang Jawa (1825-1830) pada tahun
1830 Johannes, graaf van den Bosch menjadi Gubernur Jenderal. Salah satu
program terkenal van den Bosch adalah koffiestelsel. Johannes, graaf van den
Bosch hanya bertahan sebagai Gubernur Jenderal selama tiga tahun dan kembali ke
Belanda. Land Pondok Gede diteruskan oleh anak Johannes, graaf van den Bosch
bernama Johannes Hendrik van den Bosch.
Landhuis Pondok Gede di batas Batavia (Peta 1900) |
Johannes Hendrik van den Bosch tetap mengusahakan
land Pondok Gede. Ketika Johannes, graaf van den Bosch meninggal di Belanda
tahun 1844 pada usia 63 tahun, land Pondok Gede diwariskan kepada Johannes
Hendrik van den Bosch yang sudah sejak lama mengusahakannya.
Javasche courant, 12-08-1840 |
Johannes Hendrik van den Bosch juga mengusahakan
land yang lebih kecil di Tjicoppo, Buitenzorg. Namanya juga Pondok Gede. Boleh
jadi sebelum dimiliki Johannes, graaf van den Bosch dimiliki oleh orang yang
sama. Untuk membedakannya dengan land yang berada di dekat Batavia diberi nama
land Klein Pondok Gede (land Pondok Gede Kecil).
Land Pondok
Gede di Tjicoppo diduga dibeli Johannes Hendrik van den Bosch tahun 1830. Lahan
Pondok Gede di Tjikoppo ini sebelumnya dimiliki oleh JJH van Riemsdijk (lihat
Javasche courant, 09-12-1830). Disebutkan land Klein Pondok Gede, di Boven Buitenzorg.
Yang berminat menghubungi JJH van Riemsdijk. Sebagaimana diketahui JJH van Riemsdijk
adalah cucu dari Jeremias van Riemsdijk (Gubernur Jenderal VOC 1775-1777).
Sebelum menjadi Gubernur Jenderal, Jeremias van Riemsdijk sudah memiliki land
Antjol dan orang pertama pemilik land Becassie (Bekasi).
Land Pondok Gede diakses dari utara dari land
Pondok Bamboe (dari Meester Cornelis via land Tjipinang). Land Tjipinang adalah
persimpangan menuju Pondoek Gede di selatan dan menuju Poelo Gadoeng di utara.
Jalur dari land Pondok Gede ke selatan adalah jalur ke Pondok Malati dan Pondok
Ranggon, land Tapos dan land Tjibinong. Land Pondok Gede adalah pusat dari
segala arah.
Pondok
Gede juga dapat diakses dari barat maupun dari timur. Dari sebelah barat di
jalan pos trans-Java di Makassar melalui land Loebang Boeaja terus ke land
Pondok Gede. Dari land Pondok Gede juga dapat menuju ke berbagai tempat di
sebelah timur. Ke arah tenggara menuju Bantar Gebang, ke arah timur menuju
Bekasi lewat land Pondok Kapala dan Pekajon, dan ke arah timur laut menuju Bekasi
merlalui land Tjikoenir dan Krandji (land Pondok Poetjoeng)
Pondok adalah nama generik dan cukup banyak nama
tempat yang menggunakan nama pondok di sekitar Land Pondok Gede. Nama land yang
menggunakan nama pondok di sekitar adalah Pondok Bamboe, Pondok Malati, Pondok
Kalapa, Pondok Ranggon, Pondok Poetjoeng, Pondok Kopi, Sesuai namanya pondok
paling gede adalah Pondok Gede.
Kelurahan Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede |
Landhuis Pondok Gede dan Djatiwaringin
Jalan Jatiwaringin yang sekarang ari arah utara adalah
jalan tertua menuju Pondok Gede. Jalan ini sudah ada sejak era VOC/Belanda,
jalan yang menghubungkan Pondok Bamboe (persimpangan Polo Gadoeng ke utara dan
Meester Cornelis ke barat) dengan Pondok Rangon (persimpangan Tjitrap ke
selatan dan Tjilengsi ke timur). Jalan dari Pondok Gede ke Makassar (barat); ke
Tjikoenir dan ke Pondok Melati adalah jalan yang dibangun kemudian. Pusat
kegiatan di (land) Pondok Gede berada di landhuis Pondok Gede.
Peta land 1775 |
Dalam perkembangannnya di utara land Pondok Gede
muncul nama land baru yakni land Pangkalan Djati (berada diantara land Pondok
Tjempaka dan land Pondok Bamboe). Besar dugaan antara dua Pangkalan ini (yakni
Pangkalan Waringin dan Pangkalan Djati) menyebabkan area di sepanjang jalan
lama tersebut disebut Djatiwaringin.
Masih banyak yang keliru mengidentifikasikan Pondok Gede di Bekasi dengan Pondok Gedeh yang di Bogor.
BalasHapusYg di Bekasi sdh jadi mall skr loh
BalasHapusSejarah kecamatan pondok melati dong yang lengkap gan kayak sejarah belasi
BalasHapusSejarah Pondok Melati dimasukkan dalam Sejarah Pondok Ranggon (artikel Sejarah Jakarta No 113).
Hapus