*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini
Nama gunung Sibual-buali identik dengan kota Sipirok. Pemerintah Hindia Belanda telah menabalkan nama Sipirok sebagai nama sebuah kapal uap (ss). Orang Sipirok juga menabalkan nama usaha angkutan bis mereka dengan nama Siboeal-boeali. Perusahaan bis Siboeal-boeali adalah perusahaan bis pertama di Indonesia. Perusahaan bis yang menyertai perjuangan bangsa Indonesia.
Nama gunung Sibual-buali identik dengan kota Sipirok. Pemerintah Hindia Belanda telah menabalkan nama Sipirok sebagai nama sebuah kapal uap (ss). Orang Sipirok juga menabalkan nama usaha angkutan bis mereka dengan nama Siboeal-boeali. Perusahaan bis Siboeal-boeali adalah perusahaan bis pertama di Indonesia. Perusahaan bis yang menyertai perjuangan bangsa Indonesia.
Kereta api, bandara, kapal uap dan oto bis Angkola dan Sipirok |
Orang Padang Sidempoean ingin segera sampai di
kota-kota besar. Tidak seperti di Jawa, untuk melakukan perjalanan jarak jauh
orang sudah sejak lama mengenal transportasi kapal laut dan kereta api. Orang
Padang Sidempoean tidak punya rel dan juga tidak punya laut. Hanya hutan
belantara yang ada. Gagasan pendirian oto bis jarak jauh adalah solusi terburuk
yang dapat direalisasikan. Muncullah nama Siboeal-boeali. Untuk lebih
memahaminya mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*
Oto Bus Jarak Jauh ‘Siboeal-boeali’: Pembangunan Kereta Gagal, Tawaran
Bandara Ditolak
Pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan kota
Padang Sidempoean hanya untuk sekadar milestone untuk menguasai wilayah
Silindoeng dan Toba. Ini diawali dengan memindahkan ibu kota Residentie
Tapanoeli dari Sibolga ke Padang Sidempoean 1875. Pemindahan ini untuk menarik
garis lurus eksploitasi wilayah (dan pergerakan militer) dari ibu kota Province
Sumatra’s Westkust (di Padang) ke pusat perlawanan Sisingamangaradja (di danau
Toba) melalui ibu kota Residentie Tapanoeli yang baru (di Padang Sidempoean).
Padang Sidempoean, kota kedua terbesar di Sumatra |
Setelah berhasil menaklukkan Toba, Pemerintah
Hindia Belanda kembali memindahkan ibu kota Residentie Tapanoeli ke Sibolga
(1907). Untuk tetap menjaga hubungan yang lancar antara Sibolga dan Padang
Sidempoean di pedalaman, Pemerintah Hindia Belanda segera merencanakan
pembangunan jaringan kereta api fari Padang Sidempoean ke Sibolha, dari Padang
Sidempoean ke Panjaboengan dan dari Padang Sidempoean (ke Rantau Prapat). Namun
rencana yang tinggal selangkah lagi untuk pembangunan ruas jeluar kereta api
Sibolga- Padang Sidempoean terpaksa dibatalkan tahun 1920 karena anggaran
defisit (pasca Perang Dunia I). Apakah orang Padang Sidempoean senang atau
bersedih?
Peta 1910 |
Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926 mempertimbangkan
untuk pembangunan bandara di Padang Sidempoean. Namun penduduk Padang
Sidempoean tidak terlalu gembira. Pembangunan bandara Padang Sidempoean untuk
rute penerbangan Batavia, Palembang, Padang, Padang Sidempoean-Medan (dan
Sabang). Rencana ini mengalama kendala keuangan pemerintah,
Soerabaijasch handelsblad, 21-06-1938 |
De Sumatra post, 01-09-1939 |
Ibarat makanan yang tekesan enak (pesawat) adalah
racun dan meski obat terasa pahir tetapi dapat menyembuhkan. Pepatah ini tampaknya
yang diambil oleh penduduk Padang Sidempoean sebagai eks ibu kota Residentie
Tapanoeli. Lalu para pengusaha-pengusaha asal Sipirok mulai mengambil inisiatif
mendirikan perusahaan oto bis jarak jauh tahun 1937 dengan nama Firma Siboeal-boeali:
Tidak hanya dari Padang Sidempoean ke Sibola tetapi juga dari Padang Sidempoean
ke Padang. Tentu saja dari Padang Sidempoean ke Medan via Sibolga dan juga
dimungkinkan sehubungan dengan diresmikannya pada tanggal 23-06-1937 jalur lalu
lintas Taroetoeng-Sipirok (pembukaan jalur ini menjadi jalur alternatif
Padang-Medan yang dapat menyingkat perjalanan 50 Km). De Sumatra post, 01-09-1939
Trayek terjauh pertama perusahaan oto bis
Siboeal-boeali adalah Pematang Siantar (lihat De Sumatra post, 01-09-1939).
Kota Pematang Siantar dipilih karena populasi orang Afdeeling Padang Sidempoean
cukup banyak. Bagi penumpang dari Padang Sidempoean dapat melajutkan dengan
kereta api ke Medan. Lalu dalam perkembangannya trayek baru dibuka ke Fort de
Kock.
De Sumatra post, 23-03-1940 |
Het nieuws van den dag voor NI, 15-02-1940 |
Pada
tahun 1940 MH Thamrin mempertanyakan direktur V en W (direktorat perhubungan)
di suatu sidang di Volksraad (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 15-02-1940). Anggota Volksraad MH Thamrin memprotes mengapa
selama 10 tahun terakhir ini tidak ada tender pengangkutan barang pos antara
Fort de Kock dan Pematang Siantar dan hanya penunjukan diam-diam (tidak pernah
di publikasikan publik). Thamrin mencecar mengapa kontrak diberikan secara
tertutup padahal perusahaan oto bis Siboeal-boeali mampu melayaninya lebih efisien.
Direktur V en W tersudut (karena diduga ada KKN). Boleh jadi orang-orang Afdeeling
Padang Sidempoean di Batavia tersenyum dengan kritik keras MH Thamrin ini.
Catatan: Saat itu di Volksraad ada empat anggota Volksraad yang berasal dari
Afdeeling Padang Sidempoean yakni Mangaradja Soangkoepon (dapil Oost Sumatra);
Dr. Abdul Rasjid Siregar (dapil Noord Sumatra-Tapanoeli en Atjeh); Dr, Radjamin
Nasution (dapil Oost Java); dan Mr. Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng
Moelia, Ph.D (dapil Batavia). Ini adalah satu cara halus orang-orang Padang Sidempoean
memprotes yang terkait dengan kepentingannya. MH Thamrin saat itu sudah diberi
marga Lubis. Hal ini karena putri MH Thamrin menikah dengan putra Wakil Wali
Kota (Locoburgemeester) Padang Dr. Abdul Hakim Nasution. Jadi, dalam hal ini MH
Thamrin memrotes Direktur E en W sebagai wakil dari keluarga besar asal
Afdeeling Padang Sidempoean. Ini jelas suatu perjuangan untuk membebaskan
diskriminasi di era kolonial Belanda.
Nieuwe Tilburgsche Courant, 29-06-1938 |
Wilayah Diisolasi, Bukan Terisolasi
Para investor NV oto bis Siboeal-boeali adalah para
pengusaha asal Sipirok di Sipirok, Padang Sidempoean dan Batangtoroe. Salah
satu diantara mereka adalah Soetan Pangoerabaan Pane (ayah dari Armijn Pane,
Sanusi Pane dan Lafran Pane). Soetan Pangoerabaan Pane, kelahiran Sipirok
adalah seorang mantan guru yang menjadi pengarang dan pengusaha.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar