Kamis, 29 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (44): Kotawaringin, De Facto Jadi Pusat Kalimantan Tengah Tempo Dulu; Kota Pangkalan Bun dan Dr Radjamin

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini

Palangkaraya adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Itu kini. Kota Palangkaraya adalah kota yang dibangun baru pada era Republik Indonesia (1957). Wilayah provinsi Kalimantan Tengah yang sekarang, tempo doeloe, secara de facto ibu kota di Kotawaringin dimana kota terbesar di barat daya pulau Borneo berada di Pangkalan Bun. Nama Kotawaringin sendiri adalah kota kuno yang sudah eksis sejak awal permulaan kehadiran Belanda (VOC) di pulau Borneo. Lantas bagaimana dengan kota Pangkalan Bun?

Pada tahun 1957 dibentuk Provinsi Kalimantan Tengah dengan menetapkan kota baru Palangkaraya sebagai ibu kota. Dalam pembentyukan provinsi termuda ini pada waktu itu, salah satu kabupaten yang dibentuk adalah kabupaten Kotawaringin dengan ibu kota di Pangkalan Bun. Pada tahun 1959 kabupaten Kotawaringin dihapus dengan membentuk kabupaten Kotawaringin Barat dan kabupaten Kotawaringin Timur. Ibu kota kabupaten Kotawaringin Barat (tetap) di Pangkalan Bun, sedangkan kabupaten Kotawaringin Timur di Sampit. Pada tahun 2002, kabupaten Kotawaringin Barat dimekarkan dengan membentuk kabupaten Sukamara dan kabupaten Lamandau. Sementara itu kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun 2002 dimekarkan dengan membentuk kabupaten Seruyan dan kabupaten Katingan. Belakangan ini muncul keinginan untuk pembentukan kabupaten Kotawaringin Utara (pemekaran kabupaten Kotawaringin Timur).

Lalu bagaimana sejarah Kotawaringin dan sejarah kota Pangkalan Bun? Nama Kotawaringin dijadikan nama wilayah dan nama Pangkalan Bun menjadi ibu kota. Satu yang penting dalam awal pembangunan kota Pangkalan Bun adalah kehadiran Dr Radjamin Nasution (kelak menjadi Wali Kota pribumi pertama di Soerabaja). Lalu kemudian bagaimana sejarah kota Pangkalan Bun dan Kotawaringin berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kotawaringin Kota Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Radjamin dan Pangkalan Bun

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar