*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini
Siau, Sangir dan Talaud bukanlah nama baru. Tiga nama ini sudah sangat dikenal sejak era Spanyol dan Portugis, bahkan lebih dahulu terkenal daripada (pulau) Manado dan Minahasa. Siau, Sangir dan Talaud sejaman dengan Ternate, Tidore dan Ambonia. Tersinkirnya Spanyol dan Portugis oleh Belanda (VOC) menyebabkan Siau, Sangir dan Talaud menjadi terpencil. Sebalinya Manado dan Minahasa tumbuh dan berkembang pesat.
Bagaimana sejarah tiga kabupaten yang berada di antara pulau Sulawesi dan pulau Minadanao? Yang jelas penduduk di tiga kabupaten baru ini mulai bangkit untuk mengenang masa kejayaan tempo doeloe. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Permulaan inilah yang ingin dikenang Siau, Sangur dan Talaud dalam narasi sejarah. Sebab selama ini sejarah permulaan kepulauan ini kurang terinformasikan. Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Siau, Tagulandang, Sangir dan Talaud
Nama-nama tempat di pulau Tagulandang dan pulau Sangir sudah sejak lama dicatat di dalam catatan Kasteel Batavia (Daghregister). Saat itu pusat perdagangan utama berada di Ternate. Wilayah kerajaan Ternate tidak hanya di pulau Ternate (dan Halmahera) tetapi mencakup daratan di sekitar teluk Tomini (Poso), semenanjung Sulawesi (Manado) dan pulau-pulau diantara Celebes dan Mindanao.
Beberapa catatan di dalam Daghregister antara lain: Daghregister 3 September 1679 Capiteyn garnisu Ternate, Cornelis Sweers dibunuh di pulau Sangy (Sangir); Daghregister 16 Februari 1680 paket surat Spanyol yang ditujukan kepada seorang radja Sangier dari Manila; Daghregister 31 Januari 1682 terjemahan dari pulau Sangir di Limauw (Limau); Daghregister 5 November 1684 kontrak antara d'Edele Compagnie dan Coning of Tagulande; Daghregister 8 Agustus akta pengalihan land Mindanao dan Edele Compagnie oleh radja Candahar; Daghregister 6 Desember 1695 terjadi gempa besar di Taroena; Daghregister 29 September 1724 pengangkatan Putra Mahkota di Taboekan dan Mangani[toe] sebagai raja atas kerajaan-kerajaan tersebut; Daghregister, 12 Februari 1725 pengangkatan sementara tiga raja untuk Manganitoe, Taboekan dan Tagulanda sampai terpilihnya radja Candahar; Daghregister 10 Februari 1726 mengangkat pangeran Mangankobumy menjadi raja Candahar.
Dari catatan-catatan Kasteel Batavia di era VOC tidak ditemukan nama-nama tempat di Siau, Biaro, dan kepulauan Talaud. Nama-nama tempat yang dicatat di Tagulandang dan Sangihe merujuk pada kerajaan. Lantas apakah radja-radja di Kandahar, Tagulanda, Taboekan, Manganitoe yang ada ikatan (kontrak) dengan pemerintah VOC, sementara yang lain tidak karena faktor potensi ekonomi. Nama Taroena sudah disebut tetapi tidak ada catatan mengenai radjanya. Boleh jadi hanya empat kerajaan ini yang eksis di kepulauan pada saat itu. Lalu apakah pulau-pulau di kepulauan Talaud yang sekarang masuk wilayah kerajaan Taboekan?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pertumbuhan dan Perkembangan Siau, Sangir dan Talaud
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar