*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
Satu
hal yang menarik di Semenanjung Malaya adalah Negeri Sembilan. Dari namanya
mengindikasikan suatu wilayah dimana terdapat satu federasi dari sembilan
negeri. Bentuk federasi semacam ini (sejak tempo doeloe) umumnya ditemukan di
wilayah yurisdiksi (kerajaan) Pagaruyung seperti II Kota, V Kota, XIII Kota dan
L Kota dan sebagainya. Meski sistem federasi juga terdapat di beberapa tempat
seperti Malaya dan Tapanuli, namun penamaan nama federasi dengan angka khas di
Pagaruyung.
Negara Malaysia yang sekarang adalah suatu
federasi yang lebih besar, yakni federasi dari kerajaan-kerajaan yang terdapat
di Semenanjung Malaya dan Borneo Utara (Sarawak dan Sabah). Negeri Sembilan
termasuk salah satu dari federasi (negara) Malaysia. Federasi dalam hal ini
adalah suatu persatuan daripada anggota-anggotanya. Negeri Sembilan sebagai
suatu federasi adalah federasi dari kota-kota yang berdekatan satu sama lain.
Federasi merujuk pada kesamaan hak daripada anggota-anggotanya dimana diatasnya
dibentuk supra struktur pemerintahan. Hal ini berbeda dengan di Mandailing dan
Angkola tetapi memiliki kemiripan di Padang Lawas. Di wilayah Mandailing dan
Angkola, federasi dibentuk berdasarkan hubungan genealogis dan kekerabatan (satu
marga) dari sejumlah huta yang pada era
Pemerintahan Hindia Belanda dibagi ke dalam satu atau beberapa sub-federasi yang
disebut Koeria. Sementara di Padang Lawas federasi dibentuk dari beberapa huta dengan
nama Luhak yang dapat terdiri dari satu marga atau beberapa marga. Di wilayah
Pagarujoeng federasi ini disebut Laras. Negeri Sembilan di Malaya kurang lebih
sama dengan koeria (Mandailing dan Angkola), loehak (Padang Lawas) dan laras
(Minangkabau) serta negeri (Silindoeng) di pulau Sumatra.
Bagaimana
Negeri Sembilan menjadi satu federasi di masa lampau adalah satu hal. Hal
lainnya yang ingin diketahui adalah bagaimana federasi kota di Semenanjung
Malaya ini disebutkan terhubung dengan (kerajaan) Pagaroejoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Nama Negeri Sembilan
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar